Setelah sekian lama menulis di blog ini tak ada salahnya untuk memposting "narcism moment" dari saya. Mungkin sedikit bikin eneq tapi apa daya inilah sang penulis yang 'terpakasa' narsis karena didorong oleh temen yg mengatakan " tulisan mu udah banyak, saatnya elo 'menjual' diri sekarang !" Apaaa ? menjual diri ?
Lahir dari keluarga kecil di kota kecil Singaraja Bali, menghabiskan masa kecil bermain solder & Avometer pinjeman dari mantan pacar kakak perempuan, sering utak-atik dan modifikasi hampir setiap barang elektronika yg ada dirumah. Suatu hari aku merusak radio-tape merek National kesayangan bapak karena membaca artikel di majalah tentang memperkuat tangkapan radio FM, Bapak pun marah-marah dan melarangku mengutak-atik barang-barang kelistrikan di rumah. Tapi namanya anak-anak ya tetap saja tangannya gatel dan kembali berhasil merusakkan radio FM saku yg diutak-atik agar dapat mendengarkan percakapan tower bandara dengan pesawat terbang. Begitu lah hari-hari di masa kecil kulalui dengan bermain semua hal elektronika yg bisa didapat di kota kecil itu.
hobby selaen nyolder , jadi gitaris band kelas di acara ultah smansa singaraja
Suatu hari ada kesempatan untuk melancong ke kota buaya bersama pacar sang kakak ( yg gagal jadi ipar ) dan diperkenalkanlah diriku pada surganya tukang solder, surga ini bernama "Pasar Genteng". Mimpi ku untuk menelusuri 'surga' ini lebih luas lagi menjadi kenyataan ketika pada tahun 1998 diterima di Jurusan Telknik Elektro ITS dan bertemulah dengan master-master sesepuh elektronika seperti bapak Heru, Alm. Ir. Sutikno, bapak Rahmat dan masih banyak lagi yg kepanjangan jika disebutkan.
Sebagai penghuni LAB - B202 tahun 2001-2003 membuat ku menjadi paham dengan prinsip elektronika yang sebenarnya, walau kadang otak tidak sampai karena memang lemah di bidang analisa, ya setidaknya dengan masuk LAB dan tidur disana membuatku mengirit pengeluaran dari uang saku yg dibuat super 'ngepress' untuk seukuran jaman itu. Hampir semua bahan-bahan untuk tugas (praktikum) didapatkan dari membongkar (istilah anak-anak 'leles-leles') peralatan elektronika yg sudah tidak terpakai atau dari 'lungsuran' alias warisan dari kakak kelas yg sudah selesai mengerjakan tugas.
Kampus elektro - ITS sekitar tahun 2000 ,saya paling depan
Waktu untuk mengerjakan skripsi pun datang, walau masih kepingin tetap di lab (setelah 5 tahun dikampus), tetapi pesan dari seorang paman menyarankan saya segera lulus agar meringankan beban orang tua, dan kemudian fokus 6 bulan di skripsi yang bertema rancang bangun automatic fish feeder berbasis FPGA. Ketika itu dosen kepala bidang studi melarang menggunakan microcontroller kecuali mereka yang sudah batas akhir. Dan tak lama kemudian namaku mendapat tambahan embel-embel gelar ST .
Masa kuliah berakhir dan saatnya melangkah ke dunia sebenarnya. Idealisme pun beradu dengan kenyataan. Apakah mesti tetap idealis dengan embel-embel sarjana teknik elektro atau menuju dunia lain yg tidak ada hubungannya dengan kuliah. Pertentangan ini sempat terjadi ketika mengikuti rangkaian test kerja di salah satu bank swasta ternama dan disela-sela proses yg tinggal 2 langkah muncul tawaran dari sebuah pabrik di wilayah brebek-sidoarjo dan pabrik ini bergerak di manufaturing komponen elektronika. Surga ? tidak ! Manufakturing elektronika di indonesia terpuruk dengan munculnya pesaing baru ...TIONGKOK! Akibatnya pabrik pun bersaing dengan pabrik yg disubsidi oleh pemerintah komunis-sosialis. Penekanan COST ! itu yang selalu dingiangkan ke telinga karyawan.
Kenyataan ini menggoyahkan idealisme, melihat buruh-buruh kontrak yang ku pecat tiap 3 bulan dan dipaksa melihat kenyataan gaji mereka habis untuk bayar hutang . Hanya satu hal yang meringankan 'kegundahan' dari dunia buruh ini adalah kepolosan dan kejujuran para pekerja-pekerja baru serta semangat mereka dari desa ingin merubah nasib ke kota. Mereka yang baru lulus sma dan melihat ku sebagai sarjana yg masih muda, banyak yg bermimpi untuk kuliah dan bertanya kepadaku "apakah saya bisa kuliah pak?" . Dan jawaban saya "BISA ! " Senang sekali ketika beberapa tahun setelah meninggalkan pabrik, saya mendapat telepon dari mantan buruh di bagian kerja saya bahwa dia sekarang kuliah di universitas negeri dengan biaya sendiri sebagai SPG toko.
sebagai telco engineer di samsung telecom indonesia
Keluar dari pabrik, meninggalkan dunia elektronika dan masuk ke dunia yang sebenernya masih berhubungan, Telekomunikasi ! Project-project telco di pertengahan 2000-an bermunculan dimana-mana, vendor dan operator telco berlomba-lomba menggelar layanan yang membuat dunia telco begitu kinclong. Sampai suatu saat mendapatkan gelar 'Best Engineer Award 2008' dan berkesempatan jalan-jalan ke korea. Bersama rekan-rekan dari wilayah kerja lain yg juga mendapatkan hadiah, berkeliling suwon-seoul menikmati pemandangan di korea yang mungkin tidak ditemui di negeri sendiri. Saat itu halyu (korean wave) dengan gangnam style -nya belum seterkenal sekarang akan tetapi sudah cukup sering kita lihat sinetron K-drama di tv lokal. A dream come true ? Maybe....kemudian dunia telco kembali dijajah oleh...TIONGKOK !! ARGHGGHHHH . Kinclongnya pun serasa lampu redup !
Di Suwon - Korea Selatan tahun2008
Kenyataan bahwa dunia telco tidak sekinclong dulu mengubah duniaku untuk kembali ke jalan hidup sesuai kata hati. Kembali ke pasar genteng dengan wajah-wajah yang masih sama, tetapi produk yang dijual berbeda. AVR dan minimum system berbasis arduino umum dijumpai. Arduino menawarkan jalan pintas dan aku tidak suka karena membuat tergantung pada shield atau perangkat tambahan untuk melakukan fungsi yg sederhana sekalipun. Dan kembalilah seperti masa kuliah dulu yaitu 'start from scratch' belajar dari menyusun di breadboard. Sampai suatu saat mendapatkan kembali kemampuan yg mungkin lebih jago dari jaman kuliah, mungkin karena sekarang sudah ada dana dari hasil kerja kantoran untuk bebas membeli komponen dan tools yang diinginkan
Dimulai dari tulisan di room hobby di kaskus, terus berusaha menularkan hobby dan ilmu elektronika , sempat berpikir untuk untuk membuat workshop, dan akhirnya kembali ke awal mula sebagai anak dari pasangan guru, menulis dan menularkan ilmu serasa lebih mudah daripada menjual project-project yg kadang-kadang kesulitan dalam menentukan harganya. Seperti kata seseorang di acara motivasi di TV...'Bekerjalah tanpa memikirkan hasil (gaji) , jika tekun dan serius duit akan mengalir dengan sendirinya'. Mari kita buktikan kawan !
Selamat Berkarya
NYOMAN YUDI KURNIAWAN, ST
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapuswah tadi sulit masuk sekarang ....!
BalasHapusgini:
Salam knal p.nyoman,
saya juga dari singaraja bapak singarajanya dimana?
Biar bisa kenalan lebih jauh lagi...
suksma.
singarajanya di banyuasri jl. sudirman
BalasHapustapi sekarang saya lagi gawe di surabaya
kalo mau kontak2 silahkan via sarana yg sudah saya tuliskan di beberapa posting
sapa tau ada kerjasama proyek di kota tercinta, dengan sangat senang hati membantu ...
mkasi p.nym...mudah2an..
BalasHapusoke tak cari celah dulu..suatu saat pasti
perlu bantuan p.nym
nyambut gawe ndik endi p.nym klu blh thau?
nyambut gawe mbambung pak johan ...dadi kuli milu jleme korea
BalasHapusSalam Kenal Pak. Saya juga anak Elka Elektro ITS 2011
BalasHapusSalut sama Agan yang satu ini.. Cuma 1 HAL yang belum dicerikan.. sehingga ada Ending yang kurang GREGET disana.. Soal ASMARA.. :D
BalasHapusSalut gan. Saya banyak belajar mikrokontroler dari agan satu ini. Dulu pas SMP dan SMA suka bikin kit elektronika mulai LED 2 lampu kedip dg 2 transistor, sirine, suara burung, trus belajar digital pake 555, 4017, trus radio bikin walti talki, pemancar fm, penerima radio fm. Akhirnya kuliahnya di Informatika ITS. Pas kuliah sudah gak elektroan. Walau skr jadi org IT, gak bisa lupa sama elektro gan, skr kalo senggang masih nyoder juga, terakhir bikin preamp + ampli gitar.
BalasHapus