Tampilkan postingan dengan label infrared. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label infrared. Tampilkan semua postingan
Rabu, 12 Maret 2014
Pengalaman Mendesain Sistem Sensor dengan Modul Siap Pakai
Sekitar 10 tahun yang lalu ketika saya baru saja lulus kuliah, mengikuti kata hati yg masih "idealis" untuk mencoba bekerja sesuai bidang keahlian yaitu dibidang elektronika. Tak lama berselang saya pun diterima untuk bekerja di sebuah pabrik perakitan komponen elektronika di sidoarjo. Apa yg saya dapatkan disana adalah ilmu yang sangat bermanfaat walaupun saya tidak menghabiskan setahun bekerja disana. Ilmu yg saya dapatkan adalah automasi mesin-mesin produksi dilakukan dengan komponen berupa modul sensor dan kontrol siap pakai buatan pabrikan yang sudah tidak asing lagi seperti omron, autonics, dan lain sebagainya.
Pada awalnya ketika masih dalam masa orientasi saya ditugaskan untuk berkeliling lingkungan pabrik dan melihat proses produksi. Pemikiran saya cenderung meremehkan sensor-sensor dan kontol siap jadi dengan otak saya yang masih diliputi idealisme "... begitu saja harus beli mahal-mahal, cari di pasar genteng saja pasti bisa dirakit ...". Fiuuuhhh ternyata saya salah ketika saya diminta untuk merancang automasi sebuah mesin feeder komponen sebelum di laser marking dan yang terjadi adalah alat saya selesai dalam 3 hari sedangkan anak maintenance yg hanya lulusan STM merakit modul siap pakai hanya dalam waktu 3 jam. Dan inilah yang membuka pemikiran saya bahwa kadang-kadang suatu sistem automasi tidak perlu dirancang dari nol !
Perselingkuhan saya dengan modul kontrol siap pakai tak berlangsung lama karena kemudian hampir 10 tahun saya berada di dunia telco yang sangat jauh dari bidang kontrol dan automasi. Sampai suatu hari saya dihubungi oleh pembaca blog yang ingin melakukan modifikasi terhadap dump truck yang dimilikinya. Di "culiklah" saya ke workshop pabrik ini dan ternyata yang diinginkan adalah alarm saat dump truck mengangkat bak nya sehingga operator yang terkadang lupa akan mendapatkan warning sebelum bak kembali ke posisi awal. Ahh ini mudah saja tinggal memakai limit switch, begitu awal pemikiran saya. Dan saya kembali salah karena muatan truck yg bersifat korosif akan merusak switch pada akhirnya. Dan kemudian pilihan muncul pada sensor optik berupa LED INFRA dan PHOTOTRANSISTOR. Sayangnya saya hanya diberi waktu 1 hari saja !
Sampai dirumah otak serasa mau pecah dan untung saja pengalaman dipabrik dulu itu membawa saya mencari di mbah google tentang supplier sensor siap jadi dan ternyata tidak jauh-jauh ketemunya yaitu di pusat alat teknik di jl. semarang / raden saleh surabaya dan pilihan saya jatuh pada sensor photoelectric keluaran autonics BA2M series. Sensor ini akan memberikan respon saat ada halangan atau tidak dengan jarak deteksi sekitar 2 meter.
Langkah selanjutnya adalah membeli relay 24 volt karena truck menggunakan aki 24 volt. Bagaimana dengan alarmnya ? Berhubung ingin membuat tanpa menggunakan komponen diskrit larilah saya ke pusat otomotif di kedungdoro surabaya dan membeli flasher untuk lampu sein. Yang saya tidak ketahui ternyata flasher yg umum dijual untuk truck masih menggunakan flasher thermal yang prinsipnya akan memutus-sambung lampu sein berdasarkan prinsip bimetal yg akan melengkung dan memutus hubungan beban ke aki. Tapi harus diingat bahwa flasher ini tak akan berfungsi kalau bebannya kecil karena arus yg kecil tidak akan memanaskan bimetal didalam tabung flasher. Akhirnya saya harus membeli lampu 24 volt...dan saat itu waktu sudah beranjak malam , toko di kedungdoro pun telah berubah menjadi lapak nasi bebek !
Tidak kalah akal saya berpikir bahwa beban ini bisa digantikan dengan resistor. Jika rating dari flasher menunjukkan 25 watt maka saya membutuhkan sekiranya dengan rumus P=V x I , maka dengan rumus ohm didapar nilai resistor sekitar 20 ohm. Dan patut diwaspadai karena arusnya tinggi maka resistor akan panas sehingga harus dalam rate watt yang lumayan sekitar 5 watt. Sensor akan dihubungkan pada coil relay (sesuai gambar koneksi sensor di gambar sebelumnya) dan kemudian secara SPDT (single pole dual throw ) akan memilih flasher (warning bak terbuka) atau indikator bebas jalan (bak sudah tertutup).
Voilaa...berhasil dengan sukses ketika di test dilapangan walau dengan perbaikan berupa panas berlebih dari resistor yang cukup melelehkan casing plastik murahan yang saya pakai. Solusinya adalah diakali dengan meletakkan resistor di luar.
Bagaimana dengan pengalamanmu ? ayo share di komentar dibawah yaaa....
Sabtu, 08 Februari 2014
[Tutorial] Remote Control dengan 38kHz Infra red Menggunakan NE555 dan HT12D/E
Semakin asyik dengan project non micro nih...ya tanpa micro biar orang yg sedikit jadul dan mungkin lemot (sorry ya) bisa berpartisipasi juga. Kali ini akan bermain dengan remote control berbasis inframerah, dimana ada sebuah modul Tx Rx 38khz saya beli di pasar genteng surabaya. Modul ini sangat simple dengan menggunakan pembangkit sinyal menggunakan IC favorit blog ini...timer NE555 !
38kHz Protocol for Infra Red
Ketika remote untuk televisi dikreasikan oleh zenith , para pemilik anjing peliharaan mengeluh karena anjing mereka terbangun atau menggonggong ketika ada yg memencet tombol remote. Saat itu frekuensi yg digunakan berupa audio ultrasonik diatas 20khz dan masih dapat didengar suaranya oleh anjing. Maka muncullah inovasi dari NEC dan Philips dengan menggunakan sinyal inframerah (yg tidak terlihat) dan frekuensi 36kHz-40kHz yg dipilih karena hampir tidak ada sumber alam yg menghasilkan atau terpengaruh oleh frekuensi di range ini.
Saya menjadi bingung ..kenapa harus dimodulasikan menjadi 38kHz, padahal jika led infra di ON OFF saja sudah dapat memberikan sinyal clock/data serial. Ahh biarkan saja ini menjadi sejarah para engineer di NEC dan Philips..sebaiknya saya cari aja perbedaan antara INFRA tanpa modulasi dan yang termodulasi melalui modul buatan Innovative Electronics (DT-IO Infra Tx/Rx). Rangkaiannya simple kok...
Modul Tx (klik biar lebih jelas)
Modul transmitter menggunakan IC 555 sebagai pembangkit frekuensi dan IC TTL 7400 sebagai pembalik logika dari input yg diberikan. Input bisa diberikan dengan tegangan beragam baik TTL/CMOS/RS232. Perhatikan jumper harus dipasang sesuai dengan mode aktif dari sinyal input dan output infra red yg diinginkan.
Modul Rx (klik biar lebih jelas)
Komponen utama adalah phototransistor yg khusus digunakan untuk komunikasi infra merah yg umumnya ditemukan diremote televisi berkode TSOP4838. Komponen lainnya hanya sebagai pembatas tegangan dan pembalik logika. Saya kemudian menyusun kedua modul ini diatas breadboard dan menggunakan inputan berupa tombol / switch tactile.
Untuk mencocokkan frekuensi dari oscillator 38khz menggunakan 555 maka perlu dikalibrasikan melalui trimpot kecil (digambar warna putih). Jika menggunakan oscilloscop maka simple aja ketika input di ground ( jumper posisi 1-2 semua) maka output dari kaki led infra bernilai 38khz. Jika tidak mempunyai oscilloscop maka cukup dengan memasang receiver dan output dihubungkan ke LED dan input transmiter di groundkan. Putar trimpot transmitter sampai led di receiver menyala tanpa kedip.
Rangkaian diatas merupakan infra merah tanpa modulasi dan output dari receiver bisa nyala kok ! Lalu apa bedanya ? coba deh pantulkan infra rednya dan jauhkan dari receiver, lihat mana yg masih diterima oleh TSOP4838. Tentunya yg masih nyaut adalah yg termodulasi 38kHz.
Ingat percobaan jam 6 digit yg dibahas di tulisan sebelumnya ? Ayo kita ganti saja input clock menggunakan penekanan tombol dari transmitter infra merah.
Dan hasil yang didapatkan bisa dilihat pada video youtube berikut
ENCODER/ DECODER with HT-12E / HT-12D
Nahh..inilah IC yg saya cari-cari selama ini dan akhirnya dijual juga di eltech pasar genteng surabaya. IC yg legendaris ini merupakan encoder dan decoder data serial yg siap pakai, dengan hanya menambahkan 1 komponen Rosc sebagai penentu frekuensi clock data serial. ADDRESS A0-A7 digunakan sebagai pemilih "Channel" dari rangkaian remote, sehingga untuk dapat berkomunikasi maka addres di kedua sisi haruslah sama. PIN AD8-AD11 pada sisi transmiter merupakan data 4 bit yg akan dikirim sat pin TE (14) mendapatkan GND. Semua pin memiliki pullup sehingga jika menginginkan logika HIGH cukup di ambangkan saja.
Bagaimana dengan pemilihan ROsc ? bacalah datasheet dan ikuti rumus nya sesuai grafik berikut :
Pilihlah Rosc yg menghasilkan frekuensi oscillator yg hampir sama , 5% kurang lebih tidak masalah. Kebetulan di rumah ada Resistor 2Mega Ohm lalu digunakan sebagai ROsc HT12E sehingga ROsc dari HT12D berkisar nilainya 56K ohm. Lanjut ke skematik yukkk...
klik untuk memperjelas
Pemilihan address menggunakan dip switch 8 pin, kemudian input data menggunakan tombol switch tactile yang hubungkan dengan dioda 1N4148 sehingga saat ditekan maka TE (transmit enable) juga terhubung ke ground. Ada penggunaan transistor NPN dan PNP pada output HT12E ini dimaksudkan untuk meningkatkan level logic (agak rendah tegangannya), karena yg saya gunakan adalah logic 1 yg akan mengkatifkan modul transmitter 38kHz ( Jumper di 2-3) . Jika transistor jenis ini susah didapatkan didaerah kamu dapat juga diganti dengan transistor NPN / PNP yg umum seperti 9012/9013.
Pada sisi receivernya input data berasal dari pin 4 (logika negasi, jumper lepas). Untuk kalibrasi 38khz maka ketika saat tombol transmitter ditekan maka led di pin 17 harus menyala. Dan hasilnya seperti video berikut:
Aplikasi yg mungkin dari tutorial ini adalah sebagai pengontrol lampu rumah, semisal dengan memanfaatkan IC decoder 4 to 16 (74LS154) sehingga output HT12D yang cuman 4 bit dapat dibuat menjadi 16 pin yg kemudian dihubungkan ke relay. Masih banyak kok aplikasi lainnya....
SELAMAT MENCOBA