Cukup dengan 1 juta rupiah saja, anda dapat berlangganan gratis 1 tahun...tunggu apalagi langsung order ke kami ya...
Jumat, 02 Februari 2018
Siaran Piala Dunia Dalam Kualitas HD di 2018 - Negara lain sudah 4K lhoo
Gelaran empat tahunan para pecinta sepakbola sudah menunggu hitungan jari dan sudah terbayang akan waktu bergadang yg ditemani kopi serta kacang garing. Penulis menikmati momen 4 tahunan ini semenjak 1986 mexico saat maradona mengangkat piala dan masih teringat jelas penyiar TVRI bung sambas kala itu. Tahun berganti dan semakin banyak siaran sepak bola piala dunia yg disiarkan seiring bertambahnya team menjadi 32 team di tahun 1998 . Dahulu saja saat masih 24 team ada pertandingan yg berlangsung bersamaan (walau belum di akhir fase grup), jadi terasa enaknya di tahun "now" dimana hanya satu pertandingan dalam satu waktu. Bisa dihitung sehari bisa menonton 3 pertandingan !
Hak siar piala dunia semenjak era tv swasta selalu mengalami perubahan, dimulai sejak Italia '90 dimana TVRI merelakan slot beberapa pertandingan seru dimiliki oleh RCTI. Tahun 1994 - USA, siaran bola TVRI ditemani oleh RCTI dan SCTV serta beberapa pertandingan kurang seru di TPI dan ANTV. Secara kebetulan TPI bersiaran pagi di kanal TVRI sehingga mendapatkan jatah pertandingan "petang" dimana berlangsung pagi hari waktu Indonesia.
Tahun 98 di perancis dibarengi lahirnya era internet dimana penulis sempat mengikuti pengarahan awal internet di kantorpos (wasantara net) dan website france98 mungkin menjadi website yg pertama kali penulis lihat. Dengan kejadian demo dan reformasi waktu itu dan kekacauan dimana-mana maka oleh pemerintah siaran sepakbola piala dunia disiarkan secara bersamaan oleh semua siaran TV yg mau menyiarkan. Jadi 1 pertandingan ada 5 s/d 6 TV menyiarkan bersama tanpa "acak" via parabola. Alhasil kerusuhan dapat diredam dengan sepakbola.
Selanjutnya tahun 2002 korea jepang, RCTI membuat ulah dengan mengacak siaran digital nya melalui satelit akibat ketatnya aturan penyiaran oleh FIFA. Banyak kekecewaan di daerah yg blankspot RCTI dan mulailah era treking ke satelit lain yg menyiarkan secara gratis. Kabarnya di awal piala dunia 2002, ada beberapa bioskop di India yang me-relay siaran RCTI dan memutarnya di layar bioskop. Ini tentunya membuat geram Pay TV berbayar di negerinya shah rukh kan dan melakukan protes ke FIFA.
Era High definition dimulai saat olimpiade 2004 di athena, penulis ingat ketika salah satu berita di TV mengambil siaran dari feed yg menuliskan logo olimpiade bersanding dengan logo HD. Germany 2006 mulailah piala dunia dengan standar HD dan di negeri jiran malaysia astro mulai beriklan tentang siaran HD di satelit measat generasi ke 3. Di Indonesia pemegang hak siarnya SCTV dan tak satupun disinggung mengenai siaran HD sampai ketika benar saja South Africa 2010 astro menampilkan 4 ch HD khusus piala dunia dengan berbagai sudut/angle, yaitu info, Match view, Team A view , Team B view ...woww...padahal RCTI masih aja dengan siaran beserta iklan yg super banyak dan membuat eneq....
Brazil 2014 penulis berharap siaran akan menjadi High Definition, dan benar saja K-Vision menyiarkan dalam format HD akan tetapi melalui siaran berbayar. Kekecewaan muncul ketika hasil penelusuran di forum-forum serta verifikasi resmi melalui lyngsat dot com, channel yg dibilang HD ternyata masih berformat SD hanya saja menggunakan aspect ratio 16:9 , waduh kebangetan banget penipuannya dan benar saja beberapa tahun kemudian k-vision kena karma nya dan kondisinya hidup segan mati tak mau.
Kabar di tahun 2018 yang piala dunianya berlangsung di Rusia cukup mengembirakan, dengan dimilikinya Haksiar oleh TV yg sudah HD ready yaitu Trans TV dan Trans 7. Kedua TV ini memiliki siaran HD melalui layanan pay tv Transvision dan melalui digital teresterial DVB-T2 di kota-kota besar. Wah hanya kota besar dan berbayar lagi ... ahh tidak mengapa yg penting sudah ada yg benar-benar akan menyiarkan secara HD...uhuiii...padahal kalau dilihat FIFA secara resmi mengumumkan bahwa piala dunia 2018 akan di shoot menggunakan teknologi ULTRA HD / 4K ....ahhhhhh pusing ahh telat melulu negri kita ini.
Bagi anda yg berada di kota-kota atau daerah yg tidak memiliki siaran HD dari transmedia grup, kami bisa menyediakannya kok ...
Cukup dengan 1 juta rupiah saja, anda dapat berlangganan gratis 1 tahun...tunggu apalagi langsung order ke kami ya...
Sabtu, 30 Desember 2017
Ketika Mencari Sinyal Menjadi Hobby Jaman Old
Istilah DXing mungkin masih asing di telinga orang Indonesia dan mungkin kata ini hanya dikenal oleh para pencinta elektronika di era ke-emasannya yaitu 70-80-90 an. Saya mengenal istilah ini sekital tahun 2000an ketika saya melihat artefak masa lalu yaitu QSL card yg saya temukan di Lab kampus saya, yg menerangkan bahwa siaran radio yg dipancarkan kampus diterima sampai ke Thailand. Masih saya ingat tanggal tahunnya sekitar 1979 (saya belum lahir), dan meluncurlah ke internet - search engine jaman old sehingga menemukan istilah DXing...dan ternyata memang di tahun sebelum era 80an peraturan radio siaran di Indonesia masih mengijinkan siaran AM memiliki kekuatan ratusan kilowatt sehingga dapat dipancarkan hampir ke seluruh dunia. Era ini berakhir ketika pemerintah mulai membatasi pemancar radio broadcasting hanya dalam radius kabupaten saja.
Yang membuat saya sedikit "de ja vu" adalah kenyataan nya tahun 80an ayah saya mengajari hal yg berbau DXing juga , hobby ayah saya saat hari libur di pagi hari adalah mendengarkan radio AUSTRALIA siaran Indonesia atau BBC sebagai media informasi alternatif kala itu. Mbah Harto dengan kaki tangannya bernama Harmoko di kementrian penerangan kala itu sangat ketat melakukan sensor berita dan hiburan, hanya RRI yg menjadi corong berita satu-satunya. Perangkat radio multiband SW1-SW2 di frekuensi 10m/15m/20m menjadi handalan dan dengan memanfaatkan pantulan atmosfer siaran yg dari belahan bumi yg lain dapat diterima dengan cukup jelas di pagi dan malam hari. Siang hari matahari akan menghangat kemudian mengaburkan sinyal pantulan ionosfer..begitu kata buku sains yg saya baca kala itu. Dan saya pun tertarik dengan fenomena ini sehingga berhasil dimarahin ayah karena membongkar radio kesayangannya dan sukses merusakkannya , walau berhasil juga sebenarnya mendengarkan siaran radio SW pada siang hari dengan bantuan antena luar yg dikaitkan ke kumparan ferit SW nya..sayang kumparan ini begitu tipisnya sampai akhirnya putus jalurnya di tengah-tengah.
VS
Di jalur per televisian, RCTI di jakarta (89) dan SCTV di surabaya (90) menjadi pelopor era televisi swasta mendobrak hegemoni TVRI saat itu. Karena tinggal di ujung utara pulau bali maka satu-satunya hiburan televisi adalah TVRI yg saat itu siaran olahraga nya didanai lotre "SDSB". Bagi yg berkantong tebal memasang parabola di rumah gedong menjadi status sosial tersendiri dan ketika antena yg besar itu bisa bergerak kanan kiri maka saya hanya bisa mendongak dan benar-benar bilang "wowww". Pernah suatu hari ketika siaran tinju fenomenal kala itu yaitu mike tyson, ternyata TVRI berbohong kalau siarannya live, hanya di "playback" karena kepagian siarannya. Akhirnya sang pemilik parabola (yg sudah menonton di tv luar negeri) menang taruhan sangat banyak karena telah mengetahui hasil mike tyson meng-KO lawannya di ronde berapa.
Kisah DXing berlanjut jaman SCTV muncul di surabaya dan sinyal melebar sampai kota-kota di daerah pantura jawa timur sampai banyuwangi. Ternyata dengan memanfaatkan pemantulan sinyal di laut, sinyal SCTV dengan ajaibnya sampai di kota saya di bali utara. Alhasil muncullah fenomena antena "SCTV" yg dipasang menjulang 30m dengan 2 besi sambung dan kawat pancang yg sangat mengganggu pemandangan. Itu demi siaran SCTV yg kadang sangat burek waktu air laut surut. Ya inilah kekurangan gelombang hasil pantulan laut tergantung dengan kondisi laut dan cuaca.
Bagaimana dengan saya ? Wah waktu itu ekonomi keluarga di utamakan untuk kebutuhan sekolah anak-anaknya ayah, jadi cukup dengan TVRI saja. Ya menyedihkan memang tapi tidak berhenti sampai sini kisah kegatelan saya untuk mencari hiburan, dan radio kembali menjadi penyelamat..ya radio ayah yg siaran SW nya jadi kurang bagus itu ternyata memiliki frekuensi FM, dan di kota saya saat itu siaran FM hanya RRI saja. Berkat informasi tetangga yg sudah SMA, saya diberitahu kalau siaran FM di kota denpasar sudah ramai dan tinggal meninggikan antena saja. Dan benar..naiklah antena aneh-aneh kreasi saya hasil membaca majalah-majalah teknologi saat itu. Luar biasa kegembiraannya karena dengan booster FM yg bagus dapat menjangkau radio merdeka FM / Wijaya FM surabaya. Terimakasih kembali terhadap efek pemantulan sinyal di laut !
Satelit Palapa era 90an mengalami perkembangan signifikan dimana sinyal yg dipancarkan semakin tinggi dan mengakibatkan ukuran parabola yg digunakan menjadi lebih kecil. Saat pertama muncul tahun 80an rata-rata ukuran parabola diatas 11 feet. Kini tahun 90an dengan 6-9 feet maka siaran palapa dapat di tonton dengan jelas. Saat itu palapa merupakan operator satelit nomer wahid (satu satunya di Asean bahkan Australia/New Zealand saja belum punya dan sewa di palapa) dan bersaing dengan hongkong Asiasat serta Intelsat.
Antena "SCTV" pun ramai-ramai diturunkan berganti menjadi jamur diatas genteng yg mengarah ke palapa, saya pun hanya bisa mendengar cerita teman di kelas tentang acara televisi yg di tonton semalam. Penantian untuk DXing parabola muncul saat SMA sayangnya ayah meninggalkan kami selamanya, dan dari sedikit uang sumbangan "duka", saya dan ibu berhasil membeli parabola dan receiver echostar seharga 1.5 juta. Petualangan Dxing parabola pun dimulai .Dengan memutar-mutar parabola timur ke barat mencari siaran TV walau bahasa nya sulit dimengertipun..asal tampil clink di layar kaca.
Sampai sekarangpun DXing via jalur satelit masih menjadi pengisi hari libur, dan saya turunkan ilmunya ke anak buah di kantor agar jangan berhenti di saya saja ilmunya.
Pembaca ada yang se-hobi dengan saya ? Ditunggu komentarnya ..
Sabtu, 16 Desember 2017
Ramai Pasang Parabola Ninmedia - Kemana Program Digitalisasi TV Teresterial ?
Sudah hampir 5 tahun tulisan saya mengenai TV digital disini dan sebelumnya saya pun telah membahas di kaskus mengenai TV digital teresterial yg hari persmiannya oleh bapak SBY masih teringat jelas di memory saya. Ya ... sehari setelah bapak SBY meresmikan TV digital DVB-T tahun 2008 secepatnya saya meluncur ke pasar genteng surabaya untuk mencari set top box. Dan apa yg terjadi hampir semua toko perangkat televisi tidak mengetahui infonya, padahal kemarin nya bapak SBY mengadakan teleconfrence dengan bapak Gubernur jatim Sukarwo dan di demokan bagaimana jernihnya TVRI Surabaya Digital.
Bagaimana kelanjutan ceritanya dapat dilihat di tulisan saya di link diatas, dan 2017 sudah mencapai tahun kritis penerapan digitalisasi televisi jalur darat, padahal operator seluler yg kesemsem menggunakan frekuensi 600-800mhz yg akan dikosongkan, merasa putus asa dan malah sudah bagi-bagi jatah di 2 ghz . Berita baik muncul dengan banyaknya channel HD yg muncul di surabaya DVB-T2 semisal NET HD, METRO TV HD dan TRANS TV HD. RCTI pun melakukan perbaikan HD di satelit berbayar miliknya tapi kayaknya enggan menyalurkan ke digital teresterial. Usut punya usut dari rekan di dunia broadcasting mandeknya program digitalisasi ini ada 2 faktor, yaitu karena di MK kan nya UU penyiaran digital, dan keengganan berbagi MUX digital antar stake holder televisi. Kenapa MUX digital ditakuti? Karena ternyata tiap daerah / zona sudah ditetapkan pemilik mux digital sehingga yg tidak dapat jatah harus kerjasama atau menyewa mux operator tv lain. Ya disinilah tidak ketemu nilai bisnisnya apalagi operator TV yg merasa "tua" dengan pemancar relay yg sudah banyak. Mungkin gini "enak aja minjem-minjem pemancar ku..."
Kita melihat negara kiblat pertelevisian yuk, yaitu inggris. Jangan lupa indonesia dengan TVRI nya punya kiblat disana loo tahun 70an s/d 80an. Ingat iuran TV ? Inggrislah yg menjadi contoh kita saat itu. Digital TV di inggris ada 2 jenis yaitu freeview (teresterial) / freesat(satelit) dan berbayar. Untuk yg gratis ini sejak dulu memang di undang2nya di biayai oleh iuran televisi, sehingga acaranya lumayan juga kualtasnya. Jika ingin menontonnya dari sini juga bisa memanfaatkan streaming yg dilakukan orang-orang inggris (entah legal atau tidak) contohnya di filmon dot com. Mux Freeview/Freesat jelas sekali kepentingannya untuk kenyamanan penduduk yg sudah bayar iuran.
Bagaimana di indonesia ? Sejak 2015 saya menemukan ini ...
Pertamanya saya kurang tertarik karena masih menganggap keduanya merupakan gimmick dari startup PAYTV yg muncul dan bergguguran semenjak era astro nusantara, aora, centrin, orange , topas, dan sebagainya. Seperti melawan tembok besar penguasa media semacam HT - CT dan menemui sandungan hoby menonton TV gratis dari masyarakat yang bahkan rela melakukan treking parabola sampai ke negeri FIJI di timur matahari sana.
SMV freeview muncul dengan langsung mengarahkan pemirsanya untuk membeli resiver khusus tanpa langganan. Mereka bekerjasama dengan penyedia perangkat bernama MMP parabola, dimana kisaran harga instalasi sekitar 600-700 rb. Jadi sekali beli sudah mendapatkan siaran sekitar 60 an dengan beberapa berformat HD. Lumayan sih tapi sekali lagi jika kurang bebas memilih resiver maka di masyarakat akan terjadi resistansi sedikit.
Ninmedia menawarkan yg berbeda dengan membebaskan pemilihan resiver generik dipasaran sana , akan tetapi tidak menjamin kualitas nya (gimmick lagi untuk beli resiver rekomendasi mereka). Luar biasa tanggapan medsos mengenai ninmedia, sampai saya akhirnya "buka puasa" treking parabola, kebetulan dibelakang rumah ada parabola ex pay tv yg dipasang pemilik rumah dan nganggur karatan.
Benar juga karatan sehingga dish nya gak bisa naik turun, hanya bisa putar aja ke arah 98 bujur timur, dan dengan sedikit modifikasi LNB agar lebih turun refleksi dish nya dengan senang hati gembira yang tidak terkira, setelah puasa 20 tahun lebih dengan bangganya bisa lock satelit lagi, bedanya kali ini resivernya digital seharga 150 ribu ! Jadi miris ingat dulunya harga resiver analog merek echostar sekitar 2 juta rupiah.
Dan yg bikin senang dengan ninmedia, cinta pertamaku tampil lagi dengan format 90an , jadi teringat masa-masa menonton MTV Tiap Hari.
Yang tidak terkira adalah tawaran dari teman alumni yg tertarik memasang juga karena di rumah ortu nya ada dish pay tv karatan udah 3 tahun nganggur..langsung meluncur dan clink.
Lumayan lah kemudian anak buah tertarik mebisniskannya, dan tentunya saya sangat mendukung agar tetap semangat di kantor dan dapat tambahan tentunya. Walau masalah muncul dikemudian hari dengan naga-naganya akan menuju penggiringan ke arah resiver model tertentu, ahh tidak masalah asal masih terjangkau ya di ladeni saja.
Bagaimana nasib DIGITAL TERESTERIAL ? ahhh entahlah ..pemerintah aja gak serius, mudah2an 2018 dengan Asian Games nya akan membuat Kominfo merasa MALU jika masih ada siaran ANALOG di layar TV para kontingen Aisan Games. Semoga lebih baik kedepannya.
Iklan: Jika mau modif dish paytv atau pasang awal NINMEDIA silahkan hubungi saya :08155737755 atau kontak teknisi saya :081246637645 . Instalasi surabaya dan sekitarnya, Perangkat bisa dikirim juga ke daerah pembaca blog.
Sabtu, 24 Juni 2017
STB UseeTV Tanpa Kabel "Manfaatkan Fasilitas WDS TP-LINK ke Mikrotik"
"...Disclaimer : Tidak semua percobaan yg dijelaskan disini dapat dijamin jalan, akibat pemanfaatan perangkat yg sudah tersedia di penulis dan berasal dari berbagai merek / jenis . Pastikan membaca 2 tulisan sebelumnya mengenai UseeTv dan Mikrotik. Harap dapat dimengerti pembaca ..."
Musim libur lebaran sudah mulai nih, penulis jadi teringat sejak blog ini ditulis maka waktu lebaran adalah waktu yg paling produktif melakukan "pengoprekan". Kenapa? Mungkin karena order sepi ?Alasan utama adalah karena penulis tidak ikut berlebaran dan ogah berdesak-desakan ke tempat hiburan yg tentunya saya sadar pasti ada waktu lebih "tepat" untuk menikmati tempat wisata dan hiburan itu yaitu saat low season. Setuju tidak ? hehehe mungkin tidak berlaku bagi pekerja kantoran ya, karena waktu libur panjang hanya ada saat lebaran. Jadi selamat liburan ya ... dan buat saya tetap akan mengaktifkan sel otak agar tetap fresh ..gaya banget ya....wkwkwk aslinya biar ga bosen aja kaleeee...udah ah ngelanturnya...
Kok ada ilustrasi tersandung kabel sih? Kejadiannya memang nyata akibat praktek yg dulu itu lhoo saat saya ingin menonton UseeTV di kamar dengan menarik kabel UTP dan memindah STB ke kamar. BISA DIBACA DISINI . Karena letak kamar tidak memungkinkan pemasangan kabel di dinding (alasannya males aja) alhasil kabel tetap digelar menyusuri lantai. Kesandung deh istri saya...marah-marah deh hasilnya, saya marah karena kabel jadi putus di tengah dan istri marah karena kejedot tembok saat kesrimpet kabel. Mungkin gak ya memakai wireless untuk menggantikan koneksi UTP ke STB?
Nah mahal kan produk yg udah jadi ? Ada yg lebih murah gak ? Pakai STB yg hybrid aja kata seseorang teman, kan udah ada wifinya...hmmm tidak disarankan karena dijamin tidak dihiraukan 147. Bagaimana dengan penambahan USB wifi ke STB ZTE ? Yang ini makin tidak jelas karena hanya USB wireless merek tertentu (ZTE tentunya) yg bisa dipakai. Bisa gak ya memanfaatkan perangkat yg sudah saya punya dirumah ?
Teringat akan memory jadul di kantor dulu kala, dimana saya me-repeat sinyal wifi lewat fasilitas WDS dari router TP-LINK .
Yuhuuuii ide project experiment pun muncul, bongkar-bongkar kardus akhirnya menemukan 2 router TP link model MR3220 (usb modem / mifi) dan WR841N . Dulu jaman internet masih susah masuk ke perumahan dan modem mifi masih jarang maka TP-LINK menyediakan beberapa seri yg dapat merubah modem USB GSM-CDMA menjadi wifi. Secara system dan hardware mirip sekali dengan seri wireless router WR8xxx, tapi nanti di tulisan ini dapat ditemukan perbedaan hasil bridging WDS dari perangkat yg satu vendor sekali pun..apalagi yg beda vendor ya? Jadi jangan murung kalau gak berhasil jika dilakukan ulang oleh pembaca, mohon pengertiannya ya...
WR841N vs MR3220
Ide awal saya adalah memanfaatkan koneksi WDS dari kedua router wireless TP-LINK diatas, kemudian melakukan bridging dari port useetv sehingga antara ujung ethernet nya menjadi ter "bridge" ...sedikit tweak dengan clone mac address STB ke port WAN (router yg nyambung ke modem indihome)....beres dehh. Untuk seting WDS sudah banyak banget yg bahas..trus ngapain lagi saya ya ? selesai dong ? ooo tidak...saya masih ingin menonton USEETV lewat wifi ke Smartphone dan Laptop seperti penjelasan DISINI. Ayo kita oprek mikrotik nya yukk...
Saya akan berusaha menuliskan secara urut runtutan pemikiran dan eksperimen trial-error saya saat merancang system ini agar lebih nyambung ke pembaca. Saya bukan ahli IT yg jago konsep neworking nya tapi lebih ke "problem solver" , jadi harap maklum kalau kelihatan remeh bagi jago mikrotik...sesuai tagline blog nya "CARA MUDAH ...." ....hehehe... lalu pertanyaan awal yang muncul ini :
- Wireless Router apa yg akan saya gunakan di sisi STB ? MR3220 atau WR841N ?
- Apakah WDS akan berfungsi antara 2 perangkat beda merek ?
Beberapa tulisan di forum-forum yg membahas WDS menunjukkan bahwa WDS merupakan protocol non standar yg dibuat oleh vendor perangkat router, dan tentu saja ketika saya praktekkan untuk WDS bridging antara mikrotik vs TP-LINK saya menemukan hasil yg berbeda. Jadinya saya balik ke praktek awal dulu dikantor yaitu bridging internet dari router/modem (sumber internet) ke router TP-LINK via WDS. Sedangkan kodisinya seperti ini nih di rumah saya:
- Terdapat 2 AP wifi, 1 bawaan indihome (alcatel lucent) 1 Wireless router TP-LINK untuk printer server (terdapat internetnya juga)
Lanjut eksperimennya dan saya mendapatkan hasil yg berbeda yaitu: sukses berinternet ria menggunakan WDS dengan router root (sumber) nya bermerek sama TP-LINK dan ketika saya WDS ke sumber modem indihome Alcatel, hanya MR3220 yg dapat melakukan transparent bridging dan dapat menyalurkan internet. Jadi saya buang saja WR841N karena ping ke gateway (router indihome) gagal apalagi menyalurkan internet. Beberapa kali percobaan static route dan merubah DHCP pun gagal dan dikonfirmasi juga beberapa tulisan di internet kalau WR841N hanya sukses WDS ke merek yg sama dan harus merubah OS nya ke DD-WRT jika ingin transparent bridge ke merek lain...malesnyaa...
Dan berikut hasil praktek trial error demi menonton UseeTV di kamar TANPA KABEL..
1. PENYEDERHANAAN SETING NETWORK MIKROTIK
Setelah 2 kali menulis di blog mengenai Mikrotik vs UseeTV akhirnya didapatkan ilmu bahwa agar system dapat berjalan lama (tidak sering buka winbox untuk setting manual) dibutuhkan setup yg minimal seperti:
- Satu local-bridge untuk semua interface, sehingga mendapatkan segemen IP yg seragam
- DHCP dengan 1 pool dan lakukan di local bridge , bukan di master-interface
- Matikan semua firewall
2. GUNAKAN WIRELESS AP BRIDGE (NON WDS) PADA MIKROTIK
Percobaan saya tentunya tidak langsung seperti susunan yg rapi ini melainkan melalui proses mencoba , trial error, seperti saya pernah mengaktifkan fasilitas WDS pada wireless mikrotik. Berbagai konfigurasi pun dicoba seperti membuat virtual AP dan sukses mengarahkan multicast IP TV ke STB tapi dengan kecepatan yg dibatasi (gak bisa ditonton siarannya). Entah kenapa ini terjadi sampai 1 hari saya memikirkannya dan dikonfirmasi oleh beberapa tulisan di forum mikrotik bahwa WDS mikrotik tidak kompatibel dengan TP-LINK. Jadi saya kembalikan ke mode wireless standar saja.
3. SETUP WDS DI TP-LINK
Setup awal berikut ini banyak dibahas di internet, jadi kita review singkat saja
Centang "Enable WDS" dan pilih survey agar lebih mudah memilih nama AP mikrotiknya. Pastikan ch wirelessnya sama dan password nya sesuai. Saya tidak broadcast nama AP dari tplink agar tidak membuat ribet dimata.
4. SETUP IP , DHCP DAN STATIC ROUTE
Gunakan IP untuk TP-LINK yang satu segmen dengan router mikrotik agar bridgingnya menjadi gampang. Seperti contoh dibawah dimana mikrotik menggunakan IP segmen 192.168.88.0/24. Gateway di mikrotik 192.168.88.1 sehingga saya pilih 192.168.88.2 untuk TP-LINK
Untuk DHCP , dikarenakan kita menggunakan WDS dari dua vendor yg berbeda, maka jangan ikuti WDS standar TP-LINK yg menyarankan mematikan DHCP di bridge AP (repeater). Entah kenapa mikrotik menolak DHCP request dari luar networknya (karena ga terlalu ahli mikrtotik), jadi karena STB UseeTV menggunakan DHCP untuk mendapatkan IP maka kita aktifkan DHCP server pada TPLINK.
Kenapa DNS saya bikin statis 10.0.0.91? tujuannya agar STB langsung berhubungan dengan server IPTV nya. Jika IP DNS di daerah anda berbeda maka bisa mengeceknya dengan melihatnya di seting DNS yg didapatkan auto di mikrotik ( baca pembahasan sebelumnya agar nyambung).
Seting yg kemudian saya dapatkan di praktek lanjutan (setelah beberapa kali gagal dan pusing) adalah menentukan IP STB secara fix alias ga berubah. Gampang saja dengan melakukan reservasi IP dan MAC di seting DHCP nya. MAC dan DNS dari STB dapat diperoleh saat koneksi masih standar (langsung ke indihome), tekan SET pada remote , Konfigurasi , masukkan password :6321 , pilih Tingkat Lanjut , Sistem Informasi, dan akhir pilih info jaringan sampai muncul list IP dan MAC address.
Jangan lupa menambahkan static route untuk segmen IP 10.0.0.0 yg merupakan segmen IP dari network di server IPTV UseeTV.
Untuk mengetest apakah koneksi bridge telah sesuai dan sukses adalah dengan melakukan ping ke IP gateway mikrotik, lanjut ping ke IP DNS , baik dari System Tools : Diagnostic Ping TP-LINK maupun langsung dari PC (yg terhubung port LAN TP-LINK). Semua ping harus lancar agar didapatkan hasil yang maksimal.
5. STATIC ARP PADA MIKROTIK
Seting ini didapatkan pada hari terakhir explorasi saya dimana saya merasa jengkel karena hasil ping dari terminal mikrotik ke IP STB selalu berakhir (putus) di tengah setelah awalnya sukses. Kemudian setelah membaca beberapa sumber di internet, saya disarankan untuk melihat di bagian ARP dari mikrotik. Dan dengan gembiranya saya bisa melihat kalau request ARP dari WDS TP-LINK menggunakan MAC address yg sama untuk semua perangkat yg terhubung di port LAN TP-LINK. Hal ini menyebabkan IP STB di reject langsung oleh mikrotik dan sesuai saran mbah google agar saya membuat static ARP agar tidak direject. Saat ping ke STB dan sukses maka langsung saja dari console ARP List saya klik kanan dan pilih "Make Static". Bisa juga dilakukan secara manual asal dicatat dulu MAC address nya yg muncul. Ingat IP dari STB telah dibuat reservasinya di DHCP TP-LINK sehingga tidak berubah-ubah.
Apakah ini mungkin dilakukan karena 1 MAC tapi banyak IP ? Seingat saya mungkin saja sebab di PC linux bahkan windows pun memungkinkan. Dan hasilnya PING ke STB tanpa PUTUS ! WARBYAZAHHH...
Dari langkah-langkah diatas dapat kita gambarkan system nya seperti gambar berikut ini:
Demikianlah experimen saya dan hasilnya masih saya testing terus karena proses trial dan error belum selesai. Beberapa kali saya temukan loading awal STB yg gagal menampilkan gambar namun sukses dan normal kembali ketika di restart ulang dan beberapa kali gambar terlihat tersendat mungkin gara-gara koneksi WDS yg jelek ataupun akibat request IGMP proxy yg mengalami keterlambatan update request. Nanti akan saya coba update kembali jika ada perkembangan.
SELAMAT MENCOBA