Harapan kedepannya aisi555 tidak hanya menjadi penggembira pada pameran tapi dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan dunia IOT di Indonesia
Senin, 30 Desember 2019
ARTPRENEUR WEEK 2019 - Ikut meramaikan di akhir tahun 2019
Di penghujung 2019 ini kami diminta oleh sebuah sekolah kejuruan di surabaya untuk mengisi anjungan dengan produk kami pada kegiatan pameran berjudul ARTPRENEUR WEEK 2019 yg diadakan oleh komunitas artpreneur.rek! surabaya. Kegiatan ini berlangsung tanggal 26-29 desember 2019 di Mall Ciputra world surabaya. Di tengah suasana liburan menjadi sebuah tantangan untuk mempersiapkan konten pameran dalam waktu singkat.
SMK ketintang surabaya sejak pertengahan 2019 meminta kami untuk menggali potensi siswa dibidang industri jaman now yg kedepannya akan berevolusi menjadi industri 4.0 dimana otomasi industri akan berhubungan erat dengan istilah baru yaitu Data Mining , Artificial Inteligence, Machine Learning dan Internet Of Things. Awalnya kami aisi555 sedikit galau mewujudkannya ke dalam suatu paket pembelajaran yg dapat dicerna oleh anak SMK yg notabene bukan berbasis teknologi melainkan berbasis Akutansi (awalnya merupakan SMEA). Untuk yang berbau teknologi SMK ketintang hanya memiliki jurusan Teknik Komputer Jaringan serta Multimedia. Apa yg terjadi adalah menjadi tantangan tersendiri selama paruh kedua semester 2019 dan menjadikan pengalaman baru yg sangat menarik tentunya.
Lalu apakah nyambung dengan tema pameran yg bertajuk "ART" + "ENTREPRENEUR" dengan yg saya sampaikan di sekolah? Ya sebaiknya disambung-sambungkan aja biar tidak terlalu mumet di kepala. Karena saya yakin suatu saat Indonesia bisa menyambungkan seni dengan IOT. Coba perhatikan mesin jahit elektronik yg tampil di pameran ini.
Seni ketrampilan menjahit kini sudah bergeser ke teknologi jaman now dimana bukan hanya mekanik saja. Microcontroller sudah merambah ke dunia jahit-menjahit looo...coba kita lihat video youtube dibawah dimana sebuah mesin jahit sudah sangat maju memanfaatkan teknologi masa kini.
Nah terbukti dunia seni dan iot bisa menjadi satu peluang di masa depan. Tentunya aisi555 sangat berkeinginan untuk mengembangkannya dari sekarang setelah melihat peluang-peluang di pameran ARTPRENEURWEEK 2019. Yang kami tampilkan pada pameran ini merupakan modifikasi dari praktek pembelajaran yang pernah dibahas pada blog yaitu smartphone vs esp8266.
Harapan kedepannya aisi555 tidak hanya menjadi penggembira pada pameran tapi dapat memberikan kontribusi untuk kemajuan dunia IOT di Indonesia
Senin, 25 November 2019
Membantu Sekolah Vokasi Menerjemahkan Dunia Kerja Jaman Now
Tidak terasa 5 tahun sudah terakhir kalinya saya membuka amplop slip gaji , apalagi terakhir kali ketika slip gajinya dibuka berisi lembaran uang. Bukan isapan jempol ini kejadian nyata waktu "mampir" bentar di pabrik di daerah berbek selama setahun, pernah merasakan gembiranya menerima slip gaji + lembaran uang biru didalamnya. Perasaan De-Ja-Vu itu muncul lagi tahun 2019 ini ketika saya diminta untuk mengisi kelas tiap jumat membahas "teknologi jaman now" di sebuah SMK di Surabaya, dan jika dihitung lembaran uang di amplop slip itu nilainya lebih besar (sedikit) daripada waktu saya bekerja di pabrik 15 tahun yg lalu.
Seharusnya saya sudah menjadi "pengajar" 10 tahun lebih jikalau dulu menerima sebuah tawaran mengajar di sebuah universitas, tapi entah kenapa hati saya kecil saya waktu itu berkata kalau ilmu saya akan lebih berguna dibagikan saat saya sudah mendapatkan ilmu yg "sebenarnya" bertahun-tahun setelahnya. Ini mungkin terasa naif atau men "justifikasi" diri sendiri, tapi benar adanya panggilan jiwa saya yang saat itu baru kerja setahun lebih, lalu di minta untuk beralih profesi menjadi pendidik, saya merasakan sesuatu yg tidak klop. Akan terlalu gampang perjalanan hidup saya setelah ini. Dan apa yg terjadi kemudian berakibat kecaman keluarga saya di kampung. BODOH atau NAIF ya mirip-mirip lah karena ujungnya di tahun ke 10 memasuki dunia kerja saya di PHK dan dipaksa untuk berusaha cari uang sendiri. Kapok mu kapan broo ?
Balik ke awal perkenalan saya dengan dunia SMK mengingatkan kegalauan waktu itu karena perasaan aneh muncul, eealahhh ketemu dunia pendidikan lagi, gak nyesel dulu sempet nolak ? Kali ini beda posisinya karena saya diminta sebagai "pembimbing" dunia usaha di sekolah vokasi lewat program magang dari sebuah SMK di kediri. Dikirimlah beberapa anak untuk mencoba menjadi pegawai di usaha yg saya kelola dan kebetulan (atau tidak ya?) saat itu project yg saya geluti tidak menuntut skill berat, hanya cukup keberanian naik genteng.
Saya buang jauh-jauh kenangan "di cela" masa lalu dan bertekad membesarkan usaha yg terlihat recehan ini. Kenyataannya berwirausaha itu tidak seperti grafik y=x^2 melainkan y= sin(x), ada saat UP dan DOWN tapi harus bisa tetap semangat. Ya setidaknya anak SMK yg magang dapat merasakan bagaimana BOS nya galau marah-marah muka cemberut atau ada kalanya baik hati ngajak makan di mall. Mungkin tidak akan didapatkan kalau mereka magang di dinas pemerintahan atau pabrik yg sudah established. Harapannya mereka jadi tau kalau yg menulis "meme" wirausaha dan mencatut nama almarhum Om Bob Sadino lupa menambahkan foot note term and condition : *) USAHA BISA BANGKRUT !
Foto diatas diambil saat diminta menandatangani kerjasama program magang bersama beberapa nama "besar" pelaku usaha di Jawa Timur. Perasaan minder saya buang jauh-jauh karena ini menjadi pembuktian bahwa usaha saya ini layak disejajarkan dengan perusahaan-perusahan besar itu ( preeetttt )....ahhh bawaannya pesimis dan low self esteem mulu nih bapake.... kapan lagi kesempatan muncul untuk membanggakan usaha sendiri ? Asal gak berlebihan aja.
Bulan agustus 2019 saya mendapatkan kesempatan untuk berbagi ilmu jaman now ke sebuah SMK di Surabaya. Bapak kepala sekolahnya galau melihat tuntutan kurikulum dari kemendikbud dengan kompetensi guru-guru SMK (yg dulunya smea) tidak selaras dengan tuntutan Revolusi Industri 4.0. Terlihat muluk-muluk ya padahal tinggal mengajar sesuai buku saja kok repot ? Akan tetapi memang begitu adanya di tahun 2019 karena sekolah sekarang dituntut membuka pandangan yg lebih luas kepada siswa mengenai topik jaman now seperti : Online business, Internet of Things, Machine learning , Coding dan sebagainya. Jadilah saya menyusun beberapa kelas untuk membantu ibu dan bapak guru yg tidak bisa CATCH UP dengan kemajuan jaman.
Salah satu kelas Teori - Praktek yang saya bahas adalah untuk membantu ibu guru pengajar di jurusan " OTOMATISASI TATA KELOLA PERKANTORAN" , sebuah nama yang dahsyat untuk jurusan yg dulunya identik dengan tukang ketik. Dan tentu saja para siswa sangat tertarik dengan penjelasan beserta praktek yang saya bawakan. Jadi pengalaman saat mengatur teleconfrence jaman kerja di dunia telco , berguna setelah 10 tahun kemudian. Sesuailah harapan saya saat menolak tawaran menjadi pengajar beberapa tahun sebelumnya, karena pada akhirnya ilmu yg saya berikan sesuai PRAKTEK dan bukan copy paste dari hasil googling ....yess..yesss...yess....( sombong amat ! )
Sementara untuk jurusan "BISNIS DARING dan PEMASARAN" saya ajarkan prospek kerja di dunia Online Shoping bagaimana menjaring peluang "Niche Market" melalui jualan di medsos sampai menyusun bisnis secara lebih rapi melalui BMC seperti gambar diatas. Saya juga mengajak narasumber yang sudah berpengalaman di dunia online shoping untuk berbagi ilmu ke anak kelas XI dan XII.
Bertepatan dengan hari guru yg diperingati saat tulisan ini saya ketik, mendorong saya untuk lebih gencar menyebarkan ilmu "PRAKTEK" yg sepertinya sudah menjadi kebiasaan saya, baik di dunia Solder Menyolder , Coding, Jaringan internet, Parabola dan banyak lainnya. Kebetulan saja bersamaan momennya dengan menteri pendidikan yg jebolan GOJEK yang kedepannya akan mendorong lebih ke PRAKTEK dari pada TEORI.
Ada yg mau meng "hire" saya mengajar teknologi jaman now di sekolah kalian ? Ealaaahhh iklan ternyata....just call me 0813-3133-9072 ....semoga bisa membantu menyelaraskan kebutuhan dengan kenyataan.
Rabu, 20 November 2019
Memahami Cloud Biar Ga Kelaut - AWS Cloud Day Surabaya 2019
Seminggu setelah mengikuti acara "jualan" dari Amazon Indonesia saya malah ditanyain oleh istri "Mana sih foto foto seminar kamu? Biasanya sudah narsis aja kok kali ini nggak? " Padahal aslinya tangan gatel juga buat ambil kamera smartphone kayak ibu-ibu yg duduk di depanku. Ya mungkin karena ada sedikit kegalauan penulis memahami cloud yang ditawarkan oleh sebuah company pelopor online shoping ini. Kenapa galau? Awalnya saat sign up buat ikutan acaranya yang terbayang paling juga jualan storage online atau server online gak jauh-jauh lah ekspektasi saya. Tapi ketika saya daftar untuk mencoba layanan cloud nya aws, akhirnya inilah yg membuat saya bingung dan jadi males untuk selfie di acara seminarnya.
Gambar diatas saya buat saat menyiapkan video "show off" yg saya persiapkan untuk acara ini, siapa tau ada yg bisa saya prospek dan tertarik dengan project iot saya. MQTT dan database mongodb yg saya gunakan pada project ini semuanya berbasis AWS akan tetapi saya tidak sadar bahwa layanan yg saya pakai merupakan layanan 3rd party yg sepenuhnya jauh dari harapan saya yaitu IOT yg langsung ke system IOT CORE nya amazon. Tools yg saya gunakan ternyata tidak lebih hanya memanfaatkan platform "remote computing" dan "serverless script" yg terdapat pada AWS. Semakin bingung nih saya sampai akhirnya tercerahkan saat mengikuti seminar.
Nah loo..gimana gak bingung saat saya memulai berkenalan dengan AWS, uuakehh poool item yg ditawarkan dan saya mulai dari mana nih ? Wahh gak usah datang aja ke seminarnya, bakalan mati kutu nih? hihihii gitu aja nyerah kan ada google-yotutube-facebook dan sebagainya dan benar saja saya menggunakan youtube untuk mejawab "Saya Mulai Dari Mana?" Jawabannya adalah EC2 dimana berada di paling ujung awal dari list servis yg ditawarkan oleh AWS (panjang banget kepotong tuh gambarnya). Tentu saja saya sangat mengenal EC2 (sombong amatttt) karena ternyata gak jauh berbeda dengan VPS alias server virtual berbasis windows maupun linux.
Ahh cupu amat masih pake windows ? Ya mampunya bikin scriptnya di windows sih lagian biar gak pusing-pusing beradaptasi karena kebetuan saja python yg sedang saya oprek berbasis windows. Linuxnya bagaimana ? Mau jadi bingung ? nih saya connect kan ya...
Tuh bisa kan ? Jadi setelah saya mempunyai VPS serasa punya PC baru di "CLOUD" dan saya bisa menaruh script di sana. Hasilnya cakep juga dan bisa dilihat dari 2 video youtube berikut:
Terasa sudah keren banget dan ahli nih saya, sampai saatnya jadi peserta seminar dan ketemu sama orang-orang keren dari teamnya Amazon Indonesia. Dan saya sukses balik ke level newbie ...
AWS cloud day surabaya ini berlangsung tanggal 13 nopember 2019 dan lebih ditujukan kepada pelaku bisnis di surabaya dengan harapan tertarik menggunakan layanan cloud AWS. Tentu saja harapannya seperti itu dengan dibawanya pelaku bisnis lokal yg sudah memindahkan server dan aplikasinya ke platform cloud computing. Jawapos dot com ternyata telah berbasis cloud sejak 2016 dan saat ini sudah memangkas 1/2 budget jika menggunakan server premise (server fisik di data center). Dan yg menjadi momok bagi pegawai penjaga server adalah monitoring 24 jam, dan kini sepenuhnya dilakukan oleh AWS sehingga pekerja di jawapos dot com bisa tidur nyenyak kemudian bisa mencurahkan perhatiannya lebih ke konten dan kreativitas.
Apalagi sekarang AWS menjadi salah satu andalan berbagai perusahaan di dunia dalam hal pengaturan administrasi perusahaan dengan platform cloud computingnya berupa EC2 (elastic cloud computing) dan S3 (Simple Storage Service) sehingga aplikasi berupa SAP dan ERP sejenis bisa dijalankan di cloud. Lagi-lagi biaya maintenace server menjadi "0" NOL. Ya karena tentunya pihak amazon akan mengontrol sepenuhnya dengan garansi SLA 100% comply.
Topik industri 4.0 berupa pengolahan data alias Data Mining, Artificial Inteligent, dan Machine learning mungkin terlalu berat dipraktekkan dan cenderung hanya mudah diucapkan. Untuk itu AWS menawarkan solusi yaitu membuat orang yg awam, tidak perlu harus menjadi Data Scientist untuk mengolah data, semisal data forex forecasting. Saking banyaknya servis yg ditawarkan sampai-sampai terlihat AWS layaknya warteg yg "kebanyakan" menu dan semuanya enak untuk dicicipi.
Bagaimana dengan harga servis yg ditawarkan ? Ternyata sangat flexible dimana kita akan membayar sesuai apa yg kita butuhkan dan gunakan. Jadi semisal saat suatu layanan kita rasa berlebih maka bisa downgrade begitu juga sebaliknya. Saat kita tidak memerlukan layanan semisal lagi libur atau lagi ada kejadian tertentu maka user sepenuhnya memiliki hak untuk mematikan layanan tanpa harus membayar saat layanan mati. Bayangkan jika server kita berada di data center maka akan dikenakan charge bulanan yg FIX.
Lalu bagi penggiat microcontroller 8 bit bisa juga menggunakan layanan IOT Core dari AWS dan yg senang dengan Node.js bisa menggunakan AWS Lambda untuk menjalankan scriptnya secara SERVERLESS. Sampai tulisan ini saya buat penulis belum berhasil menghubungkan arduino dengan AWS IOT Core karena ada beberapa term "Security" yg sangat ketat dan sepertinya berlebihan diterapkan oleh AWS. Ya akhirnya penulis kembali lagi ke penggunaan EC2 untuk menjalankan server mqtt dan selama response nya cepat maka tidak menjadi masalah.
Sebenarnya banyak yg ingin saya bagi tapi akan saya tulis lagi saat ilmu saya sudah banyak. Maklum saja ilmu KELAUT ini masih menjadi hal baru bagi penulis. Dan bila anda membaca 5 tahun setelah tulisan ini di posting dapat dipastikan anda sudah menggunakan layanan CLOUD lebih sering daripada saat tulisan ini ditulis. Para pelajar di SMK jurusan TKJ tidak akan lagi belajar menyambung kabel UTP tapi belajar configurasi node js serverless. Dan anak-anak dirumah main game nya bukan di PC bapaknya tapi di CLOUD.
Kamis, 31 Oktober 2019
Cara Belajar IOT : Menyimpan Data Sensor lewat NBIOT untuk Ditampilkan Ke Chart dan Peta
Bahasan kali ini sempat tertunda akibat gejolak politik Indonesia sebelum pelantikan presiden. "Sombong Amat" hehehe...ya tertundanya secara tidak langsung sih karena coba deh perhatikan penampakan alat saya dibawah ini yg saya bawa keliling-keliling surabaya di awal oktober 2019.
Ngeri kali bukan? apalagi saat kasus penusukan pak wiranto saya jadi was-was membawa keliling alatnya ntar dikira mau sabotase kali...hehehe...ngelanturnya kejauhan kali ya ? Balik yuk ke topik utama dan kali ini IOT nya semakin lebih jauh dimana sensor akan dibawa berkeliling dan tiap pembacaan akan disimpan pembacaan GPS nya. Seperti ini loo pesan mqtt berformat JSON yg dikirim oleh arduino...
Dari pesan MQTT diatas maka jika ingin mengolah data ber "GEO" atau memiliki data koordinat GPS maka tiap pembacaan sensor perlu disimpan ke dalam database. Arduino secara kemampuan nya yg 8 bit tentunya megap-megap kalau dihubungkan ke SQL, lalu berpikir apasih yg digunakan orang-orang diluar sana untuk database IOT ? Jawabanya adalah PYTHON + MONGODB
Jadilah saya belajar bahasa asing lagi nih...ya untung saja sukses dan langkah belajarnya seperti ini untuk membantu pembaca memahami lebih mudah.
PYTHON + MQTT
Masih ingat tulisan terdahulu tentang ESP dan MQTT ? Sekarang dengan python ada library khusus menangani pesan PUBLISH dan SUBSCRIBE dengan nama pahomqtt. Jadi setelah berhasil mempelajari dasar-dasar python tidak lama kemudian saya berhasil menguasai pahomqtt seperti script berikut ini :
import paho.mqtt.client as mqtt #import lib mqtt
led = 0
segmen = 0
############jika ada mqtt yg di sub masuk#########
def on_message(client, userdata, message):
print("message received " ,str(message.payload.decode("utf-8")))
print("message topic=",message.topic)
print("message qos=",message.qos)
print("message retain flag=",message.retain)
global led
global segmen
client.publish("/test/seg","SEG"+ str(segmen))
print("Publishing message to topic LED & 7 SEG")
print("7 SEGMEN : " + str(segmen))
segmen+=1
if segmen == 10:
segmen = 0
if led == 0:
print("LED ON")
client.publish("/test/led","ON")
led = 1
else :
print("LED OFF")
client.publish("/test/led","OFF")
led = 0
print('')
print('')
########################################
broker_address="soldier.cloudmqtt.com"
broker_port=146xx
broker_user="xxxxxx"
broker_pass="xxxxxx"
print("creating new instance")
client = mqtt.Client("P1") #create new instance
client.on_message=on_message #attach function to callback
client.username_pw_set(broker_user,broker_pass)
print("connecting to broker")
client.connect(broker_address,broker_port) #connect to broker
#start the loop
print("Subscribing to topic","/test/DHT")
client.subscribe("/test/DHT")
client.loop_forever()
Script diatas merupakan koding python yg akan men SUB topik /test/DHT dan kemudian akan melakukan PUB terhadap LED dan 7 Segmen. oo iya jangan salah paham ya script python nya saya jalankan di PC yg terhubung ke internet bukan di ARDUINO.
PYTHON + MONGODB
Database umum yg digunakan saat ini pasti gak jauh dari SQL deh...tapi saya menemukan yg lebih simple dan ada GRATISAN nya yaitu MONGODB . Benar saja mongodb mungkin masih awam ditelinga orang tapi diluar sana bisa dilihat penggunaan mongobd cukup intensif mungkin dikarenakan karena data IOT yg bersifat tidak atau cenderung kurang relational dan tentunya datanya sederhana. Untuk itu kita bisa menggunakan mongodb gratis dengan nama MONGODB ATLAS dan bersifat cloud based.
Jika anda pengguna SQL maka record dan field pada mongodb diistilahkan sebagai collection . Python sendiri tidak mempunyai fasilitas khusus untuk mongodb sehingga dibutuhkan library PYMONGO sebagai bahasa dasar untuk simpan-hapus-filter-update database. Secara singkat hasil pembelajaran saya membaca suhu dan kemudian menyimpannya pada MONGODB seperti script berikut ini :
import pymongo
import json
from datetime import datetime
myclient = pymongo.MongoClient("mongodb+srv://user:pwd@cluster0-jb06l.mongodb.net/test?retryWrites=true&w=majority")
mydb = myclient["humitemp"]
mycol = mydb["data_humitemp"]
##########simpan DB###########
def save_db(isi):
dateTimeObj = datetime.now()
print('')
print("<===SAVE TO MONGODB===>")
print(dateTimeObj)
x=json.loads(isi)
y={"waktu":dateTimeObj , "suhu": x["suhu"] , "humi": x["humi"] }
z = mycol.insert_one(y)
#print list of the _id values of the inserted documents:
print("database masuk dengan id : ")
print(z.inserted_id)
print("========================")
print('')
###############BACA SUB MESSAGE#################
def on_message(client, userdata, message):
print("message received " ,str(message.payload.decode("utf-8")))
print("message topic=",message.topic)
print("message qos=",message.qos)
print("message retain flag=",message.retain)
save_db(str(message.payload.decode("utf-8")))
################################
broker_address="soldier.cloudmqtt.com"
broker_port=146xx
broker_user="xxxx"
broker_pass="xxxxxx"
print("creating new instance")
client = mqtt.Client("P1") #create new instance
client.on_message=on_message #attach function to callback
client.username_pw_set(broker_user,broker_pass)
print("connecting to broker")
client.connect(broker_address,broker_port) #connect to broker
#start the loop
print("Subscribing to topic","/test/DHT")
client.subscribe("/test/DHT")
client.loop_forever()
Hasilnya tidak mengecewakan pada MONGODB atlas karena ada fasilitas report CHART grafik sehingga sangat menyingkat waktu coding
Yang menjadi titik menariknya adalah data GEOSPATIAL juga bisa ditampilkan melalui MONGODB ATLAS.
Nanti deh kita bahas kapan-kapan setelah pembaca mahir di PYTHON vs ARDUINO...selamat mumet kawan...