Semua Tentang Belajar Teknologi Digital Dalam Kehidupan Sehari - Hari

  • IC Timer 555 yang Multifungsi

    IC timer 555 adalah sirkuit terpadu (chip) yang digunakan dalam berbagai pembangkit timer, pulsa dan aplikasi osilator. Komponen ini digunakan secara luas, berkat kemudahan dalam penggunaan, harga rendah dan stabilitas yang baik

  • Ayo Migrasi TV Digital

    Kami bantu anda untuk memahami lebih jelas mengenai migrasi tv digital, apa sebabnya dan bagaimana efek terhadap kehidupan. Jasa teknisi juga tersedia dan siap membantu instalasi - setting perangkat - pengaturan antena dan distribusi televisi digital ke kamar kos / hotel

  • Bermain DOT Matrix - LOVEHURT

    Project Sederhana dengan Dot Matrix dan Attiny2313. Bisa menjadi hadiah buat teman atau pacarmu yang ulang tahun dengan tulisan dan animasi yang dapat dibuat sendiri.

  • JAM DIGITAL 6 DIGIT TANPA MICRO FULL CMOS

    Jika anda pencinta IC TTL datau CMOS maka project jam digital ini akan menunjukkan bahwa tidak ada salahnya balik kembali ke dasar elektronika digital , sebab semuanya BISA dibuat dengan teknologi jadul

  • Node Red - Kontrol Industri 4.0

    Teknologi kontrol sudah melampaui ekspektasi semua orang dan dengan kemajuan dunia elektronika, kini semakin leluasa berkreasi melalui Node Red

Rabu, 07 Juli 2021

Atlet dan Wartawan di Olimpiade Tokyo Akan di Lacak Melalui GPS - Bikin Sendiri Yuk Dari Barang Bekas !

(bisnis.com) Penyelenggara Olimpiade Tokyo akan memantau pergerakan atlet menggunakan GPS seperti yang dilakukan kepada media asing. CEO Komite Penyelenggara Tokyo 2020, Toshiro Muto, mengatakan mengatakan sistem pemantauan akan digunakan tidak untuk melacak setiap gerakan peserta Olimpiade tetapi untuk melacak mereka secara retroaktif jika muncul masalah. 




Tokyo akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2020 yang telah satu tahun ditunda dan akan dimulai 23 Juli, di tengah kekhawatiran bahwa acara global itu akan menambah beban sistem medis yang telah terbebani akibat pandemi virus corona. Penyelenggara Tokyo 2020, Selasa, mengatakan jurnalis luar negeri yang meliput Olimpiade Tokyo akan dilacak pergerakannya dengan GPS, dan terancam tidak dapat meliput jika melanggar aturan.




Setahun lalu saya ingat pernah belajar Coding Python yang berhubungan GeoPy ( baca dulu disini ) dan pengolahan data lokasi, dan saya bahas mengenai Hardware GPS receiver yg umum ada pasaran elektronika di olshop. Dan saya buka kotak perkakas di gudang dan teringat nostalgia kembali ke 15 tahun yang lalu ketika saya bekerja di salah satu vendor perangkat telekomunukasi CDMA. Jadi saat itu salah satu cara membedakan BTS CDMA dengan GSM adalah mencari antena berbentuk setengah bola atau kerucut yg diletakkan tidak terlalu tinggi dekat dengan shelter BTS.




Terbayang masa-masa proyek memasang antena GPS di atas tower, dimana saat itu pekerjaan ini dihargai tinggi,bisa untuk beli HP baru lho ! Belum lagi sisa kabel yang panjang, kualitas jerman yg laku keras di loak...ahhhh sudahlahh...namun kini, yang menjadi warisan di saya hanya sebuah receiver GPS USB yang dulunya digunakan  untuk referensi lokasi saat melakukan drive test sinyal. Dan saat saya colokkan port USB nya ke komputer  terdeteksi sebagai Usb to serial converter. Wahh ini dalemannya pasti masih berupa UART dan bisa  di interfacing ke arduino !




Jadi makin semangat nih buat menyambungkannya ke Arduino. Tapi sebelumnya ada baiknya mencari referensi tentang data yg dikirim oleh si receiver. Sial nya si pembuat modul telah bangkrut dan sedikit yg bisa saya dapatkan digoogle tapi cukuplah informasi yg di dapat bahwa receiver ini berbasis NMEA yg masih umum digunakan. Dengan terminal putty dan serial baudrate 4800 layar menangkap seperti ini :


Buset dah..banyak amat tuh tulisan yg harus diparsing, dan dari yg saya baca di standar NMEA receiver ini lumayan lengkap karena bisa membaca berbagai standar GPS , jadi ada $GPRSV dan $GPRSA untuk melihat informasi satelit dan $GPGGA dan $GPRMC untuk membaca koordiat, waktu, kecepatan, ketinggian dsb. Wah saya mumet ini kalau membaca parsingan segitu banyak, dan pilihan tertuju ke google dan saya cari ada gak software gratis untuk membaca parsingan NMEA seperti diatas...dan ternyata banyak loo..ayo kita coba dan bawa keruangan terbuka agar sinyal satelitnya lebih bagus.




Pilihan saya tertuju ke software yg pertama dimana terpampang jelas parsingan NMEA nya sehingga dari data serial yg didapat seperti ini :


$GPRMC,040503.246,A,0719.6784,S,11243.4344,E,0.00,0.00,220520,,*1B


Artinya kira-kira :

040503.246       =  Jam 04 , Menit 05, Detik 03.246 (UTC)
A                             = Data Benar ( V jika datanya salah )
0719.6784,S     = Latitude 7' 19.6784 " South
11243.4344,E   = Longitude 112' 43.4344 " East
220520        = Tanggal 22 Bulan 05 Tahun 20

Nah sudah siap nih...ayo kita siapkan bahan-bahan dan mulai menyolder modul receiver GPSnya agar bisa dihubungkan ke Arduino.



Skematik tidak akan saya bahas karena sangat gampang dicari apalagi cara koneksi LCD ke Arduino seperti apa pasti para pembaca sudah tahu, dan kalau belum ya tinggal googling aja bagaimana cara menyambungkan LCD ke arduino. Microcontroller yg pas ada disaya adalah wemos d1 r1  yang memiliki wifi berbasis ESP8266 dan nantinya akan saya proogram untuk membaca GPS secara serial dan DHT11 sebagai tambahan sensor agar sedikit berbau IOT. Tujuan akhir dari praktek ini adalah mengirimkan data sensor suhu/kelembaban beserta dengan data GPS dan nama lokasi pembacaan yg akan dikolaborasikan dengan Mqtt serta Geopy phyton. Pada part 1 ini akan difokuskan pembahasan mengenai pembacaan GPS ke LCD.


Pertanyaan besarnya adalah bagaimana cara parsing text serial secara efektif? Apakah manual saja? Secara tukang solder ini memiliki pengalaman buruk dengan parsing serial ! Teringat bahwa modul GPS receiver banyak dijual sebagai interfacing Arduino dan pastinya ada Library jadinya, dan benar saja beberapa library terpampang di sketch dan stelah mencoba beberapa kali akhirnya diputuskan untuk menggunakan library TinyGps++ . Kenapa? Karena dengan script examplenya (ada di folder lib nya) alat saya  sukses membaca data GPS dengan bagus. Mari kita berkreasi dengan cara copy paste ala tukang solder ini.



#include <TinyGPS++.h>
#include <LiquidCrystal.h>
#include <SoftwareSerial.h>

static const int RXPin = 0, TXPin = 15; 
//pake RX aja hanya baca data !

static const uint32_t GPSBaud = 4800;



Seperti biasanya menggunakan board arduino versi kecil maka serial portnya harus dengan software serial. Baudrate disesuaikan yaitu 4800




// The TinyGPS++ object
TinyGPSPlus gps;

// The serial connection to the GPS device
SoftwareSerial ss(RXPin, TXPin);

LiquidCrystal lcd(16, 5, 4, 14, 12, 13);



Inisialisai LCD seperti biasa simple aja dan harus diperhatikan Wemos D1 R1 memiliki GPIO yang agak loncat loncat, jadi sesuaikan penamaan portnya jangan sampe salah. Gunakan Google Search jika salah.



void setup()
  Serial.begin(9600);
  ss.begin(GPSBaud);
  lcd.begin(20, 4);

  Serial.println(F("Coba-Coba GPS"));
  Serial.println(F("Menggunakan  TinyGPS++ Dan GPS module"));
  Serial.print(F("Testing TinyGPS++ library v. ")); 
  Serial.println(TinyGPSPlus::libraryVersion());
  Serial.println(F("by ahocool with respect to Lib creator  Mikal Hart"));
  Serial.println();
}


Function setup menyatakan bahwa serial dari wemos akan digunakan sebagai console juga untuk melihat hasil pembacaan GPS selain di LCD. keuntungan lainnya adalah memudahkan untuk debugging.


void displayInfo()
{
  Serial.print(F("Location: ")); 
  if (gps.location.isValid())
  {
    Serial.print(gps.location.lat(), 6);
    Serial.print(F(","));
    Serial.print(gps.location.lng(), 6);
    lcd.setCursor(0,0);
    lcd.print(" ---- GPS VALID ----");
    lcd.setCursor(0,1);
    lcd.print("LAT :");
    lcd.print(gps.location.lat(), 6);
    lcd.setCursor(0,2);
    lcd.print("LONG:");
    lcd.print(gps.location.lng(), 6);    
  
  }
  else
  {
    Serial.print(F("INVALID"));
    lcd.setCursor(0,0);
    lcd.print(" ---GPS INVALID --- ");
  }

  Serial.print(F("  Date/Time: "));
  if (gps.date.isValid())
  {
    Serial.print(gps.date.month());
    Serial.print(F("/"));
    Serial.print(gps.date.day());
    Serial.print(F("/"));
    Serial.print(gps.date.year());
  }
  else
  {
    Serial.print(F("INVALID"));
  }

  Serial.print(F(" "));
  if (gps.time.isValid())
  {
    if (gps.time.hour() < 10) Serial.print(F("0"));
    Serial.print(gps.time.hour());
    Serial.print(F(":"));
    if (gps.time.minute() < 10) Serial.print(F("0"));
    Serial.print(gps.time.minute());
    Serial.print(F(":"));
    if (gps.time.second() < 10) Serial.print(F("0"));
    Serial.print(gps.time.second());
    Serial.print(F("."));
    if (gps.time.centisecond() < 10) Serial.print(F("0"));
    Serial.print(gps.time.centisecond());
  }
  else
  {
    Serial.print(F("INVALID"));
  }

  Serial.println();
  
}


Pada sript diatas berfungsi sebagai tampilan GPS ke Serial dan LCD, secara umumnya dapat dilihat class yg umum digunakan :


gps.location.isValid()
gps.location.lat()
gps.location.lng()
gps.date.isValid()
gps.time.hour()
gps.time.minute()
gps.time.second()
gps.time.second()


Untuk loop utama seperti dibawah ini :


void loop()
{
  // Data ditampilkan hanya setelah data selesai di olah 
  while (ss.available() > 0)
    if (gps.encode(ss.read()))
      displayInfo();

  if (millis() > 5000 && gps.charsProcessed() < 10)
  {
    Serial.println(F("GPSMU pedot brooo! cek kabelmu."));
    while(true);
  }


}


Hasilnya ketika saya jalankan diluar ruangan sangat akurat apalagi saat cuaca ternag dan LED dari GPS rceiver tidak berkedip yg artinya FULLY LOCKED TO 3 SATELLITES.






Tidak terlalu sulit jika kita sudah mengetahui langkah-langkah "googling" yang sesuai untuk meng "oprek" arduino. Untung saja saya punya receiver GPS jadul kalau tidak harus keluar duit 200rb an untuk membeli modul GPS Ublox Neo.

Untuk praktek keliling ke seputaran kompleks perumahan dan mengolah datanya ke database dapat dibaca disini :  https://www.aisi555.com/2020/05/praktek-iot-bermain-dengan-alat-gps.html
Share:

Selasa, 06 Juli 2021

Invermectin - Wikipedia, WHO atau Agen pemerintah yg harus dipercaya ? Bingung

Ivermectin is a medication used to treat many types of parasite infestations. In humans, this includes head lice, scabies, river blindness (onchocerciasis), strongyloidiasis, trichuriasis, ascariasis, and lymphatic filariasis. In veterinary medicine, it is used to prevent and treat heartworm and acariasis, among other indications. It can be taken by mouth or applied to the skin for external infestations.



During the COVID-19 pandemic, misinformation was widely spread claiming that ivermectin was beneficial for treating and preventing COVID-19. Such claims are not backed by sound evidence. (wikipedia).


Kompas :  Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menginstruksikan kepada perusahaan farmasi pelat merah, PT Indofarma (Persero) Tbk dan PT Kimia Farma (Persero) Tbk, untuk segera mengedarkan Ivermectin sebagai obat terapi Covid-19. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Erick setelah melihat adanya lonjakan harga obat terapi Covid-19 di tengah tren kenaikan kasus positif virus corona selama beberapa pekan terakhir. "Saya perintahkan kepada Kimia Farma untuk segera memasarkan Ivermectin dengan harga sesuai aturan Kemenkes dan BPOM, dan hanya bisa diperoleh dengan resep dokter," kata Erick dalam keterangan tertulis, Senin (5/7/2021).


Tempo : PT Harsen Laboratories ditengarai melakukan lobi-lobi dengan mendatangi sejumlah petinggi negara untuk menawarkan penggunaan ivermectin untuk obat Covid-19. Ivermectin merupakan obat cacing yang belakangan diklaim ampuh untuk mengobati Covid-19.





Pekan lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merazia dan memblokir operasi PT Harsen. BPOM menyatakan ada sejumlah pelanggaran cara pembuatan obat yang baik oleh Harsen. Misalnya, bahan baku yang didatangkan secara ilegal, jalur distribusi tidak resmi, dan pemalsuan tanggal kadaluwarsa.


Lobi-lobi PT Harsen disebut-sebut dimulai pada awal tahun ini. Petinggi perusahaan itu bertandang ke Kementerian Pertahanan. Wakil Presiden PT Harsen Sofia Koswara mengaku bertemu dengan Benyamin Paulus Octavianus, yang disebutnya sebagai anggota staf khusus sekaligus dokter pribadi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.


CNN Indonesia :  Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyarankan pemerintah untuk memberhentikan izin penggunaan obat Ivermectin demi kesehatan masyarakat.

Hal itu ia ungkapkan merespons temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang menyatakan produksi Ivermectin dianggap tidak sesuai dengan aturan dan berbahaya.


"Apa pun itu kalau tidak sesuai dengan prosedur apalagi ilegal itu harus dihentikan. Itu tugas pemerintah. Pemerintah harus menjaga kesehatan masyarakat," ucap Dicky kepada CNNIndonesia.com, Jumat (2/7).


Gimana ? Kita cek WHO yuk ...apa kata mereka : 


WHO advises that ivermectin only be used to treat COVID-19 within clinical trials

31 March 2021


The current evidence on the use of ivermectin to treat COVID-19 patients is inconclusive. Until more data is available, WHO recommends that the drug only be used within clinical trials.


This recommendation, which applies to patients with COVID-19 of any disease severity, is now part of WHO’s guidelines on COVID-19 treatments.


Ivermectin is a broad spectrum anti-parasitic agent, included in WHO essential medicines list for several parasitic diseases. It is used in the treatment of onchocerciasis (river blindness), strongyloidiasis and other diseases caused by soil transmitted helminthiasis. It is also used to treat scabies.




A guideline development group was convened in response to the increased international attention on ivermectin as a potential treatment for COVID-19. This group is an independent, international panel of experts, which includes clinical care experts in multiple specialties and also include an ethicist and patient-partners.


The group reviewed pooled data from 16 randomized controlled trials (total enrolled 2407), including both inpatients and outpatients with COVID-19. They determined that the evidence on whether ivermectin reduces mortality, need for mechanical ventilation, need for hospital admission and time to clinical improvement in COVID-19 patients is of “very low certainty,” due to the small sizes and methodological limitations of available trial data, including small number of events. 


The panel did not look at the use of ivermectin to prevent COVID-19, which is outside of scope of the current guidelines.


Note to the editor:


Previous recommendations on the use of therapeutics for COVID-19:


  • Strong recommendation for the use systemic corticosteroids for severe or critically ill COVID-19 patients; with a conditional recommendation against their use in patients with mild/moderate COVID-19
  • Conditional recommendation against administering remdesivir in addition to usual care.
  • Strong recommendation against the use of hydroxychloroquine or chloroquine for treatment of COVID-19 of any severity
  • Strong recommendation against administering lopinavir/ritonavir for treatment of COVID-19 of any severity
  • Conditional recommendation for the use of low dose anticoagulants in hospitalized patients (this recommendation is part of the clinical management guidelines). We suggest the use of low dose anticoagulants rather than higher doses, unless otherwise indicated.

Share:

Senin, 05 Juli 2021

Hak Siar Olimpiade Tokyo Ada di TVRI dan Emtek Group

Gelaran pesta olahraga multicabang terbesar di dunia, yakni Olimpiade Tokyo 2020 akan segera digelar. Pesta akbar olahraga multicabang terbesar di dunia ini tentu saja sangat dinantikan oleh para atlet dari seluruh negara di dunia. Selain itu, masyarakat di seluruh dunia juga sangat antusias melihat kontingen negara asal mereka tampil di Olimpiade. Sebagai ajang olahraga paling bergengsi di dunia, setiap negara berebut untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Olimpiade.



Olimpiade Musim Panas 2020 di Tokyo akan disiarkan oleh sejumlah penyiar di seluruh dunia. Olimpiade 2020 ditunda hingga 2021 karena pandemi COVID-19. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Layanan Penyiaran Olimpiade akan menghasilkan umpan dunia yang diberikan kepada penyiar lokal untuk digunakan dalam liputan mereka. Di sebagian besar wilayah, hak siar untuk Olimpiade 2018 (musim dingin) dan 2020 (musim panas) dikemas bersama, tetapi beberapa lembaga penyiaran juga memperoleh hak untuk event lebih lanjut.


Bagi pengguna TV dengan antena UHF jangan khawatir akan kualitas siara TVRI yg kini sudah resmi bersiaran DIgital di berbagai stasiun pemancar seluruh Indonesia. Ada 4 saluran Digital atua disebut MUX TVRI yg meliputi siaran :


  • TVRI NASIONAL : Siaran dari stasiun pusat jakarta
  • TVRI Daerah : Merupakan produksi stasiun TVRI di ibu kota propinsi
  • TVRI 3 Budaya / TVRI WORLD : Menampilkan acara budaya Indonesia dan religi
  • TVRI Sport HD : Full24 jam acara olahraga


Sebuah kode dari akun Instagram Champions TV yakni @championstv.ieg menunjukkan isyarat bahwa Emtek akan menyiarkan Olimpiade Tokyo 2020 yang sempat tertunda setahun akibat pandemi Covid-19.





Seperti kita ketahui Elang Media Teknologi memiliki MUX yg umumya berada di kota besar dengan siaran High Definition,  meliputi :




  • SCTV
  • INDOSIAR
  • O CHANNEL
  • MENTARI TV (anak)


Cara merubah TV anda menjadi televisi digital cukup gampang, langkahnya adalah :


  1. Periksa televisi anda apakah memiliki fasilitas tuner DVB-T2 , dimana merupakan standar penyiaran digital di Indonesia. TV LED terbaru yg beredar di pasaran sudah memiliki fasilitas ini jadi jangan khawatir.
  2. Menggunakan decoder atau Set Top Box (STB) digital yang tentunya berteknologi DVB-T2, anda dapat membelinya di toko elektronik terdekat atau melalui online shop. Harganya murah saja berkisar 130 - 250 ribu rupiah saja.
  3. Tetap gunakan antena UHF yang mungkin masih terpasang di rumah anda, karena jika TV analog lama anda sudah bisa mendapatkan sinyal sebelumnya maka sinyal TV digital tidak akan menjadi masalah.
  4. Untuk kota Medan dan seperti kota besar lainnya di Indonesia, cukup dengan menggunakan antena INDOOR kecil sudah bisa menikmati siaran TV digital dengan sangat jernih.





Untuk panduan, kami telah review beberapa merek STB digital yg sudah ada di pasaran dan anda kini bisa bandingkan sesuai fasilitas dan keunggulannya :


Matrix Apple     - Polytron PDV 600T2   - Venus Cabe Rawit  - Evinix H-1  - Akari ADS-2230 

Tanaka


Bagi anda yg berada di lokasi lain di Nusantara dapat juga membaca update perkembangan  migrasi TV digital di  kota-kota besar seluruh Indonesia :

Surabaya  MNC  ,  EMTEK , VIVA )

Malang

Jember 

Kediri

Jombang & Mojokerto

Madiun

Jogja

Semarang

Banjarmasin

Makasar

Medan

Palembang

Perbatasan Malaysia



Sedangkan bagi pengguna parabola bisa berlangganan NEXPARABOLA yg merupakan anak usaha dari EMTEK serta bagi yg terjangkau jaringan OPTIK yg lumayan kenceng dapat berlangganan VIDIO COM yang sejak 2016 olimpiade di rio janeiro sudah menayangkan olimpiade melalui platform OTT / IPTV.
Share:

Minggu, 04 Juli 2021

Reginald Fessenden - de pionier van draadloze telefonie

Deze keer zal ik verschillende series bespreken over de geschiedenis van de radio-uitvinding en de ontwikkeling ervan in het begin van de 20e eeuw. Misschien begrijpen lezers alleen uit schoolboeken dat de uitvinder van de radio Guilermo Marconi is, die de Nobelprijs voor dit onderwerp heeft gewonnen. Als schrijver die altijd sceptisch staat tegenover buitensporige individuele "claims" op een technologie, is het echter noodzakelijk om in de geschiedenis van radio te duiken, die niet kan worden gescheiden van namen variërend van faraday - maxwell - herts - tesla - marconi - fesenden - de forest - armstrong - sarnoff en meer. Dus uit de samenvattende reeks youtube-video's van een leraar in Amerika genaamd Kathy, zal ik proberen het uit te leggen zodat de lezers in het land verlicht worden.





In 1899 had een Canadese wetenschapper die 'geduldig' was een visie om muziek en spraak draadloos/draadloos te verzenden. Maar dat zou zeven jaar duren, en in november 1906 zond hij een draadloos signaal uit over een afstand van meer dan tien mijl waar zijn stem te horen was (voorheen piepte de radio alleen maar - piepende morsecode).


Hoe is radio ontstaan? Reginald Fessenden werd geboren in Canada, maar op 20-jarige leeftijd in 1886 verhuisde hij naar de Verenigde Staten om te proberen een baan bij Edison te krijgen. Hij ging naar Edison met een introductiebrief en Edison antwoordde met een stuk papier waarop stond: "Wat weet jij over elektriciteit?"


Fessenden antwoordde eigenlijk dat hij niets van elektriciteit weet, maar ik kan snel iets leren.


Edison had al aardig wat arbeiders die niets van elektriciteit wisten, maar Fessenden bleef geduldig en gaf hem uiteindelijk een elektrische baan. Fessenden werd al snel gepromoveerd tot hoofdchemicus van Edison. Fezii, zoals Edison hem noemde, hoorde over de experimenten die Hertz had gedaan en radiogolven uitzond. Hij vroeg Edison toestemming om Wireless te bestuderen, wat Edison bij zijn terugkeer uit Parijs instemde.


De realiteit keerde echter en alle laboratoria van Edison werden gesloten vanwege financiële problemen en Fessenden werkte niet meer. Daarna verhuisde hij naar Edisons rivaal George Westinghouse, die hem hielp een baan als hoogleraar te krijgen en in 1898 die alles wat met experimenteel draadloos te maken had, pushte.


Maar Fessenden weigerde, hij stelde voor om het in plaats daarvan aan Marconi over te laten. Dit deed hem weer aan draadloos denken, hij wist dat velen van hen draadloze experimenten deden, maar geen van hen deed wetenschappelijk onderzoek van de juiste omvang.




Er is een tekort aan de radio-ontvanger, waarbij de gebruikte componenten 'coherer' worden genoemd die bij radiogolven worden 'geplakt' of opgesteld. Het kan worden gebruikt als een aan / uit-schakelaar wanneer er een radiosignaal is, het werkt heel goed maar is zwak om te vertellen hoe sterk de radiogolven zijn. De Fessenden begonnen te sleutelen aan een andere radio-ontvanger door het radiosignaal als variabele weerstand te gebruiken en een spanning in de secundaire draad te induceren. En door hem aan te sluiten op de speakerphone klinkt er een pieptoon.


Men dacht dat de zender die Fessenden gebruikte een vreemd schel geluid had en was oprecht verrast toen hij de Morsecode-knop op de zender lang indrukte, er een mooi geluid op zijn radio-ontvanger verscheen. Fessenden kon zichzelf er al snel van overtuigen dat hij draadloos geluid kon uitzenden.


In die tijd werd het systeem voor het creëren van radiogolven een vonkbruggenerator genoemd. De hiaten en vonken daartussen zullen radiogolfpulsen een paar keer per seconde doen verschijnen, meestal rond de 20 tot 50. Een vriend van Fessenden maakte de blauwdruk voor een nieuwe gap-generator die 10.000 vonken per seconde zal genereren en de golven zijn echt continu (continu golven).



In de jaren 1900 werd dit apparaat voltooid en Fessenden bevestigde een microfoon aan de zender, zodat wanneer iemand in de microfoon sprak, de koolstof erin werd gecomprimeerd of de koolstofvezel erin veranderde. Het resultaat is een verandering in de weerstand in het circuit, wat resulteert in een verandering in de amplitude of sterkte van de stroom.


Omdat dit systeem geluid op amplitude moduleerde, werd het uiteindelijk AM-radio genoemd. Radio's die amplitudemodulatie gebruiken, kunnen radiosignalen op enkele kilometers afstand verzenden. Maar dit produceert een zeer hard geluid dat onaangenaam is vanwege de onregelmatigheid van de golven die door de vonkbrug worden gegenereerd.


In 1904 sloot Fessenden zich aan bij General Electric (niet meer die van Edison) om fijnere continue radiogolven te maken die ongeveer honderdduizend keer per seconde trillen. Het basisidee is om wisselstroom te maken op dezelfde manier als een elektrische generator die in de buurt van een elektromagneet draait, maar zeer snel roteert en veel magnetisme heeft.




Om spoelen minder ingewikkeld te maken, maakte hij een massieve metalen schijf met radiale sleuven gevuld met een niet-magnetisch materiaal. Hij huurde een 26-jarige jongen genaamd Ernst Alexandersen in om fulltime aan het project te werken en twee jaar later, in 1906, haalde hij het eindelijk.


In die tijd werd de Alexandersen-alternator de beste radiosignaalproducent ter wereld, maar deze alternator was erg moeilijk te installeren op schepen en was duur en moeilijk te bedienen. Ook is er de uitdaging om een ​​betere ontvanger te maken zodat radiogolven hoorbaar zijn.



Dan is er de briljante uitvinding van de Fessenden, de elektrolytdetector. Als je een antenne hebt, kun je radiogolven opvangen als je een condensator toevoegt of ook wel een condensor wordt genoemd, wat slechts een geleidend dubbelzijdig object is met een dunne isolator ertussen.





Dan kan de condensator lading ophopen op het oppervlak, en als de condensator vervolgens de spoelstroom ontlaadt, zal hij een wisselstroom en een magnetisch veld in de spoel creëren. Dit creëert ook meer stroom in de spoel die vervolgens de condensator opnieuw oplaadt in de andere richting die vervolgens in de tegenovergestelde richting ontlaadt.



Wat ik hier probeer te zeggen is dat als je een condensator in een spoel hebt, deze de neiging heeft te oscilleren. Deze frequentieoscillator wordt het tankcircuit genoemd en is de ruggengraat van alle radio's. Dus als je een antenne hebt met een spoel en een condensator, kun je je spoel instellen om op dezelfde frequentie te trillen.



Als je dat signaal echter op een luidspreker zet, is het resultaat dat het circuit hier te snel oscilleert voor mensen. Wat Fessinden nodig had, was een eenrichtingsklep of gelijkrichter. Als u via een hoofdtelefoon naar een signaal luistert, reageert de hoofdtelefoon alleen op een ongelijkmatige signaalomhulling of -amplitude.


Dus de grote vraag is hoe maak je een elektrische eenrichtingsklep? Fessenden deed zijn best in 1903. De Fessenden-detector, die eigenlijk gewoon een eenrichtingsklep was, had een dun stukje platina in een zuurbeker verbonden met een batterij met een variabele weerstand.


De weerstand zal dan worden aangepast om een ​​lichte spanning over de detector te leveren die een reactie tussen het zuur en het metaal zal veroorzaken en vervolgens een isolerende bel rond het metaal zal creëren. Als afzonderlijke spanningen in dezelfde richting worden geplaatst, worden de bellen groter en kan er geen stroom vloeien. Als de spanning in de tegenovergestelde richting is, zullen de bellen afnemen en kan er stroom vloeien. Dit wordt een eenrichtingsklep genoemd.


Gedurende enkele jaren werd deze detector de meest populaire radiodetector. Dus nu heeft Fessenden een manier om vloeiende, continue radiogolven te creëren, hoe je er geluid aan kunt toevoegen met een microfoon en hoe je ze kunt ontvangen met zijn ontvangersysteem. Het is tijd om een ​​gigantische radiotoren te bouwen en het allereerste signaal uit te zenden dat echt een "AM-radiosignaal" is.






Op 10 december 1906 stuurden ze uitnodigingen naar lokale wetenschappers en krantenmensen om getuige te zijn van de geschiedenis. Draadloze spraakoverdracht, meer dan 10 mijl. Ze praatten en speelden opnames en verrasten zelfs de vissers aan boord die normaal een pieptoon van morsecode zouden verwachten, maar het klonk niet zoals het zou moeten.


Fessenden beweerde later dat hij op kerstavond 1906 een muzikaal concert had gemaakt voor het plezier van de mensen aan boord. Maar er is veel discussie over of dat ook daadwerkelijk is gebeurd. Toch dacht Fessenden niet aan het "uitzenden" van radiosignalen. Hij dacht er alleen aan om een ​​draadloze telefoon te maken.


Ook Fessenden begon ruzie te maken met een collega die hij in 1911 ontsloeg. Een kort citaat van hem: "Probeer niet te denken, je hebt er de hersens niet voor." Fessenden stopte eigenlijk helemaal met draadloze dingen. In feite dacht bijna niemand eraan om draadloze technologie te gebruiken om geluid en muziek, nieuws en advertenties naar een houten kist te verzenden, en dit was voor de jaren twintig onmogelijk om te horen.


Er was echter één persoon die in 1908 een droom had over draadloze uitzendingen. Zijn naam was Lee de Forest. En nadat hij had gelezen over het draadloze telefoonsysteem van Fessenden, besloot hij een draadloze telefoonmaatschappij op te richten. De Forest zegt dat met een draadloos systeem "Opera ooit in elk huis zou kunnen komen! Nieuws en zelfs advertenties zullen via draadloze telefoons naar het publiek worden gestuurd."


De Forest droomde ook dat mensen samen konden komen in een grote bar en met een grote radio-ontvanger, zodat mensen tegelijkertijd muziek konden horen. De Forest was een visionair, maar hij stal ook de meeste radio-uitzendtechnologie van uitvindingen van anderen. Hoe heeft deze oplichter per ongeluk onze wereld veranderd?

Share:

Sabtu, 03 Juli 2021

[ ESP 8266 ] Wireless Key Via Wifi - Part 3 - Combine Wifi + Sd Card

We have come to the end of my project to design a motorbike wireless key,  based on wifi + sd card, where we will combine the previous discussion, first part is esp8266 as an asynchronous webserver and the second discussion regarding the SD Card. So this 2 parts needs to be understood first so that it is not too confusing for our readers.





Broadly speaking, the objectives to be achieved from this practice series are:


  • Using ESP8266 as an access point and webserver to be accessed by smartphones and then controlling the relay connected to the electric motor lock system
  • The SD card is used as a storage medium for wifi parameters and the answer key / challenge code that the user will solve via a smartphone



The circuit that I designed as follows:




But this time I will focus only on the important part and have never been discussed in the previous 2 series of articles, namely the wifi setting from sd card and questions for passwords, where users can write their own wifi name on the SD card via PC/Laptop and make this device can be changed as desired. 


Here I use a settings file called lock.txt which contains the data:


wifi,mybike,iamverycool
1,motorbike,suzuki
2,year of purchase,2012
3,city,london
4,your cat name,pussy
5,hobby,fishing


The top line of wifi, mybike, iamverycool is the setting for the wifi name and password (at least 8 characters). While the next is a sequence of 5 questions that can be solved to turn on the motor contact relay.


The script for reading the contents of the file per line is then parsed as follows:


dataFile = SD.open("lock.txt");

  if (dataFile) {

    while (dataFile.available()) {

    buffer = dataFile.readStringUntil('\r\n');
   //parsing text for wifi and password
    if(getStringPartByNr(buffer,',',0) == "wifi")
    {
    Serial.println(buffer);
    ssid =  getStringPartByNr(buffer,',',1);
    password = getStringPartByNr(buffer,',',2);
      
    }
    //open the question and answer as the number of sequence
    else if(getStringPartByNr(buffer,',',0) == String(sequ))
    {
    Serial.print("question : ");
    key = getStringPartByNr(buffer,',',1);
    Serial.print(key);
    Serial.print(" - answer : ");
    chal =getStringPartByNr(buffer,',',2); 
    Serial.println(chal);
    }
   }
   
    dataFile.close();


Meanwhile, to make changes to the questions so that they are not always the same as those asked, it is necessary to carry out a process of adding sequences that are stored in the seq.txt file. It is similar to a random process / choosing questions at randomly order.


SD.remove("seq.txt");  //erase the file then make a new one
  File myFile = SD.open("seq.txt", FILE_WRITE);
  if (myFile) // it opened OK
    {
    Serial.println("Writing to seq.txt");
    sequ++; //add sequence
    if(sequ > maxsequ) sequ= 1; //back to start
    //write to SD card for new sequence
    myFile.print(String(sequ));
    myFile.close(); 
    Serial.print("current sequence :");
    Serial.println(String(sequ));
    }
  else 
    Serial.println("Error opening seq.txt");

To compare whether the answer is correct or not, a comparison is made in the input form that is responded to by the form submit asynchronously.



rver.on("/get", HTTP_GET, [] (AsyncWebServerRequest *request) {
    String inputMessage;
    String inputParam;
    
    // GET input1 value on <ESP_IP>/get?input=<inputMessage>
    if (request->hasParam(PARAM_INPUT) ) {
      inputMessage = request->getParam(PARAM_INPUT)->value();
      inputParam = PARAM_INPUT;

    }
   
    else {
      inputMessage = "No challenge ";
      inputParam = "none";
    }
    Serial.print("Answer : ");
    Serial.println(inputMessage); 

    //if compared and correct
    if(inputMessage == chal)
    {

    
    request->send(200, "text/html", SendCorrect());
    
    
    }

    else{
     olkey = key ; 
     request->send(200, "text/html", SendWrong(olkey,inputMessage));
      }

    writeToFile();  // add sequence to sd card
   

                                     
  }); 


The results are quite satisfactory and the questions can be changed as desired.









Because it's still in the form of a web and the format is a regular GET, then for development it can be wrapped into an Android APK which is quite simple, you only need to change the HTML web to an Android application. Also, if you want to be cool, you can include a second relay to start it via the button on the smartphone screen.




Share:

[ ESP 8266 ] Wireless Key Via Wifi - Part 2 - SD Card Access Read File Line by Line

On this part, maybe, is the part that is most often discussed and easily " googled " in various blogs and articles, because the SD Card libraries and ready-to-use SD card reader module for SPI-based Arduino are very cheap in the online market. So I will discuss a little bit further,  parsing files and text per line  on the SD Card.





Because the shield or module is ready to use, you will be spoiled with direct connections to the MCU or Wemos D1 node module, just look for the appropriate SPI PIN (MOSI, MISO, SCK) and CS then use the libraries available directly on the Arduino sketch, namely SD.h and SPI .h.


And the easiest is the script to test whether the connection is correct or not, as simple as the following:


#include <SPI.h>
#include <SD.h>

const int chipSelect = D8; // use D0 for Wemos D1 Mini
File root; 


void setup() {
 Serial.begin(9600);
  Serial.print("\r\nWaiting for SD card to initialise...");
  if (!SD.begin(chipSelect)) { // CS is D8 in this example
    Serial.println("SD Card Initialising failed!");
    return;
  }
  Serial.println("SD Card Initialisation completed");

 File dataFile = SD.open("key.csv");
 

  if (dataFile) {

    while (dataFile.available()) {

       Serial.write(dataFile.read());
    }

    dataFile.close();

  }

  // if the file isn't open, pop up an error:

  else {

    Serial.println("error opening seq.txt");

  }
  

}

void loop() {
  

}




The output result as follows:






The file which i use in this example is in CSV format, that I made using excel as the following format:




So, as per line, there are 3 parts of data separated by "commas" and ending with ascii 'CR LF' or if in the coding or  C language is known as  the character '\r\n'.  And i found on the google search, a very powerful script that is useful when you want to find rows with a certain index and then parse it:


String getStringPartByNr(String data, char separator, int index)
{
    // spliting a string and return the part nr index
    // split by separator
    
    int stringData = 0;        //variable to count data part nr 
    String dataPart = "";      //variable to hole the return text
    
    for(int i = 0; i<data.length()-1; i++) {    //Walk through the text one letter at a time
      
      if(data[i]==separator) {
        //Count the number of times separator character appears in the text
        stringData++;
        
      }else if(stringData==index) {
        //get the text when separator is the rignt one
        dataPart.concat(data[i]);
        
      }else if(stringData>index) {
        //return text and stop if the next separator appears - to save CPU-time
        return dataPart;
        break;
        
      }

    }
    //return text if this is the last part
    return dataPart;
}


Next, I combine it to get the data on the specified row with the index  "no", I use the arduino sketch console to wait for keyboard input from the desired row of data inside an SD card.


#include <SPI.h>
#include <SD.h>

const int chipSelect = D8; // use D0 for Wemos D1 Mini
File root; 

String buffer;
String rx_str = ""; //variabel string for stringinput
char rx_byte = 0;

String getStringPartByNr(String data, char separator, int index)
{
    // spliting a string and return the part nr index
    // split by separator
    
    int stringData = 0;        //variable to count data part nr 
    String dataPart = "";      //variable to hole the return text
    
    for(int i = 0; i<data.length()-1; i++) {    //Walk through the text one letter at a time
      
      if(data[i]==separator) {
        //Count the number of times separator character appears in the text
        stringData++;
        
      }else if(stringData==index) {
        //get the text when separator is the rignt one
        dataPart.concat(data[i]);
        
      }else if(stringData>index) {
        //return text and stop if the next separator appears - to save CPU-time
        return dataPart;
        break;
        
      }

    }
    //return text if this is the last part
    return dataPart;
}


void bacaSD( String index) // read line from an index
{
 
  File dataFile = SD.open("key.csv");
 
  if (dataFile) {

    while (dataFile.available()) {

    buffer = dataFile.readStringUntil('\r\n');
    
    //parsing 
    if(getStringPartByNr(buffer,',',0) == index)
    {
    Serial.print("no : "); 
    Serial.print(index); 
    Serial.print(" - key : ");
    Serial.print(getStringPartByNr(buffer,',',1));
    Serial.print(" - challenge : ");
    Serial.println(getStringPartByNr(buffer,',',2));
     
    }
    
    }
    dataFile.close();

  }

  // if the file isn't open, pop up an error:

  else {

    Serial.println("error opening KEY.CSV");

  }


}

void setup() {
 Serial.begin(9600);
  Serial.print("\r\nWaiting for SD card to initialise...");
  if (!SD.begin(chipSelect)) { // CS is D8 in this example
    Serial.println("SD Card Initialising failed!");
    return;
  }
  Serial.println("SD Card Initialisation completed");
  Serial.println("Masukkan index baris: ");
 
  

}

void loop() {
 
if (Serial.available() > 0) {    // is a character available?
    rx_byte = Serial.read();       // get the character
    
    if (rx_byte != '\n') {
      // a character of the string was received
      rx_str += rx_byte;
    }
    else {
      // end of string
      Serial.print("Data baris ke: ");
      Serial.println(rx_str);
      bacaSD(rx_str);
      
      rx_str = "";                // clear the string for reuse
      Serial.println("");
      Serial.println("Please Input Line Index: ");
    }
  } // end
}


The results can be seen in the following animation, and if you try it, you can use the "newline" mode on the Arduino Sketch console monitor.





Share:

[ ESP 8266 ] Wireless Key Via Wifi - Part 1 - Asynchronous Web Server

Sophisticated security is a necessity in the digital era, supported by the increasingly affordable digital ready to use microcontroller modules. In this project series, i will design a digital key system based on the ESP8266 - which is the most favorite IOT module of the 8-bit AVR microcontroller with the advantage of a buit in  wifi module.




This project is a combination of various libraries of esp8266 hardware that you can use directly or combined with various development kit modules that you can buy online, such as node mcu, wemos, esp32 and so on. In this project includes the following discussion:


- EspAsyncWebserver (from Me-No-Dev)



This is a popular and very powerful library for creating Asynchronous HTTP and WebSocket Servers on an Arduino  or ESP8266. With this library, it is easier for servers that work mainly outside the main loop so that they are reliable in serving access from several users at once time.


For ESP8266 requires ESPAsyncTCP to use this library, you may need to have the latest git version of ESP8266 Arduino Core


This example is  a simple form, where my wemos d1 works  as SoftAP.



#include <ESP8266WiFi.h>
#include <ESPAsyncTCP.h>
#include <ESPAsyncWebServer.h>
#include <WiFiClient.h> 


AsyncWebServer server(80);

const char* PARAM_INPUT = "input";
const char *ssid = "trial";
const char* password = "niceproject";

String SendHTML()
{

String ptr = " <!DOCTYPE HTML><html><head> ";
  ptr +="<title>CONTOH INPUTAN</title> ";
  ptr +="<meta name=\"viewport\" content=\"width=device-width, initial-scale=1\"> ";
  ptr +=" </head><body> ";
  ptr +=" Enter Text Here .. ";
  ptr +=" <br> ";
  ptr +="<form action=\"/get\"> ";
  ptr +=" Challenge: <input type=\"text\" name=\"input\"> ";
  ptr +="  <input type=\"submit\" value=\"Submit\"> ";
  ptr +="</form><br><br>";
  ptr +="</body> ";
  ptr +="</html> ";
  return ptr;
}

void notFound(AsyncWebServerRequest *request) {
  request->send(404, "text/plain", "Not found");
}

void setup(){
 
 Serial.begin(9600);
 WiFi.softAP(ssid, password );//AP
 
 IPAddress apip = WiFi.softAPIP(); //alamat IP
    Serial.print("Please connect to wifi and open in browser : \n");  //ip address
    Serial.println(apip);
 
  // Send web page with text input
    server.on("/", HTTP_GET, [](AsyncWebServerRequest *request){
    request->send(200, "text/html", SendHTML() ); 
  });

  // Send a GET request to <ESP_IP>/get?input=<inputMessage>
  server.on("/get", HTTP_GET, [] (AsyncWebServerRequest *request) {
    String inputMessage;
    String inputParam;
    
    // GET input1 value on <ESP_IP>/get?input=<inputMessage>
    if (request->hasParam(PARAM_INPUT) ) {
      inputMessage = request->getParam(PARAM_INPUT)->value();
      inputParam = PARAM_INPUT;

    }
   
    else {
      inputMessage = "No challenge ";
      inputParam = "none";
    }

    Serial.print("param : ");
    Serial.println(inputParam );
    Serial.print("pesan : ");
    Serial.println(inputMessage); 
    
     request->send(200, "text/html", "Send with Param (" 
                                     + inputParam + ") and message : " + inputMessage +
                                     "<br><a href=\"/\">Return to Home Page</a>");
                                     
  });
  server.onNotFound(notFound);
  server.begin();
}

void loop() {
  // empty

}


The result is when I connect my smartphone to the wifi which is emitted by Wemos / ESP8266 and enter the address http://192.168.4.1 as follows:










- Read SD card


To be continued in the next article : https://www.aisi555.com/2021/07/esp-8266-wireless-key-via-wifi-part-2.html

Share:

Jumat, 02 Juli 2021

Marconi first wireless signal transmission in London on 27 July 1896

Italian inventor and electrical engineer Guglielmo Marconi was born on 25 April, 1874, in Bologna and became a pioneer in the field of long-distance radio transmission and a key developer of radio telegraphy.





Marconi initially began experimenting with radio waves when he was 20 years old, with the hope of creating a form of wireless telegraphy.


By 1895 he had succeeded in transmitting a signal just over a mile ‒ but the Italian Ministry of Posts & Telegraphs was not interested in funding further research.


It later transpired that the letter he sent explaining his wireless telegraph machine had been dismissed as madness – the head of the ministry apparently scrawled "to the Longara" on the document, referring to an asylum in Rome.

Undaunted by lack of interest in his native Italy, Marconi travelled to London and, via family connections, was introduced to William Preece, engineer-in-chief to the General Post Office – a forerunner of today's BT. Preece and the Post Office supported Marconi in his early career in the UK.


On 27 July 1896, Marconi successfully demonstrated his wireless telegraphy system by sending a signal between two Post Office buildings.





The transmitter was placed on the roof of the Central Telegraph Office – at the junction of Newgate Street and St Martin’s Le Grand, where the BT Centre now stands – and a receiver on the roof of GPO South building on Carter Lane. A plaque on BT Centre commemorates this first public transmission of wireless signals.


Though the distance covered by the signal between the two London buildings was only 300 metres, the demonstration persuaded the GPO to fund further tests by Marconi on Salisbury Plain.

But despite recognising the system’s potential, the GPO failed to sign a formal agreement with Marconi – leaving him free to establish a private company (The Wireless Telegraph & Signal Company Ltd) in London in 1897.


The company enjoyed rapid success – first successfully transmitting across the English Channel in 1899, then across the Atlantic in 1901. Marconi’s company became well-known as a provider of wireless equipment and operators for shipping – most famously to the Titanic, whose wireless transmissions as the ship sank in April 1912 helped save many lives.





Herbert Samuel, postmaster general at the time, said of the Titanic disaster: “Those who have been saved, have been saved through one man, Mr Marconi... and his marvellous invention.” Marconi and his family had been invited to sail on the ship’s doomed maiden voyage but had been unable to make the journey.


Marconi shared the 1909 Nobel prize in physics with Karl Ferdinand Braun “in recognition of their contributions to the development of wireless telegraphy’’.


Braun's major contributions included introducing closed tuned circuits in the generating part of the transmitter, and its separation from the radiating part (the antenna) by means of inductive coupling – and, later, the use of crystals for receiving purposes.  Braun also developed the first cathode ray tube in 1897 – a key element in the creation of television.

Share:

Kontak Penulis



12179018.png (60×60)
+628155737755

Mail : ahocool@gmail.com

Site View

Categories

555 (8) 7 segmen (3) adc (4) amplifier (2) analog (19) android (12) antares (11) arduino (27) artikel (11) attiny (3) attiny2313 (19) audio (5) baterai (5) blog (1) bluetooth (1) chatgpt (2) cmos (2) crypto (2) dasar (46) digital (11) dimmer (5) display (3) esp8266 (26) euro2020 (13) gcc (1) gsm (1) iklan (1) infrared (2) Input Output (3) iot (74) jam (7) jualan (12) kereta api (1) keyboard (1) keypad (3) kios pulsa (2) kit (6) komponen (17) komputer (3) komunikasi (1) kontrol (8) lain-lain (8) lcd (2) led (14) led matrix (6) line tracer (1) lm35 (1) lora (11) lorawan (2) MATV (1) memory (1) metal detector (4) microcontroller (70) micropython (6) mikrokontroler (1) mikrokontroller (14) mikrotik (5) modbus (9) mqtt (3) ninmedia (5) ntp (1) paket belajar (19) palang pintu otomatis (1) parabola (88) pcb (2) power (1) praktek (2) project (33) proyek (1) python (8) radio (28) raspberry pi (9) remote (1) revisi (1) rfid (1) robot (1) rpm (2) rs232 (1) script break down (3) sdcard (3) sensor (2) sharing (3) signage (1) sinyal (1) sms (6) software (18) solar (1) solusi (1) tachometer (2) technology (1) teknologi (2) telegram (2) telepon (9) televisi (167) television (28) telkomiot (5) transistor (2) troubleshoot (3) tulisan (94) tutorial (108) tv digital (6) tvri (2) vu meter (2) vumeter (2) wav player (3) wayang (1) wifi (3) yolo (7)

Arsip Blog

Diskusi


kaskus
Forum Hobby Elektronika