Kini tulisan pada blog ini dilanjutkan pada penerjemahan dan pembahasan dari komponen dasar bernama kapasitor.
Kamis, 29 November 2018
[Dasar] Komponen Kapasitor - Terjemahan Buku Forrest Mims
Kini tulisan pada blog ini dilanjutkan pada penerjemahan dan pembahasan dari komponen dasar bernama kapasitor.
Kapasitor menyimpan energi listrik dan memblok arus DC / Searah sementara arus AC / bolak balik diteruskan olehnya. Nilai Kapasitas nya di spesifikasi sebagai FARAD. 1 farad mewakili kapasitansi dengan nilai yg sangat besar jadi komponen kapasitor pada umumnya hanya memiliki nilai pecahan kecil saja dari nilai FARAD.
1 microfarad (uF) = 10 pangkat -6 farad
1 picofarad (pF) = 10 pangkat -12 farad
atau
1uF = 1.000.000 pF
Niliai dari kapasitor umumnya di tulis/cetak pada kulit luar komponen, dan kemungkinan huruf uF atau pF tidak dicantumkan. Penulisannya biasanya 1-1000 merupakan orde pico dan yg ber ukuran fisik lebih besar bernilai .001 - 1000 merupakan kapasitor ber orde uF.
Kapasitor elektrolit menyediakan kapasitas tinggi dalam bungkus yg lebih kecil. Kaki komponen ber kutub (+) dan (-) sehingga perlu diperhatikan dalam pemasangannya jangan sampai terbalik. Liat ilustrasi kapasitor elektrolit pada gambar.
Kapasitor memiliki rating tegangan operasional dan biasanya dicantumkan pada luar komponen dibawah nilai kaasitansi. Rating tegangan yg tercantum harus lebih tinggi dari tegangan yg kemungkinan terjadi pada rangkaian yg anda buat (biasanya secara mudahnya melihat tegangan power suply / catuan yg digunakan). Jika tidak dipatuhi maka kapasitor kemungkinan akan mlembung , bocor maupun meledak.
PERHATIAN: sebuah kapasitor dapat menyimpan muatan listrik untuk waktu yg cukup lama walaupun setelah catuan dari rangkaian telah diputus. Nah muatan ini bisa mberbahaya ! Sebuah kapasitor electrolit berukuran besar yg diberi muatan tegangan 5 s/d 10 volt dapat melelehkan ujung obeng kalau disentuhkan diantara kedua kakinya. Penulis mempunyai pengalaman buruk ketika waktu SMP dan merancang adaptor penurun tegangan 220 ke DC 12 volt, dan karena kebiasaan memotong kabel pakai gigi...sukses membuat lidah kelu mati rasa selama sehari akibat kesetrum kapasitor yg masih terhubung kabel yg saya gigit tadi.
Cara untuk membuang muatan / discharge kapasitor yang benar adalah dengan meletakkan resistor 1 K ohm atau lebih , diletakkan diantara kaki kapasitor. Gunakan satu tangan saja saat meletakkannya untuk menghindari tersengat, jaga-jaga aja agar tidak kedua tangan menyentuh kaki kapasitor.
Berikut pemanfaatan kapasitor yg paling penting :
1. Menghilangkan "spike" atau lonjakan dari power supply (biasanya saat di nyalakan awal). Pasang kapasitor bernilai 0,01 - 0,1 UF di dekat pin power suply IC ( jika menggunakan IC). Ini akan bermanfaat menghindari trigger sinyal yg salah.
2. Memperhalus penyearahan tegangan AC menuju DC. Gunakan kapasitor 100 - 10.000 uF diantara output rangkaian rectifier / penyearah.
3. Memblokir arus DC akan tetapi melewatkan arus AC. fungsi ini biasanya berguna saat merancang rangkaian audio amplifier atau mixer karena sinyal musik merupakan AC dan tegangan input ke amplifier DC. nah dengan memasang kapasitor sedemikian rupa maka yg terdengar di speaker hanya suara musik saja
4. Membypass Signal AC diluar /seputaran rangkaian atau membuangnya ke ground. Biasanya dipasang sebagai pengaman rangkaian power suply.
5. Menapis / filter bagian yg tidak diinginkan dari sinyal yang fluktuatif / berubah-ubah
6. Bersama resistor berfungsi sebagai rangkaian "pengangkat" sinyal yg berubah - ubah. contoh diatas sinyal kotak yg berubah-ubah dari positip ke negatif di integrasi menjadi sinyal positif
7. Kebalikan rangkaian sebelumnya, digunakan sebagai rangkaian pembeda level sinyal. Biasanya untuk rangkaian charger baterai.
8. Berfungsi sebagai rangkaian timer. Saat tombol ditekan maka kapasitor akan terisi penuh dengan cepat dan ketika dilepas secara perlahan tegangan yg tersimpan akan terbuang sesuai besaran nilai R. Dengan merubah nilai R maka dapat dimanfaatkan sebagai pewaktu.
9. Sebagai praktek dari fungsi nomer 8 maka timer ini dapat digunakan untuk input dari transistor sehingga dapat diatur waktu ON dan OFF nya
10. Sebagai penyimpan charge tegangan yg kemudian di salurkan ke lampu Flash / blitz atau LED dengan cepat dan kuat. Umumnya pada perangkat fotografi.
Dapatkah mengganti dengan nilai kapasitor yg berbeda ? Dalam beberapa kasus penggantian nilai kapasitor 10% atau lebih dari 100% tidak akan menyebabkan malfungsi atau kerusakan, tapi rangkaian akan berbeda hasil outputnya. Pada rangkaian pewaktu sebagai contohnya jika kita menaikkan nilai kapasiotr akan menambah pula periode timer nya.
Jika merubah kapasitor dengan nilai berbeda pada rangkaian filter maka yg berubah adalah respon frekuensi yg akan disaring.
Yang perlu menjadi perhatikan serius adalah RATING TEGANGAN dari kapasitor pengganti harus sesuai dan jangan terlalu memperhatikan nilai kapasitansinya semisal mengganti kapasitor 0,47 uF dengan 0,5 uF. Tak apa apa itu ....asal jangan rating kapasitor 10 volt diganti dengan rating 1 volt dijamin akan keluar jin dari rangkaian anda.
[Dasar] Komponen Resistor - Terjemahan Buku Forrest Mims
Pada kesempatan kali ini (dan mungkin berlanjut) , saya akan terjemahkan dan membahas beberapa topik menarik dari Buku Legendaris Engineer's Notebok II karangan Forrest M. Mims. Semoga dengan begini saya dapat memenuhi hasrat untuk berbagi isi dari buku yg ilmunya sangat berharga ini, seiring dengan waktu yg mungkin saya akan segera "menua" ..hluukkk ...bukan ..bukan... bukunya yg menua...tapi saya tetap masih muda lhooo...
Pembuka : " Dapatkah saya menggunakan sebuah kapasitor 0.22 uF daripada yg bernilai 0.1 uF ? Bisa Nggak ya mengganti resistor 12K ohm dengan resistor bernilai 10K ohm ? Bagian depan buku ini akan menjawab pertanyan umum ( seperti contoh pertanyaan diawal ) dan banyak lagi hal lainya. Kuasai dasar ini dan anda akan siap sedia dalam menghadapi masalah rangkaian elektronika dalam buku ini.
Resistors : Komponen resistor akan membatasi aliran arus. Komponen ini memiliki nilai Hambatan ( R ) 1 ohm jika arus ( I ) besarnya 1 Ampere mengalir melalui komponen ini dimana beda potensial / tegangan ( E ) sebesar 1 Volt dimiliki antara kaki resitor. Dengan kata lain :
R = E / I (atau) I = E / R (atau) E = I R
(catatan E = V jika jaman now)
Rumus yg sederhana ini merupakan Humul OHM, jangan pernah dilupakan karena akan sering dipakai di kemudian hari.
Resistor dibedakan nilainya berdasarkan gelang warna sesuai gambar diatas. Warna gelang ke empat umumnya juga disertakan dan merupakan nilai toleransi dari komponen. Emas adalah 5% , perak 10% dan jika tidak disertakan maka umumnya bertoleransi 20%. Untuk resistor jaman now kemungkinan ada gelang sisipan di 3 gelang utama (biasanya di resistor dengan ciri berwarna biru) dan itu merupakan penambahan digit untuk resistor dengan nilai yg presisi. Pengali tetap berada di gelang nomer 2 dari gelang terakhir ( secara mudahnya pengali berada sebelum warna emas atau perak)
Karena tak ada resistor yang memiliki toleransi sempurna, akan memungkinkan mengganti resistor dengan nilai mendekati. Sebagai contohnya akan aman saja jika menggunakan resistor 1,8 K ohm daripada resistor 2 K ohm (karena jarang ada yg memproduksi resistor benilai 2 K ohm) . Silahkan dicoba saja dengan resistor bernilai 10-20 % dari nilai yg diperlukan.
Lalu K itu apa sih artinya ? K merupakan kependekan dari KILO yg sama nilainya dengan 1000 unit. 20 K artinya 20 x 1000 atau 20.000 ohm. M merupakan kependekan dari Mega ohm atau bernilai 1.000.000 (sejuta) ohm. Jadi resistor bernilai 2,2 M memiliki nilai hambatan 2.200.000 ohm
Resistor yg menahan arus yg besar harus diberikan jalan untuk mengeluarkan panas yg dihasilkan. Selalu gunakan resistor dengan rating arus / power yg sesuai ! Jika power / watt yg digunakan (dalam rangkaian) tidak disebutkan maka cukup menggunakan resistor dengan ukuran 1/4 atau 1/2 watt.
Hampir semua rangkaian elektronik menggunakan resistor. Berikut ini adalah fungsi terpenting dari penggunaan resistor:
1. Membatasi arus ke LED, Transistor, Speraker, dll
2. Pembagi tegangan, Perhatikan gambar diatas
Nilai tegangan di logo tanda tanya ( ? ) adalah I x R2 . Yang saya maksudkan dalam rankaian arus melalui R1 dan R2 sehingga I = 10 / (R1 + R2) atau 0,005 amper. Sehingga :
( ? ) = 0,005 x 1000
( ? ) = 5 volt
Perhatikan bahwa total hambatan rangkaian cukup hanya R1 + R2 dan ini cukup mudah bukan untuk membuat nilai resistor yg sesuai keinginan.
Penggunaan pembagi tegangan bisa digunakan untuk memberikan "bias" pada transistor. Maksud bias adalah pemberian efek tegangan terhadap sinyal input sehingga dapat menggerakkan transistor sesuai fungsi yg diinginkan.
Fungsi resistor yg cukup simple ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber tegangan variabel dengan menggunakan variabel resistor yg dapat diputar-putar atau lazim disebut potensiometer.
Rangkaian pembagi tegangan ini sangat berguna di rangkaian pendeteksi atau sensor. Nanti akan dibahas lebih lanjut dibagian tesendiri.
3. Resistor berfungsi untuk mengatur waktu pengisian (charging) dari komponen kapasitor. Dan nantikan pembahasan lajutan di bagian komponen KAPASITOR....
Rabu, 28 November 2018
[crypto] Trade io - Tokenomics & ICO - Mainan Digital Untuk Milenial
Ini merupakan tulisan lanjutan dari episode curhat saya mengenai hubungan putus nyambung dengan dunia crypto, dan mungkin bagi pembaca yg sudah mengenal trade io ataupun ICO nya, tulisan saya akan sedikit "BASI". Ya benar saja mungkin ini basi sebab ICO alias Initial Coin Offering dari token yg bernama TIO hebohnya di tahun lalu 2017. Saat itu saya memberanikan diri bersama teman untuk menceburkan diri di dunia yg agak awam walaupun saya mengerti prinsip blockchain. Akan tetapi ada istilah " ICO " yg menjadi barang baru bagi saya , barang apakah ICO ini ?
ICO merupakan cara pendanaan suatu project cryptocurrency atau project dengan system memanfaatkan prinsip blockchain. Seperti tulisan sebelumnya blockchain merupakan system pem-validasi suatu kejadian (biasanya transaksi) oleh komunitas "miner" dengan menggunakan teknik crypto. Tahun 2017 menjadi tahun yg ramai bagi proyek startup ber tema blockchain dan ramai yg berusaha menarik dana dari masyarakat melalui ICO. Persis dengan istilah di dunia bisnis korporasi akan melakukan IPO untuk menarik dana publik melalui pempelian saham perdana. Dengan membeli "saham" dalam bentuk TOKEN maka investor akan mendapatkan hak dimasa depan sesuai yg dijanjikan oleh pengembang. Tidak hanya aplikasi maupun software bertemakan blockhain yg dibuat project tapi SANGAT BANYAK dan seperti tanpa batas ide yg dapat di cryptokan
Saat saya dikenalkan dengan trade io dengan tokennya TIO , saya mendapati harga 1 TIO sekitar 0.9 dolar dan saya membelinya dengan uang tabungan yg tidak seberapa. Lumayanlah ketika proses ICO berjalan, harga TIO sudah mencapai nilai 1.5 dolar bahkan sempat lebih tinggi. Wah..kaya saya ini, maklum saya sempat dikira punya miner Bitcoin oleh teman-teman saya karena sering memberikan penjelasan mengenai Blockchain dan Cryptocurency. Tapi sekali lagi saya bukan miner ..hanya pernah memperbaiki power supply miner punya orang saat harga 1 BTC < Rp. 10000.....nangis darah nih saya...
Lalu apakah saya hanya menginvestasikan dana di sesuatu hal yg awam dan saya gambling gitu? ooo tentu tidak saya harus melihat orang-orang dibelakang TIO ini dan tentu saja nama seperti Chien Lee, Jim Preissler dan Primus FX group ada dibelakangnya. Sebenarnya saya membaca arah roadmap dari whitepaper nya, trade io sepertinya menjadi platform trading saham atau forex dengan crypto , tapi saya salah dan hampir mirip seperti ICO lainnya yaitu ada project yg akan didanai setelah dana ICO terkumpul. Dan benar saja terkumpul dana $31,169,749 dari total penawaran $135,000,000 (23%) setelah ICO berakhir pada 4 januari 2018.
So what next ? Harga TIO langsung tak ada nilainya setelah ICO berakhir, itu karena memang kenaikan harga tokennya saat desember 2017 dilatar belakangi kegilaan nilai Bitcoin yg tembus 20 ribu dolar per coin. Setelah pesta usai ya hanya sampah yg tersisa, lalu bagaimana nasib dana yg sudah saya investasikan? Setelah ICO saya menerima token dalam walet etherwallet saya dan hanya itu...saya harus bagaimanakan token ini ? ohhh saya harus kembali ke whitepaper dan membaca yg namanya LIQUIDITY POOL , dimana akan dibuka ketika system trade io (sesuai roadmap) ready dan itu diperkirakan di akhir 2018. LP sebagai singkatan dari liquidity pool ibaratnya sebuah kolam plastik yg terdapat dana investasi dari pemilik token dan kemudian ketika project yg didadani menghasilkan keuntungan maka yg punya token di LP akan mendapatkan tumpahan dana nya berupa Token. Jadi menunggu system bekerja dan bersabar menjadi kuncinya.
21 Oktober 2018. Seperti dibangunkan dari tidur panjang saya dan baru ingat jika saya memiliki token TIO di wallet. E-mail menggelegar itu menyadarkan bahwa ternyata selama ini TIO secara bebas dijual belikan oleh orang-orang pada exchange diluar trade io. Padahal seingat saya pada roadmap platform exchange internal serta LP akan aktif sekitar bulan November (mungkin saya salah juga karena benar-benar tidur gak utak utik TIO 10 bulan). Ya akhirnya saya panik dan mencari info kesana kemari dan untungnya saya sadar yg di hack adalah system dari HitBTC yg terlalu bebas menjual belikan token apapun. Akhirnya kelegaan muncul karena pihak trade io berhasil mengatasinya dan semua token TIO di FORK alias di ubah menjadi TIOx, dan token di wallet saya selamat.
Saya harus cepat menyesuaikan diri belajar lagi dari tidur saya, sampai lupa kalau tiap transaksi harus memiliki GAS alias FEE untuk diberikan kepada miner. Untung saja ada exchanger BTC dan Ethereum bernama LUNO sangat membantu saya bertransaksi dari rupiah ke ETH...cukup 20rb saja maka GAS untuk transfer TIOx ke dalam platform trade io dapat terlaksana. LUNO kini sudah bekerjasama dengan bank mandiri dan BNI untuk transaksi exchanger BTC dan ETH
Semua dana di token TIOx kini saya simpan di LP agar mendapatkan cipratan dari kolamnya , walau sedikit dan harga BTC yg sangat dibawah menyebabkan semua token terus ikut tertarik kebawah , tidak kenapa lahh. Setidaknya saya sudah mempunyai bekal ilmu untuk menghadapi dunia digital kaum milenium yaitu Cryptocurrency dan Tokenomics. Sampai jumpa di saat saya mendapatkan ilmu baru, saya berjanji akan menulisnya disini.
Nostalgia Bersama Buku Dasar Digital Legendaris dari Forrest M. Mims III
Tulisan mengenai buku legendaris ini mungkin sudah pernah saya bahas beberapa tahun yg lalu, saat pertama kali saya menemukan harta karun ini di pusat buku bekas Kampung Ilmu Surabaya jalan semarang (dekat stasiun pasar turi). Beberapa kali saya diminta untuk memperbanyak alias fotocopy atas desakan teman-teman forum elektronika di facebook kala itu dan lumayan s/d 500 copy seingat saya berhasil terjual. Tapi karena buku ini sudah berumur lebih dari 30 tahun saya takut akan rusak jika sering ditekuk saat masuk mesin fotocopy lalu saya putuskan untuk berhenti saja. Rencananya saya mau susun PDF nya atau saya scan dan bahas satu per satu halaman di blog, tapi itu akan memakan effort yg lumayan keras. Dan tentunya yg bikin malas scan adalah sudah tersedia PDF nya diluar sana seperti yg kalian bisa unduh disini .
Yang saya tunjukkan link pdf diatas merupakan edisi pertama dan sedikit berbeda dengan yg saya punya tapi pada intinya tetap mengupas dasar-dasar elektronika digital dasar mulai dari pengenalan GATE sampai IC CMOS/TTL melalu praktek-praktek elektronika era 80an. Mungkin jika pembaca generasi milenial akan butuh sedikit penyesuaian, sebagai perbandingan pembahasan membuat RAM 4 bit serasa sangat tidak efektif dijaman prosesor 64bit sekarang ini. Tapi saya sebagai orang yg berada di generasi penghubung era digital clasic dan era smartphone merasakan manfaat yg sangat besar. Bagaimana jika anda dituntut men desain alat yg berupa data angka 2 digit pada pc 64 bit ? Anda akan merasakan ketimpangan yg terlalu besar jika bermain dengan IOT yg hanya butuh mengolah data dan mengirimkan hasil pembacaan sensor berupa angka 1 sd 100. Anda akan merasa sangat beruntung jika menguasai prinsip dasar RAM yg walau hanya 4 bit tapi sangat berguna di dunia IOT.
Forrest Mims merupakan penulis yg rajin mengisi di majalah Elektronika sangat terkenal di era 70 sd 90 an yaitu POPULAR ELECTRONICS. Jarang ditemukan buku yg sangat detail menleaskan dasar dan aturan-aturan dunia digital di halaman depan, bahkan di buku seri engineers notebook ini terdapat sekitar 10 halaman yg hanya membahas aturan sebelum melakukan praktek.
Seperti flashback ke jaman dahulu ketika saya kuliah dan dosen kami (yg sempat kuliah di amrik) juga flashback mengenai radio shack - popular electronics - dan korespondensi surat menyurat dengan penulis artikelnya. Jadi saya seperti melakukan relay flashback..heheheh....untungnya beberapa kali saya membaca blog orang amerika dan video di youtube mengenai kejayaan radio shack dan popular electronics jaman dulu. Tentu saja ini mengkonfirmasi cerita dosen kami yg kuliah di amrik tahun 80an tersebut.
Jadi dapat diceritakan pada jaman keemasannya, popular elektronics merupakan semacam marketplace untuk hobby elektronika ( jika di analogikan jaman sekarang) dimana akan dibahas peralatan elektronika terbaru beserta penjelasannya dan tentunya diakhir tulisan akan terdapat alamat dimana membeli kit project DIY ini. Mulai dari metal detector, alat penyadap, penangkap sinyal satelit sampai ke microcomputer pun dibahas dan disertakan project yg dapat dipesan. Bahkan PC pertama di dunia yaitu Apple 1 pun dijual pertama kali melalui majalah ini dan bekerjasama dengan retailer elektronika saat itu Radio Shack. Jadi jika anda membaca artikel hari ini maka keesokan harinya dapat meluncur ke kedai radio shack terdekat untuk memesan KIT dari percobaan yg dibahas di majalah.
Buku ini sangat lengkap dalam hal pembahasan IC TTL dan CMOS. Mungkin beberapa IC sudah obsolete atau tidak diproduksi tapi tetap bisa dicarikan padanannya. Beragam project dasar sampai menengah dapat diikuti rangkaian elektronik nya dengan TULISAN tangan asli dari mister Forrest Mims. Gak percaya ? perhatikan gambar berikut...
Pada bagian awal bukunya terdapat dasar elektronika digital yg para mahasiswa elektro pasti harus lulus. Dan saya pun cukup lulus dengan nilai C ...ahhh masa itu saya sangat bingung dengan logika elektronika tukang solder yg kurang sreg ketika harus ditulis dalam kertas. Buktinya ketika saya praktikum di matakuliah yg sama topik (beda nama dan sks) saya mendapatkan nilai A, mungkin karena saya lebih paham ketika logika 1 dan 0 di praktekkan dengan lampu led hidup atau mati, bukan seperti tabel "kebenaran" atau Truth table seperti yg digambarkan bapak forrest dibawah ini.
Bagi yg tidak sabar untuk membaca bukunya bisa mengunduhnya disini . Jika ada waktu luang akan saya mencoba membahas beberapa project yg terdapat pada buku yang masih relevan di jaman sekarang. Selamat belajar elektronika digital.
Selasa, 27 November 2018
Siaran langsung olahraga bergeser ke streaming ?
"...yang abadi hanyalah perubahan" ..era berganti peluang dilihat lalu uang didapat, yang tak berubah akan mati ..
Begitu kiranya yg saya amati dari dunia televisi saat ini. Masih teringat jelas bagaimana fredy mercury mengeluh siaran RADIO GAGA kesayangannya mulai tersaingi televisi dan The Buggles menyebut dengan lantang dalam lirik lagu "video killed the radio star" saat MTV meluncurkan acara musik 24 jam tahun 1980. Perubahan inipun sangat dipengaruhi bagaimana perilaku dan trend kaum muda yang menjadi pasar yg potensial bagi pebisnis media. Yang terjadi pada episode berikutnya saat era milenium bergulir, muncul lagu parodi "internet killed the video star", yg penulis pernah dengar sekitar tahun 2001. Ya tentunya jaman milenium awal, internet tercepat dikampus via satelit VSAT hanya 128 kbps dan masih sangat jauh ceritanya jika televisi akan dikalahkan internet.
Penyedia layanan TV berbayar di era 2000 an mengalami masa jayanya dengan semakin murahnya teknologi DVB via satelit maupun cable, dengan penetrasi pasar yg umumnya di kota besar dengan karakteristik lahan rumah yg sempit menjadikan parabola mini menjadi idola demi menonton siaran TV premium. Sedangkan pada penyedia TV kabel hanya bisa melayani di kota2 besar secara komersial walau di pelosok Indonesia bertebaran TV kabel analog lokal.
Dekade milenial berikutnya ditandai dengan semakin tingginya bandwith internet melalui layanan 4G / LTE atau Fiber optic ke rumah. IPTV menjadi the next big things dari dunia televisi dengan layanan catchup , rewind dan VOD (video on demand) . Kini kendali menonton TV benar ada di tangan pemegang remote karena semakin banyak pilihan tayangan. Tapi sepertinya ada tantangan dari kaum milenial yg terlahir terbiasa memegang SMARTPHONE. Mereka hanya menggunakan TV untuk jadi anak patuh demi menemani orang tuanya menonton tv.
Benar saja layanan streaming TV yg 10 tahun lalu hanya menjadi cara ilegal menonton TV premium menjadi sesuatu yg benar-benar mencengangkan. Penulis mengikuti benar layanan streaming ilegal saat era P2P streaming lewat sopcast, ketika comcast di amrik sana dengan tanpa enkripsi membuka port untuk play saluran TV melalu jaringan internet. Dan tentu saja pelopornya cracker asal china yg saat itu menyediakan beberapa software p2p streaming. Setelah IPTV menjadi platform umum menonton tv kabel maka layanan TV ilegal menjadi bergeser ke KODI yg memanfaatkan pengembang open souurce dengan menyebarnya repository dan layanan add ons. Penulis sempat menikmati kejayaan menonton KODI via android box TV sampai saat ajalnya ketika hampir semua repository terkenal di grebeg dan pembuatnya dikenakan hukuman pelanggaran hak cipta.
Supersoccer TV mungkin dahulunya hanya dianggap iklan rokok oleh penonton siaran bola di TV Indonesia dan benar saja saya pun demikian. Ketika Serie A musim 2016 diambil exclusive oleh SSTV dimulailah era baru menonton TV lewat smartphone alias streaming di Indonesia. Infrastruktur Internet dan permainan kuota FUP dari operator sempat membuat layanan sport streaming ini seperti terlalu mahal karena selain bayar bulanan pengguna juga harus merogoh kocek lebih untuk beli kuota internet.
Cerita berlanjut dengan masuknya pemain televisi tradisional ke dunia streaming seperti vidio dot com atau mnc mobile / me tube . Ini tidak lepas dari proyeksi bisnis televisi diluar negeri sana yg menjadi kiblat pelaku televisi Indonesia, cenderung mengarah ke streaming semuanya. Amazon fire stick, roku, netflix, bahkan yg mengehbohkan Facebook melirik pasar india sebagai laboratorium layanan tv streaming dengan membeli hak siar serie A secara exclusive di tahun 2018. Yang gak kalah serunya kita nantikan kehadiran MOLA TV yg memenangkan hak siar Liga inggris 2019 s/d 2021 di Indonesia dan MOLA TV mengaku sebagai platform TV Streaming.
Dengan nilai bisnis yg menyentuh angka triliunan rupiah, platform baru ini akan menjadi pertaruhan besar bagi investor penyedia layanan streaming, sebab pengalaman penulis yg kurang mengenakkan saat menonton bareng final Champions League 2018 antara Liverpool vs Real madrid. Saat itu penulis bergabung bersama ribuan orang di acara nonton bareng di Sutos surabaya dengan sponsor utama Bein Sport Connect yg menyediakan streaming dilayar super besar.
Apa yg terjadi ? LAG dan Buffering ! Di salah satu sudut cafe kecil yg menyetel siaran SCTV dari antena UHF sudah berteriak GOOL saat benzema membobol gawang karius. Dan dilayar besar beinsport connect para penonton keheranan karena gol telat hampir 20 detik dan menyuruh panitia untuk merubah menyetel SCTV . Keriuhan pun muncul saat gol balasan sadio mane beberapa menit berikutnya dan layar besar menjadi buffering. Dan dapat ditebak akhirnya siaran UHF SCTV yg diputar di layar besar.
Kejadian ini bukan hanya di lokal sini saja (maklumlah infratruktur internet Indonesia bisa di kambing hitamnkan), karena menurut mbah google, banyak penonton superbowl ( final sepakbola gaya amerika ) yg sudah membayar mahal untuk siaran Pay Per View tanpa Iklan melalui streaming amazon, ternyata terjadi buffering dan delay. Hebohlah dunia televisi streaming. Tapi ini tidak menyurutkan minat para investor dan pelaku bisnis streaming, ini terbukti dengan jatuhnya hak siar NFL NHL MLB dan hampir semua siaran olahraga favorit di amerika sana ke tangan layanan streaming DAZN.
Jadi siapkah anda menyambut siaran langsung olahraga melalui TV streaming dengan tambahan lag dan delay di Indonesia?
[crypto] Berjodohkah saya dengan dunia Crypto Economics ?
Dunia digital merupakan dunia saya. Ya tentu saja sejalan dengan tema blog ini yg selalu membahas tentang dasar teori sampai solder menyolder elektronika digital. Sangat meng-asyikkan memang kalau melakukan sesuatu yg merupakan hoby sejak kecil, memang sih capek melakoninya namun tidak akan terasa walau berjam-jam di depan komputer coding microcontroler, menyusun IC CMOS untuk lampu led berjalan bahkan sampai kegiatan treking sinyal satelit atau TV digital. Jika lagi mood menulis pasti saya bagi ilmu yg saya dapat dari hasil eksperimen saya pada blog ini. Kepuasan yg saya dapat melebihi apapun, terang saja jika pembaca hoby nya mancing, maka laut dibelahan bumi manapun mungkin akan di-casting demi sensasi tarikan ikan yg MANTAP.
Dunia digital setelah era saya beranjak dewasa ditandai dengan beberapa perkembangan yg sangat cepat dan harus di ikuti agar tidak tergilas jaman. Sebagai orang yg selalu ingin update dunia digital terbaru maka kira-kira secara flashback sejak saya lulus kuliah, dunia digital di kepala saya memiliki cerita seperti ini:
AVR => ARDUINO => IOT => CRYPTO
Mungkin bagi setiap orang berbeda jalan ceritanya tapi secara garis besar itulah yg terlintas, jika anda mengikuti blog ini mungkin pembahasan sampai IOT sudah sering saya bahas, lalu bagaimana dengan crypto? Belum pernah saya tulis memang walau sebenarnya saya memiliki hubungan putus nyambung dengan dunia crypto. Begini kisah saya.
Gambar diatas adalah power supply switching yg umum dipakai diperangkat elektronika dan perangkat inilah yg membawa saya mengenal dunia krypto pada sekitar tahun 2011.Saat itu saya sedang semangatnya menyusun blog ini dan beberapa project solderan yg saya dapat sering kali saya tulis untuk pembaca (sebenarnya tujuannya menghemat memori otak). Saat itu seorang pembaca menawari saya untuk repair power supply dari alat yg asing bagi saya yaitu "miner bitcoin". Pikiran saya... "apapula itu ?" saya gak ambil pusing fokus membelikan bapak itu power supply baru sesuai spesifikasi. Dan alangkah terkejutnya saya ketika saya bawakan power supply dirumahnya terdapat susunan komputer dengan VGA berejer serta beberapa miner FPGA yg saat itu (2011) masih cukup digunakan mining bitcoin. Tak peduli apa itu bitcoin, mining , rig, hash yg penting power supply switchingnya dapat berfungsi dengan baik.
Ditahun 2011 itu saya menyibukkan diri di pekerjaan kantor dan beberapa project elektronika yg saya kerjakan sendiri. Jadi gak terbesit pikiran sama sekali tentang kripto sampai suatu hari bapak yg repair switching minernya menelpon saya dan mengajak berdiskusi tentang miner FPGA dan kebetulan saja ilmu FPGA masih ada tapi sudah tidak up-to-date sejak lulus kuliah 2003. Saya seperti kebingungan memasukkan logika mata uang kripto saat itu kedalam perangkat elektronik dan saya hanya menerima saja apa yg di jelaskan oleh bapak miner tadi. Dan tentu saja karena tidak nyambung dengan dunia microcontroller maka dengan sukses hal ini berlalu melintas saja dari kuping kiri ke kanan.
Kenapa tidak bisa mining dengan microcontroller ? Kenapa harus memakai FPGA ? Kenapa kemudian FPGA ditinggalkan dan beralih ke GPU atau VGA card mining ? Apa itu ASIC mining? Susah untuk dicerna bagi orang awam tapi saya berusaha menjelaskan secara bahasa orang awam.
Butuh usaha keras untuk meng-analogikan dengan kejadian di dunia sehari-hari, tapi gampangnya gini saja kita pakai analogi berbelanja model FJB kaskus jaman dulu dengan menggunakan REKBER alias orang ke 3 yg menyediakan rekening bersama yg nantinya pembeli mentransfer ke rekening bersama dan penjual akan dibayar atau ditransfer hasil jualannya setelah pembeli melapor barang diterima dengan baik. Si pemilik rekber ini akan menarik FEE tertentu untuk transaksi tersebut. Seperti itu mungkin analogi yg termudah, jelasnya seperti gambar diatas atau penjelasan seperti ini:
- Orang (A) mempunyai dana crypto dalam "wallet" , paling umum BTC (bitcoin) atau ETH (ethereum)
- Orang (B) sama-sama memiliki wallet dan menjual barang dagangan ke (A)
- Orang (A) mengirim sejumlah uang crypto semisal 1 BTC ke Orang (B)
- Network dari BTC akan mendeteksi transaksi ini dan membroadcast ke orang(C s/d Z) .."hei ada transaksi nih..tolong di verifikasi dan catatkan di jurnal transaksi"
- Orang (C s/d Z) inilah yg dinamakan MINER dan berlomba cepat2an melakukan verifikasi transaksi antara orang (A) dan orang (B) , dengan imbalan FEE tertentu.
- Saking banyaknya orang yg mau verifikasi, maka oleh system diberikan pertanyaan matematika dengan tingkat kesulitan sesuai level yg ditentukan regulator (dinamakan HASH algoritma). Makin sulit pertanyaan yg harus dipecahkan makin malas orang mining atau memverifikasi, tapi jika FEE nya besar maka para miner semangat tentunya.
- Untuk melakukan cepat-cepatan menjawab soal inilah diperlukan tingkat komputasi PARALEL PROCESSING mutlak diperlukan dan ini tidak bisa dilakukan oleh processor biasa maupun microcontroller yg melakukan eksekusi coding sequencial/berurutan. Bahkan sekarang mining dilakukan oleh perangkat chip custom / ASIC yg dibuat khusus untuk mining kripto.
- Siapa cepat dia dapat FEE alias uang mining , dan transaksi antara orang (A) dan orang (B) ter-verifikasi.
Mumet mas broo? siapapun akan mumet kalau hanya membaca saja, harus dipraktekkan langsung nyata seperti yg saya sering lakukan. Tanpa praktek ujungnya bingung lhoo. Tahun 2011 masih bisa kita melakukan mining kecil-kecilan menggunakan komputer dan secara manual memecahkan pertanyaan hash nya. Seingat saya satu kantor saat itu demam crypto sampe akhirnya bosen karena tak pernah dapat uang miningnya, mungkin inilah yg menyebabkan pemahaman saya tentang crypto agak sedikit lebih mudah meng-analogikan nya ke kehidupan sehari-hari...maklum lah udah duluan tau...
Tahun berlalu dan saya hanya sebagai "silent reader" saja, pengamat bukan , miner juga bukan hanya bisa menjawab kalau ada teman atau saudara yg sedang posting mengenai bitcoin di timeline FB atau grup WA , maklum saya mengerti dasarnya saja. Dan ....Penyesalan terjadi saat 2016 - 2017 kegilaan cryptocurency muncul, makin banyak aja teman yg bertanya dan menganggap saya adalah "miner" yg ketiban rejeki nomplok. Tapi ketika ada pertanyaan mengenai crypto ke saya, disitulah saya merasa sangat sedih . Kenapa tahun 2011 saat 1 BTC hanya berharga dibawah 10 ribu rupiah dan saya hanya melewatkannya tanpa membelinya ? "Ahhh bukan rejekimu..." kata teman saya ...iya bukan rejeki saya tapi rejeki bapak yg 2011 itu saya benerkan power supply miner nya. Ya sudah lupakan saja.
Saat dimana saya merasa kurang berjodoh dengan dunia kripto ini entah kenapa diakhir 2017 seperti dipaksa untuk membaca blog dan video youtube mengenai penggunaan crypto di diluar dunia jual beli. Ternyata apapun bisa di-cryptokan seperti tanpa ada batasannya, sampai membeli kucing dan anjing pun bisa di crypto kan. Ya memang bisa saja "analogi" jasa verifikasi bisa digunakan, misal anda membeli anjing di petshop lewat online, maka sang verifikator /miner akan mengecek apakah anjing lucu digambar sesuai dengan yg di pet shop. Seperti itulah yg saya bisa analogikan, tapi yg mencuri perhatian saya adalah saat ICO ( intial coin offering) atau penawaran coin dari suatu platform trading berbasis crypto algoritm yg lebih masuk akal untuk di lakukan peng-kripto-an. Membaca white paper, time line dari projectnya dan orang-orang pintar dibelakangnya membuat saya lebih sreg, karena tidak terburu-buru menjanjikan keuntungan muluk-muluk.
Agar tidak terlalu panjang akan saya bahas platform crypto "trade io" yg selama setahun ini saya pantau terus perkembangannya, di postingan selanjutnya. Sampai ketemu disana ya....
Senin, 26 November 2018
Pertarungan abadi antara Kabel & Nirkabel
Sebuah satir yang cenderung sarkastik tapi tetap menggelikan tersebar luas dimedia sosial beberapa saat yg lalu. Langsung terbayang bagaimana pengalaman penulis yg saat itu naik motor menghindari untaian kabel fiber optik yg melintang terlalu rendah didepan komplek perumahan, mungkin karena hujan malam sebelumnya mengakibatkan klem atau pengikat kabelnya terlepas. Akhirnya dengan sukses kabel terputus oleh truk sampah yg melintas dibelakang saya. Seingat saya jaman kabel telpon sudah lewat nihh..maklum ingatan saya kalau kabel-kabel yg menjuntai seperti ini hanya saya temukan di era 90-2000 an dimana layanan telpon menggunakan kabel tembaga ke rumah hampir dipastikan ada di setiap rumah. Dan ketika penulis menjadi buruh di dunia seluler makin banyak kabel yg dibabat telkom karena semakin banyak pelanggan telkom yg beralih ke FWA (fixed wireless access) macam Telkom Flexi atau Fren. Kenapa sekarang muncul lagi ya fenomena hutan kabel ?
Gambar diatas bukan di jepang looo...itu di salah satu jalan di Surabaya yg sedang ketiban rejeki dimana november 2018 menjadi bulan spesial setelah 10 tahun lamanya pohon Sakura KW atau Tabebuya ini di tanam oleh walikota tercinta ibu Risma. Penulis sempat mengamati beberapa kali waktu mekar kembang bunga tabebuya ini selalu di bulan November dan di tahun 2018 menjadi yg paling meriah karena musim kemaraunya yg cukup panjang. Lalu apa hubungannya dengan kabel & Nirkabel ? Liat sendiri deh background kurang mengenakkan dari gambar diatas, ada yg sedikit mengganjal dari untaian kabel yg mungkin tidak ditemukan di versi gambar Bunga Sakura yg asli bukan KW.
Kembali ke topik pertarungan wired vs wireless yg sudah ada semenjak faraday menemukan efek magnetisme dalam aliran listrik, bersambung kemudian dengan telegraph nya morse, telepon nya Alexander graham bell, Rumusnya maxwell, Radionya marconi, Listrik nya tesla, Tv nya farnsworth dan sebagainya. Penyempurnaan dari teknologi sebelumnya akan kembali berulang disempurnakan kembali dengan teknologi rival yg sebelum nya "dikalahkan" . Bersambung ke jaman now yg mungkin lebih mudah dipahami pembaca, wireless sangat memudahkan pengguna nya. Bayangkan penyanyi rock tahun 80an harus diam statis gak bisa jingkrak-jingkrak jauh karena terbatas oleh panjang kabel. Ketika era mic wireless muncul maka AXL rose bisa leluasa berlari kesana kemari dan ini gak akan bisa dilakukan jimi hendrik di era 60an.
Era milenium ditandai dengan berkembangnya dunia seluler yg bukan hanya menawarkan layanan telefoni saja akan tetapi semakin lama menuju ke layanan DATA internet. Sebelumnya orang merasa terbebaskan oleh belenggu kabel telepon, kini bebas bergerak mobile kemana-mana . Saat orang merasa telepon hanya satu dimensi suara saja, kemudian manusia menciptakan komunikasi antar orang dengan dimensi suara + gambar melalui yg namanya voice call dan tentunya dibutuhkan layanan seluler 3G yg memakan bandwith data lebih besar. Pada jaman awal 3G di gelar umumnya jalur transmisi antar menara ke sentral telekomunikasi cukup menggunakan jalur radio microwave. Akan tetapi seperti yang disadari semua orang yg berkecimpung di dunia "radio" maka disadari spektrum frekuensi adalah barang langka yg harus di susun penggunaannya agar tidak saling mengganggu. Nah disinilah solusi yang diberikan oleh penyedia teknologi adalah kembali ke KABEL.
Serat optik menjamin bandwith yg lebih besar secara point to pint sehingga untuk layanan 3G - 4G dan generasi selanjutnya mutlak menggunakannya sebagai jalur transmisi dari tower pemancar ke sentral switching nya. Sepertinya jika kita ambil kesadaran paling dasar, bahwa teknologi wireless seluler ini tidak semuanya tanpa kabel, ada sisi teknologi yg mengharuskan penggunaan kabel dari ponit to point.
Optik Bandwith tinggi ke rumah-rumah untuk layanan triple play ( Telepon - Internet - IPTV) kini mulai juga dilirik sebagai ladang bisnis bagi operator telekomunikasi di Indonesia. Dengan permintaan yg sangat tinggi inilah menyebabkan muncul beberapa layanan Fiber to Home walau kalau dilihat dari perkembangannya masih tertinggal 5 tahun dari negara lainnya (paling dekat dengan singapura atau malaysia ). Mungkin setelah dilihat pasar negara lain profitable barulah disini berani dijual. Maka bermunculanlah proyek REBOISASI hutan kabel di kota-kota besar di Indonesia.
Kapankah pihak wireless akan membalas? Layak ditunggu dan akan saya nantikan saat itu dan pastinya akan menulisnya dalam episode " WIRELESS STRIKE BACK "