Selama seminggu setelah tulisan pertama saya mengenai APRS, saya pergunakan untuk mempelajari lebih mendalam mengenai pengiriman data text melalui suara, sehingga beberapa istilah lama masa saya kuliah dulu ketemu lagi (alias nostalgia). Istilah AFSK bagi pengguna komputer PC tahun 80- 90an merupakan hal yang tidak asing lagi, dimana sebelum media penyimpanan data berupa disket mulai umum dipakai, penyimpaan data yang dipakai pada komputer era Apple IIE. macintosh dan sejenis, adalah KASET PITA. Media penyimpanan yg lazim untuk nyetel musik ini ternyata dulu umum digunakan menyimpan bit digital 1-0 menggunakan teknik AFSK/ Bell 202.
Tidak akan membahas lebih jauh format modulasi data jadul ini, asal prinsipnya saja dipahami dimana untuk bit 1 diwakili oleh tone pada 1200 hz (mark) dan 0 diwakili oleh tone di 2200 hz (space). media penyimpanan ini stabil di kecepatan data (baud) 1200bps dan akan menghasilkan error rate yang lebih untuk data rate diatasnya. Modulasi ini umum digunakan pada modem telephony dan kemudian diadaptasi oleh radio amatir dengan APRS ( Automatic Packet Reporting Sistem) . Dapat di analogikan seperti chat via whatsapp jaman kini, namun karena akan menimbulkan kebingungan (frekuensi banyak dan jika yg chat ngawur), maka aprs memiliki frekuensi bersama 144.39 dan menggunakan aturan perpesanan dengan format yang bisa dibaca disini : http://www.aprs.net/vm/DOS/PROTOCOL.HTM
Aturan yang rada njlimet bagi kita sekarang, namun jaman dulu dimana pengguna radio amatir cukup banyak mungkin wajar juga dibegitukan. Sampai di era 90an saya sempat bermain packet radio berbasis IP dengan protokol AX.25 dimana lebih njlimet lagi aturan merubah text ke AFSK lalu ke format TCP/IP. Daripada mumet yuk kita lihat hasil 'temuan' kegatelan saya seminggu ini .
1. DIGIPEATER IGATE ORARI APRS di Surabaya ada di YH3NPX-1 dimana karena letaknya tinggi bisa mencapai jarak yang jauhhhh. Sampai suatu saat saya mendapatkan ping message di repeate dari BROMO digipeater YH3NPX-4. Sedangkan Digipeater YH3NPX-2 di lidah wetan tidak memiliki Igate dan mengirim data repeat ke YH3NPX-1 untuk kirim lagi ke Internet.
Dengan jangkauan repeaternya yang luar biasa ini bisa merepeat data APRS Mobile dari salah satu pengguna APRS mobile yg sedang berkendara ke pandaan.
2. Software "DX ing" alias nguping only yang saya gunakan ada yang berbasis linux yaitu Direwolf dan multimon-ng. Sedangkan untuk Windows bisa menggunakan SDR# Airspy yang kemudian audionya di route ke software soundmodem atau UISS. Karena Digipeater IGATE di kenjeran Surabaya berbasis Direwolf, maka pesan yang diterima lebih lengkap ditampilkan pada direwolf (linux atau windows). Namun ingat ini berbasis command line /prompt jadi akan kesusahan bagi yang jarang "ngetik" di CMD.
3. Tracking mobile ke Peta Aprs.fi adalah kegunaan utama dari IGATE di surabaya, disamping sebagai digipeater untuk kirim-kiriman pesan antar pengguna radio APRS. Namun di kota besar yang jangkauan seluler dan wi-fi merata, sehingga terasa sangat naif jika melewatkan kirim2an pesan lewat whatsapp yang lebih praktis tentunya. Sehingga kebanyakan yang saya lihat kegunaan APRS adalah untuk tracking kendaraan menggunakan Radio RIG-APRS ber GPS (bahkan ada yg punya wifi dan bluetooth), yang kini sudah terjangkau harganya atau bahkan bisa rakit sendiri berbasis ESP32 / Raspi . Jadi saya sempat melihat perjalanan dari pengguna mobile YBRDW-12 (rakitan indy-track) dan YB3TSJ-8 (Yaesu FTM-300D) yang rajin keliling kota dan trackingnya dapat dilihat lewat web aprs.fi.
Terlihat menarik juga ya tracking lewat radio terutama pada lokasi yang internet lewat seluler nya lumayan bapuk dan banyak blankspotnya. Alternatif data teks lewat radio ini sangat berguna juga pada skenario apocalyptics alias KIAMAT ! amit amit cabang bayi lanang wedok....
Berkut ini capture video saya pada suatu sore yang sangat gerah di surabaya...
Perhatikan ramainya tracking kapal laut di helsinki menggunakan APRS, dan bandingkan sepinya penggunaan APRS untuk tracking di Surabaya!