Semua Tentang Belajar Teknologi Digital Dalam Kehidupan Sehari - Hari

  • IC Timer 555 yang Multifungsi

    IC timer 555 adalah sirkuit terpadu (chip) yang digunakan dalam berbagai pembangkit timer, pulsa dan aplikasi osilator. Komponen ini digunakan secara luas, berkat kemudahan dalam penggunaan, harga rendah dan stabilitas yang baik

  • Ayo Migrasi TV Digital

    Kami bantu anda untuk memahami lebih jelas mengenai migrasi tv digital, apa sebabnya dan bagaimana efek terhadap kehidupan. Jasa teknisi juga tersedia dan siap membantu instalasi - setting perangkat - pengaturan antena dan distribusi televisi digital ke kamar kos / hotel

  • Bermain DOT Matrix - LOVEHURT

    Project Sederhana dengan Dot Matrix dan Attiny2313. Bisa menjadi hadiah buat teman atau pacarmu yang ulang tahun dengan tulisan dan animasi yang dapat dibuat sendiri.

  • JAM DIGITAL 6 DIGIT TANPA MICRO FULL CMOS

    Jika anda pencinta IC TTL datau CMOS maka project jam digital ini akan menunjukkan bahwa tidak ada salahnya balik kembali ke dasar elektronika digital , sebab semuanya BISA dibuat dengan teknologi jadul

  • Node Red - Kontrol Industri 4.0

    Teknologi kontrol sudah melampaui ekspektasi semua orang dan dengan kemajuan dunia elektronika, kini semakin leluasa berkreasi melalui Node Red

Sabtu, 30 Desember 2017

Ketika Mencari Sinyal Menjadi Hobby Jaman Old


Istilah DXing mungkin masih asing di telinga orang Indonesia dan mungkin kata ini hanya dikenal oleh para pencinta elektronika di era ke-emasannya yaitu 70-80-90 an. Saya mengenal istilah ini sekital tahun 2000an ketika saya melihat artefak masa lalu yaitu QSL card yg saya temukan di Lab kampus saya, yg menerangkan bahwa siaran radio yg dipancarkan kampus diterima sampai ke Thailand. Masih saya ingat tanggal tahunnya sekitar 1979 (saya belum lahir), dan meluncurlah ke internet - search engine jaman old sehingga menemukan istilah DXing...dan ternyata memang di tahun sebelum era 80an peraturan radio siaran di Indonesia masih mengijinkan siaran AM memiliki kekuatan ratusan kilowatt sehingga dapat dipancarkan hampir ke seluruh dunia. Era ini berakhir ketika pemerintah mulai membatasi pemancar radio broadcasting hanya dalam radius kabupaten saja.


Yang membuat saya sedikit "de ja vu" adalah kenyataan nya tahun 80an ayah saya mengajari hal yg berbau DXing juga , hobby ayah saya saat hari libur di pagi hari adalah mendengarkan radio AUSTRALIA siaran Indonesia atau BBC sebagai media informasi alternatif kala itu. Mbah Harto dengan kaki tangannya bernama Harmoko di kementrian penerangan kala itu sangat ketat melakukan sensor berita dan hiburan, hanya RRI yg menjadi corong berita satu-satunya. Perangkat radio multiband SW1-SW2 di frekuensi 10m/15m/20m menjadi handalan dan dengan memanfaatkan pantulan atmosfer siaran yg dari belahan bumi yg lain dapat diterima dengan cukup jelas di pagi dan malam hari. Siang hari matahari akan menghangat kemudian mengaburkan sinyal pantulan ionosfer..begitu kata buku sains yg saya baca kala itu. Dan saya pun tertarik dengan fenomena ini sehingga berhasil dimarahin ayah karena membongkar radio kesayangannya dan sukses merusakkannya , walau berhasil juga sebenarnya mendengarkan siaran radio SW pada siang hari dengan bantuan antena luar yg dikaitkan ke kumparan ferit SW nya..sayang kumparan ini begitu tipisnya sampai akhirnya putus jalurnya di tengah-tengah. 


VS



Di jalur per televisian, RCTI di jakarta (89) dan SCTV di surabaya (90) menjadi pelopor era televisi swasta mendobrak hegemoni TVRI saat itu. Karena tinggal di ujung utara pulau bali maka satu-satunya hiburan televisi adalah TVRI yg saat itu siaran olahraga nya didanai lotre "SDSB". Bagi yg berkantong tebal memasang parabola di rumah gedong menjadi status sosial tersendiri dan ketika antena yg besar itu bisa bergerak kanan kiri maka saya hanya bisa mendongak dan benar-benar bilang "wowww". Pernah suatu hari ketika siaran tinju fenomenal kala itu yaitu mike tyson, ternyata TVRI berbohong kalau siarannya live, hanya di "playback" karena  kepagian siarannya. Akhirnya sang pemilik parabola (yg sudah menonton di tv luar negeri) menang taruhan sangat banyak karena telah mengetahui hasil mike tyson meng-KO lawannya di ronde berapa.



Kisah DXing berlanjut jaman SCTV muncul di surabaya dan sinyal melebar sampai kota-kota di daerah pantura jawa timur sampai banyuwangi. Ternyata dengan memanfaatkan pemantulan sinyal di laut, sinyal SCTV dengan ajaibnya sampai di kota saya di bali utara. Alhasil muncullah fenomena antena "SCTV" yg dipasang menjulang 30m dengan 2 besi sambung dan kawat pancang yg sangat mengganggu pemandangan. Itu demi siaran SCTV yg kadang sangat burek waktu air laut surut. Ya inilah kekurangan gelombang hasil pantulan laut tergantung dengan kondisi laut dan cuaca.



Bagaimana dengan saya ? Wah waktu itu ekonomi keluarga di utamakan untuk kebutuhan sekolah anak-anaknya ayah, jadi cukup dengan TVRI saja. Ya menyedihkan memang tapi tidak berhenti sampai sini kisah kegatelan saya untuk mencari hiburan, dan radio kembali menjadi penyelamat..ya radio ayah yg siaran SW nya jadi kurang bagus itu ternyata memiliki frekuensi FM, dan di kota saya saat itu siaran FM hanya RRI saja. Berkat informasi tetangga yg sudah SMA, saya diberitahu kalau siaran FM di kota denpasar sudah ramai dan tinggal meninggikan antena saja. Dan benar..naiklah antena aneh-aneh kreasi saya hasil membaca majalah-majalah teknologi saat itu. Luar biasa kegembiraannya karena dengan booster FM yg bagus dapat menjangkau radio merdeka FM / Wijaya FM surabaya. Terimakasih kembali terhadap efek pemantulan sinyal di laut !



Satelit Palapa era 90an mengalami perkembangan signifikan dimana sinyal yg dipancarkan semakin tinggi dan mengakibatkan ukuran parabola yg digunakan menjadi lebih kecil. Saat pertama muncul tahun 80an rata-rata ukuran parabola diatas 11 feet. Kini tahun 90an dengan 6-9 feet maka siaran palapa dapat di tonton dengan jelas. Saat itu palapa merupakan operator satelit nomer wahid (satu satunya di Asean bahkan Australia/New Zealand saja belum punya dan sewa di palapa) dan bersaing dengan hongkong Asiasat serta Intelsat.




Antena "SCTV" pun ramai-ramai diturunkan berganti menjadi jamur diatas genteng yg mengarah ke palapa, saya pun hanya bisa mendengar cerita teman di kelas tentang acara televisi yg di tonton semalam. Penantian untuk DXing parabola muncul saat SMA sayangnya ayah meninggalkan kami selamanya, dan dari sedikit uang sumbangan "duka", saya dan ibu berhasil membeli parabola dan receiver echostar seharga 1.5 juta. Petualangan Dxing parabola pun dimulai .Dengan memutar-mutar parabola timur ke barat mencari siaran TV walau bahasa nya sulit dimengertipun..asal tampil clink di layar kaca.

Sampai sekarangpun DXing via jalur satelit masih menjadi pengisi hari libur, dan saya turunkan ilmunya ke anak buah di kantor agar jangan berhenti di saya saja ilmunya. 

Pembaca ada yang se-hobi dengan saya ? Ditunggu komentarnya ..





Share:

Sabtu, 16 Desember 2017

Ramai Pasang Parabola Ninmedia - Kemana Program Digitalisasi TV Teresterial ?



Sudah hampir 5 tahun tulisan saya mengenai TV digital disini dan sebelumnya saya pun telah membahas di kaskus mengenai TV digital teresterial yg hari persmiannya oleh bapak SBY masih teringat jelas di memory saya. Ya ... sehari setelah bapak SBY meresmikan TV digital DVB-T tahun 2008 secepatnya saya meluncur ke pasar genteng surabaya untuk mencari set top box. Dan apa yg terjadi hampir semua toko perangkat televisi tidak mengetahui infonya, padahal kemarin nya bapak SBY mengadakan teleconfrence dengan bapak Gubernur jatim Sukarwo dan di demokan bagaimana jernihnya TVRI Surabaya Digital. 

Bagaimana kelanjutan ceritanya dapat dilihat di tulisan saya di link diatas, dan 2017 sudah mencapai tahun kritis penerapan digitalisasi televisi jalur darat, padahal operator seluler yg kesemsem menggunakan frekuensi 600-800mhz yg akan dikosongkan, merasa putus asa dan malah sudah bagi-bagi jatah di 2 ghz  . Berita baik muncul dengan banyaknya channel HD yg muncul di surabaya DVB-T2 semisal NET HD, METRO TV HD dan TRANS TV HD. RCTI pun melakukan perbaikan HD di satelit berbayar miliknya tapi kayaknya enggan menyalurkan ke digital teresterial. Usut punya usut dari rekan di dunia broadcasting mandeknya program digitalisasi ini ada 2 faktor, yaitu karena di MK kan nya UU penyiaran digital, dan keengganan berbagi MUX digital antar stake holder televisi. Kenapa MUX digital ditakuti? Karena ternyata tiap daerah / zona sudah ditetapkan pemilik mux digital sehingga yg tidak dapat jatah harus kerjasama atau menyewa mux operator tv lain. Ya disinilah tidak ketemu nilai bisnisnya apalagi operator TV yg merasa "tua" dengan pemancar relay yg sudah banyak. Mungkin gini "enak aja minjem-minjem pemancar ku..."



Kita melihat negara kiblat pertelevisian yuk, yaitu inggris. Jangan lupa indonesia dengan TVRI nya punya kiblat disana loo tahun 70an s/d 80an. Ingat iuran TV ? Inggrislah yg menjadi contoh kita saat itu. Digital TV di inggris ada 2 jenis yaitu  freeview (teresterial) / freesat(satelit)  dan berbayar. Untuk yg gratis ini sejak dulu memang di undang2nya di biayai oleh iuran televisi, sehingga acaranya lumayan juga kualtasnya. Jika ingin menontonnya dari sini juga bisa memanfaatkan streaming yg dilakukan orang-orang inggris (entah legal atau tidak) contohnya di filmon dot com. Mux Freeview/Freesat jelas sekali kepentingannya untuk kenyamanan penduduk yg sudah bayar iuran. 


Bagaimana di indonesia ? Sejak 2015 saya menemukan ini ...




Pertamanya saya kurang tertarik karena masih menganggap keduanya merupakan gimmick dari startup PAYTV yg muncul dan bergguguran semenjak era astro nusantara, aora, centrin, orange , topas, dan sebagainya. Seperti melawan tembok besar penguasa media semacam HT - CT dan menemui sandungan hoby menonton TV gratis dari masyarakat yang bahkan rela melakukan treking parabola sampai ke negeri FIJI di timur matahari sana.

SMV freeview muncul dengan langsung mengarahkan pemirsanya untuk membeli resiver khusus tanpa langganan. Mereka bekerjasama dengan penyedia perangkat bernama MMP parabola, dimana kisaran harga instalasi sekitar 600-700 rb. Jadi sekali beli sudah mendapatkan siaran sekitar 60 an dengan beberapa berformat HD. Lumayan sih tapi sekali lagi jika kurang bebas memilih resiver maka di masyarakat akan terjadi resistansi sedikit. 



Ninmedia menawarkan yg berbeda dengan membebaskan pemilihan resiver generik dipasaran sana , akan tetapi tidak menjamin kualitas nya (gimmick lagi untuk beli resiver rekomendasi mereka). Luar biasa tanggapan medsos mengenai ninmedia, sampai saya akhirnya "buka puasa" treking parabola, kebetulan dibelakang rumah ada parabola ex pay tv yg dipasang pemilik rumah dan nganggur karatan.



Benar juga karatan sehingga dish nya gak bisa naik turun, hanya bisa putar aja ke arah 98 bujur timur, dan dengan sedikit modifikasi LNB agar lebih turun refleksi dish nya dengan senang hati gembira yang tidak terkira, setelah puasa 20 tahun lebih dengan bangganya bisa lock satelit lagi, bedanya kali ini resivernya digital seharga 150 ribu ! Jadi miris ingat dulunya harga resiver analog merek echostar sekitar 2 juta rupiah.



Dan yg bikin senang dengan ninmedia, cinta pertamaku tampil lagi dengan format 90an , jadi teringat masa-masa menonton MTV Tiap Hari.



Yang tidak terkira adalah tawaran dari teman alumni yg tertarik memasang juga karena di rumah ortu nya ada dish pay tv karatan udah 3 tahun nganggur..langsung meluncur dan clink. 


Lumayan lah kemudian anak buah tertarik mebisniskannya, dan tentunya saya sangat mendukung agar tetap semangat di kantor dan dapat tambahan tentunya. Walau masalah muncul dikemudian hari dengan naga-naganya akan menuju penggiringan ke arah resiver model tertentu, ahh tidak masalah asal masih terjangkau ya di ladeni saja.


Bagaimana nasib DIGITAL TERESTERIAL ? ahhh entahlah ..pemerintah aja gak serius, mudah2an 2018 dengan Asian Games  nya akan membuat Kominfo merasa MALU jika masih ada siaran ANALOG di layar TV para kontingen Aisan Games. Semoga lebih baik kedepannya.


Iklan: Jika mau modif dish paytv atau pasang awal NINMEDIA silahkan hubungi saya :08155737755 atau kontak teknisi saya :081246637645 . Instalasi surabaya dan sekitarnya, Perangkat bisa dikirim juga ke daerah pembaca blog.

Share:

Kontak Penulis



12179018.png (60×60)
+628155737755

Mail : ahocool@gmail.com

Site View

Categories

555 (8) 7 segmen (3) adc (4) amplifier (2) analog (19) android (14) antares (11) arduino (28) artikel (11) attiny (3) attiny2313 (19) audio (5) baterai (5) blog (1) bluetooth (1) chatgpt (2) cmos (2) crypto (2) dasar (46) digital (11) dimmer (5) display (3) esp8266 (26) euro2020 (13) gcc (1) gsm (1) iklan (1) infrared (2) Input Output (3) iot (76) jam (7) jualan (12) kereta api (1) keyboard (1) keypad (3) kios pulsa (2) kit (6) komponen (17) komputer (3) komunikasi (1) kontrol (8) lain-lain (8) lcd (2) led (14) led matrix (6) line tracer (1) lm35 (1) lora (11) lorawan (2) MATV (1) memory (1) metal detector (4) microcontroller (70) micropython (6) mikrokontroler (2) mikrokontroller (14) mikrotik (5) modbus (9) mqtt (3) ninmedia (5) ntp (1) paket belajar (19) palang pintu otomatis (1) parabola (88) pcb (2) power (1) praktek (2) project (33) proyek (1) python (8) radio (28) raspberry pi (9) remote (1) revisi (1) rfid (1) robot (1) rpm (2) rs232 (1) script break down (3) sdcard (3) sensor (2) sharing (3) signage (1) sinyal (1) sms (6) software (18) solar (1) solusi (1) tachometer (2) technology (1) teknologi (2) telegram (2) telepon (9) televisi (167) television (28) telkomiot (5) transistor (2) troubleshoot (3) tulisan (94) tutorial (108) tv digital (6) tvri (2) vu meter (2) vumeter (2) wav player (3) wayang (1) wifi (3) yolo (7)

Arsip Blog

Diskusi


kaskus
Forum Hobby Elektronika