Ada yang berminat beli ? nitip saya boleh kok....heheheheh...
Rabu, 15 April 2015
[ROBOTIS KIDSLAB] Memanjakan Anak atau Ikut Tren Mainan High-Tech ?
Hari dimana saya menyerah pada hobby elektronika yang super praktis akhirnya tiba. Saya membelikan anak teman saya "Robot Rakitan Mahal !" Padahal jika diteliti lagi pada tulisan-tulisan saya terdahulu maka dapat dilihat betapa bencinya saya kepada platform elektronika siap pakai, saya sangat menyarankan untuk selalu membuat sesuatunya dari "SCRATCH" ......yahh sudahlah, toh kali ini faktanya saya yang teracuni oleh robot mahal ini, padahal budget awal yang disepakati jauh dari kenyataan. Jadinya saya sedikit memaksa teman saya untuk upgrade budget...maafin saya ya...tapi ini WORTHED !
LEGO .....Kemahalan ! Line Tracer Lokal ......Keterlaluan ! (manualnya mungkin hanya dimengerti oleh yang buat). Robot Tamiya ...hanya mekanik saja.... Jadi apa yang sesuai keinginan agar anak SD-SMP mampu menyerap ilmu Elektronika + Mekanikal + Komputer ? Mungkin Produk dari ROBOTIS asal korea ini menjadi pilihan yang tidak terlalu mahal untuk ukuran sekarang.
Apa sih yang spesial ? Ini saya tunjukkan gambar buku petunjuknya yang seperti LKS ....Lego lewat brooo....
Paket robotik merek OLLO ini berbasiskan microcontroller yang diberi label CM-100 dimana dapat dioperasikan secara stand alone (8 buah project yang ter-install langsung) dan selanjutnya bisa di programkan sesuai keinginan melalui downloader dan console script.
Jadi endingnya....senanglah teman saya itu karena berhasil saya racuni setelah beberapa "approaching" dan akhirnya setuju melakukan upgrade budget setelah mendapat approval dari ibu negara.
Sayangnya karena paket robot ini sudah saya kirim jadinya saya tidak terlalu lama bermain-main ini...tapi ga apa lah..toh di youtube banyak yang sudah upload video nya..seperti yang ini ..
Ada yang berminat beli ? nitip saya boleh kok....heheheheh...
Rabu, 19 November 2014
[TUTORIAL & SCRIPT BREAKDOWN] RPM - TACHOMETER HONDA dengan ATTINY2313
Akhirnya balik lagi ke blog ini setelah beberapa waktu vakum. Dan kali ini menjawab beberapa request yang masuk untuk membahas lebih lanjut mengenai RPM - TACHOMETER untuk sepeda motor yang pernah dibahas disini . Sebenernya jika selalu mengikuti perkembangan blog ini maka tidak terlalu susah asal dasar pengetahuan timer dan interupt nya lengkap.
Intinya pada project ini adalah mendeteksi RADIASI pulsa CDI ke BUSI dan dimasukkan ke PIN INTERRUPT dan kemudian dihitung jumlah pulsa yang muncul vs waktu. Dan didapatkanlah RPM yang diinginkan. Kali ini kita juga akan membuat animasi graph / level sehingga tidak bosan dengan angka-angka saja.
Perhatikan skematik dibawah ini dan bahan2nya bisa dilihat dari gambar berikut (klik untuk gambar lebih jelas)
Jangan lupa juga untuk menyediakan motor yang akan di "HIAS" yang kali ini meminjam motor anak buah saya yaitu HONDA SUPRA VIT. Saya memiliki pengalaman jika bebek honda lebih bocor sinyal CDI nya ketimbang motor lain. Jadi jika menggunakan motor lain maka disesuaikan pemilihan resistor sebelum transistor pembaca pulsa (2N3904) dan pengalaman lainnya ketika menggunakan sepeda motor Yamaha Vega maka transistor yg digunakan adalah PNP 2N3906 dengan tanpa menggunakan resistor pada basis dan VCC ke EMITOR sedangkan INTERUPT ke COLECTOR (dibalik).
Langsung aja kita bahas script nya biar ga bingung, agak panjang tapi ga rugi kok
>>>HEADER<<
#define F_CPU 1000000UL // sesuaikan clock yang digunakan !!
#include <avr/io.h>
#include <util/delay.h>
#include <avr/eeprom.h>
#include <inttypes.h>
#include <avr/interrupt.h>
// ini untuk animasi kata awal, ubah sesuai keinginan atau hapus jika tidak mau
uint8_t angka1=16 ;
uint8_t angka2=17 ;
uint8_t angka3=20 ;
uint8_t angka4=15 ;
uint8_t segstep=0; // untuk pindah segmen
uint8_t kalibrasi=3; // kalibrasi awal
uint8_t valid=0; // variabel untuk mengatasi noise ke tombol
int number=0; // variabel menyimpan jumlah counter
>>>PENERJEMAH ANGKA ke SEGMEN<<
void conv_segmen(uint8_t digit)
// Rutin ini merubah angka dan animasi ke segmen
{
switch (digit)
{
//angka biasa
case 0 :
{
PORTB &= ~_BV(PB0) & ~_BV(PB1) & ~_BV(PB2) & ~_BV(PB3) & ~_BV(PB4) & ~_BV(PB5); //PORT YG NYALA
PORTB |= _BV(PB6) ; //PORT YG MATI
break;
}
case 1 :
{
PORTB &= ~_BV(PB1) & ~_BV(PB2) ;
PORTB |= _BV(PB0) | _BV(PB3) | _BV(PB4) | _BV(PB5) | _BV(PB6) ;
break;
}
case 2 :
{
PORTB &= ~_BV(PB0) & ~_BV(PB1) & ~_BV(PB3) & ~_BV(PB4) & ~_BV(PB6) ;
PORTB |= _BV(PB2) | _BV(PB5) ;
break;
}
case 3 :
{
PORTB &= ~_BV(PB0) & ~_BV(PB1) & ~_BV(PB2) & ~_BV(PB3) & ~_BV(PB6) ;
PORTB |= _BV(PB4) | _BV(PB5) ;
break;
}
case 4 :
{
PORTB &= ~_BV(PB1) & ~_BV(PB2) & ~_BV(PB5) & ~_BV(PB6) ;
PORTB |= _BV(PB0) | _BV(PB3) | _BV(PB4) ;
break;
}
case 5 :
{
PORTB &= ~_BV(PB0) & ~_BV(PB2) & ~_BV(PB3) & ~_BV(PB5) & ~_BV(PB6) ;
PORTB |= _BV(PB1) | _BV(PB4) ;
break;
}
case 6 :
{
PORTB &= ~_BV(PB0) & ~_BV(PB2) & ~_BV(PB3) & ~_BV(PB4) & ~_BV(PB5) & ~_BV(PB6) ;
PORTB |= _BV(PB1) ;
break;
}
case 7 :
{
PORTB &= ~_BV(PB0) & ~_BV(PB1) & ~_BV(PB2) ;
PORTB |= _BV(PB3) | _BV(PB4) | _BV(PB5)| _BV(PB6) ;
break;
}
case 8 :
{
PORTB &= ~_BV(PB0) & ~_BV(PB1) & ~_BV(PB2) & ~_BV(PB3) & ~_BV(PB4) & ~_BV(PB5) & ~_BV(PB6);
break;
}
case 9 :
{
PORTB &= ~_BV(PB0) & ~_BV(PB1) & ~_BV(PB2) & ~_BV(PB3) & ~_BV(PB5) & ~_BV(PB6);
PORTB |= _BV(PB4) ;
break;
}
case 10 : //kosong
{
PORTB |= _BV(PB0) | _BV(PB1) | _BV(PB2) | _BV(PB3) | _BV(PB4) | _BV(PB5) | _BV(PB6) ;
break;
}
//11 - 14 khusus untuk animasi level
case 11 :
{
PORTB &= ~_BV(PB4);
PORTB |= _BV(PB0) | _BV(PB1) | _BV(PB2) | _BV(PB3) | _BV(PB5) | _BV(PB6);
break;
}
case 12 :
{
PORTB &= ~_BV(PB4) & ~_BV(PB2);
PORTB |= _BV(PB0) | _BV(PB1) | _BV(PB3) | _BV(PB5) | _BV(PB6);
break;
}
case 13 :
{
PORTB &= ~_BV(PB4) & ~_BV(PB2) & ~_BV(PB5);
PORTB |= _BV(PB0) | _BV(PB1) | _BV(PB3) | _BV(PB6) ;
break;
}
case 14 :
{
PORTB &= ~_BV(PB4) & ~_BV(PB1) & ~_BV(PB2) & ~_BV(PB5);
PORTB |= _BV(PB0) | _BV(PB3) | _BV(PB6) ;
break;
}
// kebetulan nama pemilik motor seperti ini, ubah sesuai keinginan
case 15 : //r
{
PORTB &= ~_BV(PB6) & ~_BV(PB4) ;
PORTB |= _BV(PB0) | _BV(PB1) | _BV(PB3) | _BV(PB2) | _BV(PB5) ;
break;
}
case 16 : //i
{
PORTB &= ~_BV(PB4);
PORTB |= _BV(PB0) | _BV(PB1) | _BV(PB3) | _BV(PB2) | _BV(PB5) | _BV(PB6) ;
break;
}
case 17 : //b
{
PORTB &= ~_BV(PB3) & ~_BV(PB4) & ~_BV(PB5) & ~_BV(PB2) & ~_BV(PB6);
PORTB |= _BV(PB0) |_BV(PB1) ;
break;
}
case 18 : //y
{
PORTB &= ~_BV(PB1) & ~_BV(PB2) & ~_BV(PB3) & ~_BV(PB5) & ~_BV(PB6);
PORTB |= _BV(PB4)| _BV(PB0);
break;
}
case 19 : //u
{
PORTB &= ~_BV(PB2) & ~_BV(PB3) & ~_BV(PB4) ;
PORTB |= _BV(PB1)| _BV(PB0) | _BV(PB5) | _BV(PB6);
break;
}
case 20 : //0
{
PORTB &= ~_BV(PB3) & ~_BV(PB4) & ~_BV(PB2) & ~_BV(PB6);
PORTB |= _BV(PB0) |_BV(PB1) |_BV(PB5) ;
break;
}
}
}
>>>ANIMASI LEVEL RPM<<
void animasi(uint8_t posisi)
{
switch(posisi) {
case 0 :{ angka4=10; angka3=10 ; angka2=10; angka1=10;
break; }
case 1 :{ angka4=11; angka3=10 ; angka2=10; angka1=10;
break; }
case 2 :{ angka4=12; angka3=10 ; angka2=10; angka1=10;
break; }
case 3 :{ angka4=12; angka3=11 ; angka2=10; angka1=10;
break; }
case 4 :{ angka4=12; angka3=12 ; angka2=10; angka1=10;
break; }
case 5 :{ angka4=12; angka3=12 ; angka2=11; angka1=10;
break; }
case 6 :{ angka4=12; angka3=12 ; angka2=12; angka1=10;
break; }
case 7 :{ angka4=12; angka3=12 ; angka2=12; angka1=11;
break; }
case 8 :{ angka4=12; angka3=12 ; angka2=12; angka1=12;
break; }
case 9 :{ angka4=13; angka3=12 ; angka2=12; angka1=12;
break; }
case 10 :{ angka4=14; angka3=12 ; angka2=12; angka1=12;
break; }
case 11 :{ angka4=14; angka3=13 ; angka2=12; angka1=12;
break; }
case 12 :{ angka4=14; angka3=14 ; angka2=12; angka1=12;
break; }
case 13 :{ angka4=14; angka3=14 ; angka2=13; angka1=12;
break; }
case 14 :{ angka4=14; angka3=14 ; angka2=14; angka1=12;
break; }
case 15 :{ angka4=14; angka3=14 ; angka2=14; angka1=13;
break; }
case 16 :{ angka4=14; angka3=14 ; angka2=14; angka1=14;
break; }
default :{ angka4=14; angka3=14 ; angka2=14; angka1=14;
break; }
}
}
>>>INISIALISASI COUNTER<<
void init_ctr(void) //COUNTER 0 8 BIT untuk pindah kolom 7 segmen
{
TCCR0A |= (1 << WGM01); // Configure timer 0 for CTC mode
TIMSK |= (1 << OCIE0A); // Enable CTC interrupt
OCR0A = 50; // Set CTC compare value till blink disapear at 1MHz AVR clock, with a prescaler of 64
TCCR0B |= (1 << CS01)|(1 << CS00); // Start timer at Fcpu/64
}
void init_ctr1(void) //COUNTER 1 untuk penghitung pulsa saat 600ms
{
TCCR1B |= (1 << WGM12); // Configure timer 1 for CTC mode
TIMSK |= (1 << OCIE1A); // Enable CTC interrupt
OCR1A = 586; //compare the CTC A = 600ms =586
TCCR1B |= ((1 << CS10) | (1 << CS12)); // Start timer at Fcpu/1024
}
>>>INTERRUPT TIMER<<
ISR(TIMER1_COMPA_vect) //interrupt timer 1 (16 bit) untuk capture jumlah pulsa
{ uint16_t rpm,anime; //variabel
anime=0;
rpm=0;
switch(kalibrasi) { //Pemilih kalibrasi
case 1 :{
rpm=number/100;
break; }
case 2 :{
rpm=number/10;
break; }
case 3 :{
rpm=number;
break; }
case 4 :{
rpm=number*10;
break; }
case 5 :{
rpm=number*100;
break; }
case 6 :{
anime=1;
break; }
case 7 :{
anime=2;
break; }
}
//Pemilih antara angka rpm atau animasi level
switch(anime) {
case 0 : { //ANGKA RPM
OCR1A = 586;
angka1 = rpm%10;
if(rpm>9) angka2 = ((rpm%100) - (rpm%10)) /10 ;
else angka2=10;
if(rpm>99) angka3 = ((rpm%1000) - (rpm%100)) /100 ;
else angka3=10;
if(rpm>999) angka4 = ((rpm%10000) - (rpm%1000)) /1000 ;
else angka4=10;
break ; }
case 1 : { //ANIMASI MODE 1
OCR1A = 100;
animasi(number/10);
break ; }
case 2 : { //ANIMASI MODE 2
OCR1A = 100;
animasi(number/50);
break ; }
}
number=0;
}
ISR(TIMER0_COMPA_vect) // timer 0 (8 bit) untuk pindah kolom 7 segmen
{
//tiap segmen yg akan dinyalakan akan diberikan logic High
segstep++;
switch(segstep) {
case 1 :{ conv_segmen(10);
PORTD |= _BV(PD0);
PORTD &= ~_BV(PD1) & ~_BV(PD4) & ~_BV(PD5) ;
conv_segmen(angka4);
break;
}
case 2 :{ conv_segmen(10);
PORTD |= _BV(PD1);
PORTD &= ~_BV(PD0) & ~_BV(PD4) & ~_BV(PD5) ;
conv_segmen(angka3);
break;
}
case 3 :{ conv_segmen(10);
PORTD |= _BV(PD4);
PORTD &= ~_BV(PD1) & ~_BV(PD0) & ~_BV(PD5) ;
conv_segmen(angka2);
break;
}
case 4 :{ conv_segmen(10);
PORTD |= _BV(PD5);
PORTD &= ~_BV(PD1) & ~_BV(PD4) & ~_BV(PD0) ;
conv_segmen(angka1);
segstep=0;
break;
}
}
}
>>>COUNTER INTERRUPT dari BUSI<<
SIGNAL (SIG_INT0) //INTERRUPT 0 menghitung pulsa dari radiasi CDI vs BUSI
{
number++;
}
>>>TOMBOL<<
void tombol(void)
{
if(bit_is_clear(PIND, PIND3)) //pembacaan pada pin D3
{ valid++; //validasi penekanan
_delay_ms(10);
}
if( valid >= 50) //jika melebihi noise motor/getaran, ubah suai nilai ini
{
valid=0;
kalibrasi++; //ubah kalibrasi
if (kalibrasi >= 8) kalibrasi=1;
conv_segmen(10);
//Menulis nilai kalibrasi ke EEPROM
eeprom_write_byte((uint8_t*)20, kalibrasi);
_delay_ms(500);
}
}
>>>MEMBACA EEPROM nilai KALIBRASI<<
void baca_eeprom(void)
{
kalibrasi = eeprom_read_byte((uint8_t*)20);
if(kalibrasi == 0xFF) kalibrasi=3;
}
>>>MAIN PROGRAM<<
int main(void)
{
//Inisialisasi Interrupt
GIMSK |= (1<<INT0) ; // inetrupt untuk hitung pulsa busi
MCUCR |= (1<<ISC01)| (1<<ISC11); //fall edge
//Inisialisasi PIN ATTINY2313
DDRD |= _BV(PD0) | _BV(PD1) | _BV(PD4) | _BV(PD5) ; // segmen select / common scans
DDRB |= _BV(PB0) | _BV(PB1) | _BV(PB2) | _BV(PB3) | _BV(PB4) | _BV(PB5) | _BV(PB6) ; // seg a,b,c,d,e,f,g
DDRD &= ~_BV(PD3) ; // Input kalibrasi
init_ctr(); //hidupkan COUNTER0
sei();
_delay_ms(1000);
//tampilan kata ke 2, sesuaikan dengan kebutuhan atau hapus jika tidak mau
angka1=16 ;
angka2=1 ;
angka3=19 ;
angka4=18 ;
_delay_ms(1000);
init_ctr1(); //hidupkan COUNTER 1
baca_eeprom(); // baca nilai kalibrasi
//muter terussssss
while(1)
{
tombol();
}
}
videonya....seperti dibawah ini
tips: Tegangan pada lampu depan/ langsung dari coil bisa berlebih jika akimu rusak/habis. Jadi usahakan mencari sumber tegangan yg tidak merusak regulator 7805
Selamat Mencoba
Minggu, 17 Agustus 2014
Hobby dan Karir yang Saling Menunjang
"...GAN ....kok jarang diupdate lagi nih blognya ? di kaskus juga kok sepi-sepi aja ? ....."
Bila dilihat perkembangan blog ini dalam 1 tahun kebelakang memang sedikit saja postingan yang ditulis oleh saya. Ya karena saya merasa ilmu dasar sudah banyak saya tumpahkan dan bila pembaca rajin mengikuti dari awal maka saya rasa kemampuannya akan tidak jauh berbeda dengan apa yang saya miliki. Walau memang jumlah posting semakin sedikit dan jarang jarang akan tetapi pertanyaan yg masih banyak diajukan via email/sms/WA dll masih saya layani disela kesibukan. Lalu kemanakah saya ?
Foto diatas saya ambil sekitar tahun lalu setelah timnas U-19 membantai timnas U-19 korea, dan benar juga keesokan harinya saya menerima surat pemutusan hubungan kerja dari bos korea saya. Walau fotonya hanya gurauan semata tapi cukuplah buat menghibur hati yang galau....kemanakah akan melangkah dengan uang pesangon yang tanggung ? Haruskah membuka warung nasi babi guling atau beternak itik dan lele dikampung ? Orang bijak pernah menulis...."bakarlah kapalmu agar tidak ada pilihan selain berenang ke pulau tujuan" ....ishhhh ini kapal terbakar dan tenggelam bersama-sama penumpangnya. Tapi pelampung yang bernama "Hobby Solder Menyolder" mengapungkan saya kearah yang dirasa akan menuju ke tujuan.
Apa yang terjadi selanjutnya adalah jawaban dari rahasia tuhan 5 tahun sebelumnya. Pada tulisan terdahulu saya menjelaskan perjalanan dari lulus 2003, meninggalkan dunia solder sehingga tahun 2009 dan saat itu tuhan memberikan petunjuk bahwa saya harus meneruskan hobby lama ini. Istri pun merasa heran kenapa saya kok kembali meringkuk di ruangan penuh kabel dan komponen berserakan, mengutak atik sampai larut malam. Ya namanya juga rahasia tuhan ya saya juga tidak tahu atau sadar dan hanya berusaha melakukan yg saya memang sukai sejak kecil sehingga terasa mudah. Dari memulai kembali perkenalan dengan AVR, microprocessor dan tidak lupa komponen diskrit dan yang lainnya, juga mengumpulkan tools penunjang, mencari resource dan tulisan2 elektronika sampai troubleshooting alat-alat elektronika....sekali lagi hobby tak akan membuatmu lelah.
Ketika bos-bos korea meninggalkan kota surabaya yang di tinggalkannya adalah harta karun berupa proyek lama yang mau tidak mau harus saya ambil. Begitu pula pelanggan dan klien lama masih mengandalkan kita untuk menangani perangkat mereka. Dengan "POWER OF KEFEFET" saya dan beberapa teman senasib membentuk suatu CV kecil yg bertugas menggantikan perusahaan yang lama....dan tentu saja proyek yg mungkin nilainya dianggap kecil oleh si korea (makanya mereka pergi) bagi kami ini adalah berkah yang lumayan menggiurkan. Lalu apa hubungannya dengan Hobby Solder Menyolder ?
Perangkat yg mereka tinggalkan ada yg perlu di repair dan karena hubungan ke korea terputus ya terpaksa harus di reparasi di lokal. Ya... "ini kesempatan baik" kata teman-teman seperjuangan dan saya yang "tukang solder" ditantang untuk memperbaiki barang yg dulunya hanya bisa kita sentuh luarnya dan tidak satu mur-baut pun boleh lepas ! Duhhh barang apa pula ini....apakah komponennya umum ? apakah processornya dapat di ganti ? Bagaimana dengan komponen SMD yang aneh-aneh ? Pusing kepala dibuatnya...sampai tidur tidak nyenyak. Sebagai orang normal tentunya perasaan menyerah di awal ini adalah penyakit yang harus dibasmi. Dengan bantuan seorang rekan yg mendorong saya dengan cara yang cukup aneh...dibawanya modul ini ke tukang servis tv dan ternyata berhasil jalan seperti normal kembali.!!
MAK JANGGG....diriku tertegun dan ....terpaksa mengakui tukang servis tv itu problem solver ....yaaa ! yang diperlukan adalah kemampuan mencari komponen rusak, tanpa perlu mengetahui fungsi rangkaian nya secara keseluruhan. Wuihhhh...saya yg sarjana dan bekerja dibidang yg sama seharusnya saya tahu cara kerjanya komponen dan rangkaian pada modul ini ...dan tak berselang lama 1..2..3...dan banyak jenis modul yg saya berhasil perbaiki hanya dengan cara belajar teknik reparasi umum. Persetan dengan FPGA dan MicroProcessor yang ternyata sesuai dengan harganya yang mahal maka kehandalannya pun tidak diragukan, berbeda dengan komponen diskrit berharga murah yang kemungkinan rusaknya besar.
Bendera perusahaan kami semakin berkibar dengan menyebarnya kabar bahwa proyek peninggalan si korea bisa jalan dengan kemampuan anak bangsa sendiri. Beberapa tawaran repair modul lain pun hadir dan mungkin saya akan meninggalkan blog ini ....ooopppsss jangannn.....oke saya akan menghaluskan kata-kata saya dengan berjanji akan terus menulis bila ada waktu. Dan saya jamin tulisan saya akan mengilhami banyak orang Indonesia lainnya bahwa kita MAMPU mengerjakan apa saja asal sesuai bidang dan apalagi sesuai hobby dan menghasilkan . Iya tidak ?
Selasa, 24 Juni 2014
[ PROJECT ] Intercom PTT (push to talk) memanfaatkan kit amplifier
INTERCOM ...jadul amat sih boz...kata salah satu teman di kantor saya yg baru. Tapi capek juga kalau mesti turun tangga atau menghabiskan urat tenggorokan 'teriak' kalau ada keperluan mendesak dari lantai 1 ke lantai 2. Masalah yang agak terlalu "gampang" bagi penggemar elektronika...tinggal beli kit intercom atau wireless handy talkie. Ehhh ternyata di toko elektronika sebelah adanya cuman kit preamp mic dan kit amplifier OCL 100 watt. kata yang jualan " Jadul amat mas cari intercom, napa ga pake HP aja ?" ...iya juga sihh..di playstore android ada juga app nya kok dengan search kata kunci "PTT (push to talk)"...masa bodooo...kita ini orang elektronika...solder aja !!
Dan gambar diatas menunjukkan daftar belanjaan kami. Ada kit preamp + mic condenser, kit amplifier, push button DPDT, speaker kecil dan adaptor 12v. Mulailah merangkai dengan sangat gampang , tujuan pertamanya mengetest mic --> preamp --> ampli --> speaker ...setelah tersambung hasilnya mengecewakan, mic condensernya kurang sensitif terhadap suara atau mungkin pre-amp nya kurang gede. Sang arsitek yg bernama deni pun ga kalah akal dengan bimbingan master aisi555 kemudian dimanfaatkanlah speaker sebagai microphone. Kok bisa bos ? ya bisa lah..wong dalemannya mic sama aja dengan speaker.
Bagaimana dengan koneksi dan perkabelan nya ? ya perhatikanlah dengan seksama gambar dibawah ini, warna-warni dari koneksi menunjukkan hubungan yang berbeda dan hanya dibutuhkan 5 buah pasang kabel. Power suply dan bagian preamp/ampli bisa diletakkan dimana saja.
Klik pada gambar dibawah biar tambah jelas
Keterangan:
- Speaker B dan switchnya di letakkan berjauhan dengan rangkaian utama, menggunakan sambungan 5 kabel ( 12v adaptor, suply 12v ke kit, input Mic preamp, output Amplifier, dan Ground)
- Hubungkan kabel dengan warna sama dan nama yg sama. Hanya gunakan 1 Baterai/adaptor saja, jangan salah ya ... yg kodenya panah 12V itu nyambung .
- Tekan switch untuk berbicara didepan speaker, otomatis speaker lawan akan terdengar suara juga
Prinsipnya adalah memanfaatkan switch DPDT untuk memilih speaker apakah sebagai input atau output dan juga memutus arus supply dari adaptor ke pre-amp/amplifier (agar lebih awet). Video demonya dapat dilihat pada video youtube berikut :
Jika alat ini diberikan box yg bagus bisa dipasang di depan gerbang/ pintu disebelah bel pintu sehingga bisa menyapa tamu yang akan berkunjung dan bisa saja mengusir marketing kartu kredit yg iseng ke rumah. Kalau ditambah kamera video kecil bagus juga tuh.
TIPS :
TIPS :
- Untuk menghasilkan suara lebih jernih tanpa dengung maka pada output adaptor cukup diberi regulator tegangan 78xx (dalam contoh ini 7812), kecuali adaptornya memang sudah bagus outputnya semisal adaptor switching.
- Switch DPDT seperti contoh yg digunakan aslinya memiliki latch/kunci atau kata lain bukan toggle yg akan kembali setelah di lepas. Jadi modifikasi kawat/besi pengait dengan menariknya dan kemudian cukup diletakkan disamping untuk menjadikannya toggle switch.
SELAMAT MENCOBA !!
.