Pandemi covid 19 yang sangat menyita perhatian seluruh dunia pada tahun 2020 ternyata trend nya tambah mengkhawatirkan setelah memasuki tahun 2021. Padahal banyak usaha telah dilakukan oleh individu maupun pemerintah seperti halnya pada masa awal PSBB yang sangat terasa efeknya, jalan sepi dan gerbang kompleks perumahan jadi seperti cek point di film-film bertema "epocalyptic". Tapi ada sesuatu yang tidak disadari bahwa pandemi ini juga menjadi sangat memasyarakat akibat semakin canggih dan terjangkaunya internet melalui smartphone. Informasi baik yang benar maupun berbau "click bait" menjadi semakin sering menjadi santapan publik.
Kali ini aisi555 akan membahas teknologi dan penemuan selama pandemi yang pada awalnya menjadi harapan untuk menghadapi virus covid-19, namun segera saja menjadi ZONK karena keefektifannya dipertanyakan. Apa saja itu ?
Bilik Desinfektan
Di bulan maret - april 2020 hampir semua publik figure terutama politisi rajin menampilkan solusi pencegahan penyebaran covid 19, seperti di gambar diatas adalah bilik semprot kuman yang di yakini akan membunuh virus corona. Jadi hampir semua tempat keramaian baik mall, toko, restauran maupun kantor-kantor memasang bilik semprot desinfektan, dan kadang menjadi masalah kalau kita sering keluar masuk lokasi tersebut. Bayangkan kalau seorang sopir gojek yang dapat orderan go food nya lumayan gacor, dijamin sebulan jaket gojeknya berubah jadi putih tuh...
Namun ini tak berlangsung lama karena tidak ada standarisasi bahan desinfektan yang dipakai dan banyak pakar meragukan bahkan mengecam penggunaan cairan yang dapat membahayakan seperti chlorin yang akan berakibat buruk jika terhirup atau terkena selaput lendir (semisal mata). Dan dapat ditebak kini umumnya bilik desinfektan tidak digunakan lagi bahkan jadi pajangan di pintu masuk yang kurang sedap dilihat mata.
Semprotan desinfektan di jalan
Sama seperti biliknya, penyemprotan di jalan melalui pemadam kebakaran atau semprotan bikinan warga RT di depan gang, menjadi trending topik di bulan april 2020. Tapi kembali lagi ini menjadi pertanyaan, apakah virus covid-19 munculnya di permukaan jalan? Nempel pada daun tanaman di pinggir jalan ? Atau di pos satpam perumahan ?
Sepertinya akhir 2020 jadi semakin jarang melihat kegiatan semprot-semprotan ini, karena semakin banyaknya kasus masal penyebaran covisd-19 malah ditemukan di lokasi tertutup, semisal pada klaster perkantoran. Kenapa tidak kantornya aja yang disemprot seperti halnya yang dilakukan oleh petugas rumah sakit saat ada pasien yang meninggalkan kamar rawat inap. Sepetinya ini lebih efektif.
Tempat Cuci Tangan Pinggir Jalan
Tak dipungkiri lagi cuci tangan (dengan sabun) merupakan langkah efektif yang bisa dilakukan secara pribadi dalam rangka pencegahan covid 19. Tapi blunder dari pemasangan tempat cuci tangan di pinggir jalan, seperti yang penulis perhatikan di trotoar kota surabaya, adalah hanya sedikit orang yang menggunakan moda transportasi 2 kaki. Pemotor, pesepeda bahkan pengendara roda 4 akan melewati saja tempat cuci tangan di jalan, karenanya banyak tempat cuci tangan yang tak dirawat dan rusak setelah beberapa bulan. Ya mungkin kalau didepan pasar sih bisa jadi berguna karena banyak pejalan kaki yang lalu lalang. Tapi di trotoar dengan mayoritas kendaraan 60 km/jam ? Tidak semudah itu fulgoso..
Empon - Empon
Penulis seperti halnya presiden Jokowi sangat suka minum jamu, kalau batuk langsung aja ngunyah kencur + digelontor air hangat. Kalau radang atau badan panas, sambiloto yang pahit itupun saya rebus dan diminum tanpa sungkan, ya itu dikarenakan saya percaya ke-efektifannya dan efek samping yang natural. Klaim berlebihan tentang empon-empon (sebutan jamu temu-temuan bersifat penghangat) pada awal pandemi menyebabkan efek ekonomi yang lumayan bagus bagi pengrajin jamu. Tapi sekali lagi ini hanya untuk meningkatkan kebugaran tubuhmu tapi bukan membuat kebal dari si virus. Ya tetap aja hasil swab akan positif kalau kamu pernah seruangan dan berbincang tanpa masker bersama temanmu yg sudah terpapar covid.
Kalung penangkal covid berbahan kayu putih
Kalau ini sih jelas-jelas diragukan ke efektifannya dan saya yakin hanya dihembuskan oleh orang yang bermotif ekonomi agar komoditi kayu putih menjadi mahal dan laku. Sebenarnya saya sih tidak menyangkal kalau pilek pasti mengoleskan minyak kayu putih ke hidung atau dibalurkan di tubuh sebagai penghangat. Namun untuk penolak virus sih TIDAK ! ....pikir aja kenapa gak di semprotkan kayu putih di bilik desinfektan ? HAYOOOOOO.....