5G telah digambarkan sebagai "game changer" dan ada banyak perdebatan dan pendapat tentangnya. Beberapa di antaranya akurat tetapi banyak juga yang tidak. Untuk membantu Anda memisahkan fakta dari mitos, kami telah melihat lebih dekat lima mitos 5G yang beredar di dunia maya.
Sebagai blogger yg sempat 10 tahun mengabdi di dunia seluler, walau masih sebatas sampai jaman 3G waktu itu, pasti saja ada perdebatan efek teknologi baru terhadap segala aspek kehidupan manusia. Terutama ketika berhadapan dengan masyarakat awam yg taunya gelombang elektromagnetik akan mempengaruhi kesehatan manusia. Pernah suatu ketika penulis mendapatkan tantangan dari seorang dokter senior di sebuah lokasi perumahan yg akan saya pasangkan tower BTS.
Dokter ini memang tidak salah ketika membandingkan radiasi perangkat radiologi pada instalasi kesehatan yg umumnya kita kenal dengan isitilah rontgen. Memang frekuensi kerja rontgen mirip-mirip ada pada frekuensi tinggi berorde GHz. Akan tetapi ketika saya debat dengan membandingkan power dari rontgen vs antena BTS serta jarak antara operator rontgen dengan perangkatnya, maka bapak dokter ini sedikit berlogika mendukung saya walaupun kekeh mempertahankan pendapatnya. Ujungnya ya dengan silaturahmi dan beberapa kali syukuran (makan - makan tentunya) semua permasalahan selesai dengan musyawarah ala Indonesia.
Namun untuk membantu meyakinkan Anda memisahkan fakta dari fiksi, apakah pendapat saya bahwa teknologi seluler itu aman buat manusia, saya telah merangkum dan melihat lebih dekat lima mitos 5G yang beredar saat ini.
Mitos #1: 5G adalah teknologi baru yang belum teruji
Fakta #1
Teknologi yang diandalkan 5G bukanlah hal baru; itu merupakan bagian integral dari kehidupan kita dan diuji sesuai dengan standar keamanan internasional yang ketat.
Indonesia memang telat mengadopsi teknologi 5G karena persiapan infrastruktur dan penataan frekuensi, terutama pada migrasi TV digital, mengalami penundaan. Jadi jaringan 5G sudah terbukti aman di negara maju yg sudah menggelar 5G sejak 2019
Mitos #2: 5G berbahaya bagi kesehatan manusia
Fakta #2
Tidak ada bukti yang menunjukkan 5G berbahaya bagi kesehatan manusia.
Dalam Q&A pada 27 Februari 2020 tentang jaringan seluler dan kesehatan 5G, organisasi tersebut memberikan pengingat ini:
“Sampai saat ini, dan setelah banyak penelitian dilakukan, tidak ada efek kesehatan yang merugikan yang dikaitkan dengan paparan teknologi nirkabel. Kesimpulan terkait kesehatan diambil dari penelitian yang dilakukan di seluruh spektrum radio tetapi, sejauh ini, hanya beberapa penelitian yang dilakukan pada frekuensi yang akan digunakan oleh 5G. […] Asalkan paparan keseluruhan tetap di bawah pedoman internasional, tidak ada konsekuensi bagi kesehatan masyarakat yang diantisipasi.”
Di bagian "MythBuster", WHO membantah hubungan apa pun antara COVID-19 dan 5G:
“Jaringan seluler 5G TIDAK menyebarkan COVID-19: virus tidak dapat menyebar melalui gelombang radio/jaringan seluler. COVID-19 menyebar di banyak negara yang tidak memiliki jaringan seluler 5G.”
Mitos #3: 5G menggunakan frekuensi yang lebih tinggi yang berarti tingkat radiasi yang lebih tinggi
Fakta #3
5G akan beroperasi menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan menghasilkan tingkat energi elektromagnetik yang lebih rendah. Semakin tinggi frekuensi yg digunakan maka akan menyebabkan jangkauannya radiasi elektromagnetiknya melemah.
Mitos #4: Energi elektromagnetik hanya dipancarkan dari fasilitas telekomunikasi
Fakta #4
Energi elektromagnetik dipancarkan dari sejumlah sumber alami dan buatan termasuk dan tidak terbatas pada telekomunikasi. Speaker Bluetooth anda juga merupakan sumber elektromagnetik lhooo, begitu juga dengan nyala lampu anda.
Mitos #5: Semua energi elektromagnetik berbahaya
Fakta #5
Beberapa energi elektromagnetik mungkin berbahaya dalam beberapa keadaan tetapi tidak untuk telekomunikasi. Dengan elektromagnetik maka anda bisa menikmati keajaiban teknologi bernama pesawat telepon.
0 komentar:
Posting Komentar