Dunia digital merupakan dunia saya. Ya tentu saja sejalan dengan tema blog ini yg selalu membahas tentang dasar teori sampai solder menyolder elektronika digital. Sangat meng-asyikkan memang kalau melakukan sesuatu yg merupakan hoby sejak kecil, memang sih capek melakoninya namun tidak akan terasa walau berjam-jam di depan komputer coding microcontroler, menyusun IC CMOS untuk lampu led berjalan bahkan sampai kegiatan treking sinyal satelit atau TV digital. Jika lagi mood menulis pasti saya bagi ilmu yg saya dapat dari hasil eksperimen saya pada blog ini. Kepuasan yg saya dapat melebihi apapun, terang saja jika pembaca hoby nya mancing, maka laut dibelahan bumi manapun mungkin akan di-casting demi sensasi tarikan ikan yg MANTAP.
Dunia digital setelah era saya beranjak dewasa ditandai dengan beberapa perkembangan yg sangat cepat dan harus di ikuti agar tidak tergilas jaman. Sebagai orang yg selalu ingin update dunia digital terbaru maka kira-kira secara flashback sejak saya lulus kuliah, dunia digital di kepala saya memiliki cerita seperti ini:
AVR => ARDUINO => IOT => CRYPTO
Mungkin bagi setiap orang berbeda jalan ceritanya tapi secara garis besar itulah yg terlintas, jika anda mengikuti blog ini mungkin pembahasan sampai IOT sudah sering saya bahas, lalu bagaimana dengan crypto? Belum pernah saya tulis memang walau sebenarnya saya memiliki hubungan putus nyambung dengan dunia crypto. Begini kisah saya.
Gambar diatas adalah power supply switching yg umum dipakai diperangkat elektronika dan perangkat inilah yg membawa saya mengenal dunia krypto pada sekitar tahun 2011.Saat itu saya sedang semangatnya menyusun blog ini dan beberapa project solderan yg saya dapat sering kali saya tulis untuk pembaca (sebenarnya tujuannya menghemat memori otak). Saat itu seorang pembaca menawari saya untuk repair power supply dari alat yg asing bagi saya yaitu "miner bitcoin". Pikiran saya... "apapula itu ?" saya gak ambil pusing fokus membelikan bapak itu power supply baru sesuai spesifikasi. Dan alangkah terkejutnya saya ketika saya bawakan power supply dirumahnya terdapat susunan komputer dengan VGA berejer serta beberapa miner FPGA yg saat itu (2011) masih cukup digunakan mining bitcoin. Tak peduli apa itu bitcoin, mining , rig, hash yg penting power supply switchingnya dapat berfungsi dengan baik.
Ditahun 2011 itu saya menyibukkan diri di pekerjaan kantor dan beberapa project elektronika yg saya kerjakan sendiri. Jadi gak terbesit pikiran sama sekali tentang kripto sampai suatu hari bapak yg repair switching minernya menelpon saya dan mengajak berdiskusi tentang miner FPGA dan kebetulan saja ilmu FPGA masih ada tapi sudah tidak up-to-date sejak lulus kuliah 2003. Saya seperti kebingungan memasukkan logika mata uang kripto saat itu kedalam perangkat elektronik dan saya hanya menerima saja apa yg di jelaskan oleh bapak miner tadi. Dan tentu saja karena tidak nyambung dengan dunia microcontroller maka dengan sukses hal ini berlalu melintas saja dari kuping kiri ke kanan.
Kenapa tidak bisa mining dengan microcontroller ? Kenapa harus memakai FPGA ? Kenapa kemudian FPGA ditinggalkan dan beralih ke GPU atau VGA card mining ? Apa itu ASIC mining? Susah untuk dicerna bagi orang awam tapi saya berusaha menjelaskan secara bahasa orang awam.
Butuh usaha keras untuk meng-analogikan dengan kejadian di dunia sehari-hari, tapi gampangnya gini saja kita pakai analogi berbelanja model FJB kaskus jaman dulu dengan menggunakan REKBER alias orang ke 3 yg menyediakan rekening bersama yg nantinya pembeli mentransfer ke rekening bersama dan penjual akan dibayar atau ditransfer hasil jualannya setelah pembeli melapor barang diterima dengan baik. Si pemilik rekber ini akan menarik FEE tertentu untuk transaksi tersebut. Seperti itu mungkin analogi yg termudah, jelasnya seperti gambar diatas atau penjelasan seperti ini:
- Orang (A) mempunyai dana crypto dalam "wallet" , paling umum BTC (bitcoin) atau ETH (ethereum)
- Orang (B) sama-sama memiliki wallet dan menjual barang dagangan ke (A)
- Orang (A) mengirim sejumlah uang crypto semisal 1 BTC ke Orang (B)
- Network dari BTC akan mendeteksi transaksi ini dan membroadcast ke orang(C s/d Z) .."hei ada transaksi nih..tolong di verifikasi dan catatkan di jurnal transaksi"
- Orang (C s/d Z) inilah yg dinamakan MINER dan berlomba cepat2an melakukan verifikasi transaksi antara orang (A) dan orang (B) , dengan imbalan FEE tertentu.
- Saking banyaknya orang yg mau verifikasi, maka oleh system diberikan pertanyaan matematika dengan tingkat kesulitan sesuai level yg ditentukan regulator (dinamakan HASH algoritma). Makin sulit pertanyaan yg harus dipecahkan makin malas orang mining atau memverifikasi, tapi jika FEE nya besar maka para miner semangat tentunya.
- Untuk melakukan cepat-cepatan menjawab soal inilah diperlukan tingkat komputasi PARALEL PROCESSING mutlak diperlukan dan ini tidak bisa dilakukan oleh processor biasa maupun microcontroller yg melakukan eksekusi coding sequencial/berurutan. Bahkan sekarang mining dilakukan oleh perangkat chip custom / ASIC yg dibuat khusus untuk mining kripto.
- Siapa cepat dia dapat FEE alias uang mining , dan transaksi antara orang (A) dan orang (B) ter-verifikasi.
Mumet mas broo? siapapun akan mumet kalau hanya membaca saja, harus dipraktekkan langsung nyata seperti yg saya sering lakukan. Tanpa praktek ujungnya bingung lhoo. Tahun 2011 masih bisa kita melakukan mining kecil-kecilan menggunakan komputer dan secara manual memecahkan pertanyaan hash nya. Seingat saya satu kantor saat itu demam crypto sampe akhirnya bosen karena tak pernah dapat uang miningnya, mungkin inilah yg menyebabkan pemahaman saya tentang crypto agak sedikit lebih mudah meng-analogikan nya ke kehidupan sehari-hari...maklum lah udah duluan tau...
Tahun berlalu dan saya hanya sebagai "silent reader" saja, pengamat bukan , miner juga bukan hanya bisa menjawab kalau ada teman atau saudara yg sedang posting mengenai bitcoin di timeline FB atau grup WA , maklum saya mengerti dasarnya saja. Dan ....Penyesalan terjadi saat 2016 - 2017 kegilaan cryptocurency muncul, makin banyak aja teman yg bertanya dan menganggap saya adalah "miner" yg ketiban rejeki nomplok. Tapi ketika ada pertanyaan mengenai crypto ke saya, disitulah saya merasa sangat sedih . Kenapa tahun 2011 saat 1 BTC hanya berharga dibawah 10 ribu rupiah dan saya hanya melewatkannya tanpa membelinya ? "Ahhh bukan rejekimu..." kata teman saya ...iya bukan rejeki saya tapi rejeki bapak yg 2011 itu saya benerkan power supply miner nya. Ya sudah lupakan saja.
Saat dimana saya merasa kurang berjodoh dengan dunia kripto ini entah kenapa diakhir 2017 seperti dipaksa untuk membaca blog dan video youtube mengenai penggunaan crypto di diluar dunia jual beli. Ternyata apapun bisa di-cryptokan seperti tanpa ada batasannya, sampai membeli kucing dan anjing pun bisa di crypto kan. Ya memang bisa saja "analogi" jasa verifikasi bisa digunakan, misal anda membeli anjing di petshop lewat online, maka sang verifikator /miner akan mengecek apakah anjing lucu digambar sesuai dengan yg di pet shop. Seperti itulah yg saya bisa analogikan, tapi yg mencuri perhatian saya adalah saat ICO ( intial coin offering) atau penawaran coin dari suatu platform trading berbasis crypto algoritm yg lebih masuk akal untuk di lakukan peng-kripto-an. Membaca white paper, time line dari projectnya dan orang-orang pintar dibelakangnya membuat saya lebih sreg, karena tidak terburu-buru menjanjikan keuntungan muluk-muluk.
Agar tidak terlalu panjang akan saya bahas platform crypto "trade io" yg selama setahun ini saya pantau terus perkembangannya, di postingan selanjutnya. Sampai ketemu disana ya....
0 komentar:
Posting Komentar