Jumat, 27 Mei 2016
Sebelum Salaryman Menjadi Wirausahawan
"Bakar kapalmu dan lompatlah ke air lalu berenanglah ke pulau tujuan ... "
Ya ga bisa begitu juga kali ya main bakar-bakar kapal padahal kamu ga bisa berenang ! Walaupun bisa berenang jangan lupa kamu bisa dimakan hiu, kena sengatan ubur-ubur ...
Ketika masih menjadi salarymen atau pegawai kantoran, apalagi kantornya super nyaman (karena semi kerja magabut), ada kalanya membaca forum-forum bisnis atau blog entrepreneur membuat tersadar akan adanya dunia diluar sana yg memberikan kebebasan ber-usaha dengan iming-iming dapat menentukan kapan dan dimana ingin mendapatkan uang. Saya tidak pernah melewatkan tulisan-tulisan YOT di kaskus dan memang bagus sekali tulisan motivasinya. Apalagi ketika ditahun akhir milenia, muncul website yg menawarkan solusi "finasial" ala joko susilo dan sebelum era website buku-buku motivasi semacam tulisan robert kiyosaki dan kawan-kawan memenuhi rak pajangan di depan toko buku. Saya tersadar beberapa waktu kemudian setelah melihat fenomena ini, website dan buku mereka laris karena banyak yang ingin sukses atau kaya dan tidak tau harus belajar kemana dan kenapa saya tidak mengikuti cara ini saja, yaitu menjual "sukses bisnis for dummies " dengan 100 halaman bombastis atau website dengan testimoni abal-abal yang sangat mengiurkan ?
Kembali ke kenyataan, ketika menjadi salarymen uang akan masuk kantong tiap bulan dan itu sepertinya tidak akan pernah cukup berapapun gajimu dinaikkan tiap tahun. Benar lhoo, coba buktikan apakah kegiatan "mengeluh berjamaah" masih ada di pantry kantor ? Kalau ya berarti masih belum cukuplah gaji yg diberikan kantor ... walau sudah renumerasi 100% pun cicilan-cicilan yg harus dibayar membuat gaji bulanan terlihat cepat menguap sebelum tanggal 10. Lalu munculah cerita-cerita sukses teman diluar sana yang berbisnis dan kaya raya. Tertariklah dirimu dengan dunia bisnis lalu membaca blog formula bisnis dan membeli buku robrt kiyosaki. Wahh semakin pingin menjadi penulis dan penjual buku motivasi nihh...hihihihi
Lalu apa sih yang ingin dibagikan tulisan ini? Begini looo ....Kira-kira menjadi pengusaha menjadi karma bagi penulis, karena ada kata orang bijak menyebutkan : "Apa yg kamu inginkan setidaknya telah menjadi doa mu ". Ya ...dahulu walau hidup nyaman bekerja kantoran, ada keinginan dari dalam diri, menaruh surat resign di meja direktur ! Betapa hebatnya jika bisa ! Dan ternyata aku tidak bisa seperti itu. PHK lah yang membuat aku keluar dari zona nyaman itu. ALAMAKJANG ....harus bagaimana diriku ? Tapi show mas gogon ..eh show must go on ... Ya kapal sudah membuang ku ke air laut yang dingin !
Apa selanjutnya yang harus dilakukan, menjadi salarymen lagi ? Mungkin usia tak pernah bohong ketika level posisimu entah terlalu rendah atau terlalu tinggi di perusahaan lama, mungkin pertimbangan pemberi kerja akan berbeda ketika umurmu masih 25. Minta gaji tinggi pun kadang sulit jika harus bersaing dengan anak-anak muda.
Berwirausahapun menjadi sulit karena salarymen tidak terdidik untuk itu. Walau penulis mempunyai bisnis melalui blog ini tapi itu hanya bisa membantu dan cukup untuk menghidupi beberapa hari dan itupun tak tentu. Penyelamat datang dari koneksi-koneksi lama dan bisnispun dimulai. Cerita-cerita sukses yang saya baca dulu ketika masih jadi salarymen ternyata memang hanya omong besar, yang hanya ditujukan untuk menarik pembaca (atau pembeli software bisnis abal-abal) atau "Click bait" umpan pembaca fanpage di facebook.
Jadi apakah yg dibutuhkan seorang salarymen sebelum menjadi wirausaha ? mungkin daftar dibawah ini menjadi panjang jika dibahas, dan sebaiknya dibaca saja dan di terjemahkan sendiri.
DOA, MANAJEMEN UANG DAN WAKTU, RELASI PERTEMANAN, BISNIS SAMPINGAN YANG SEBIDANG, MEMBACA BUKU SELAIN BUKU MOTIVASI BISNIS, KARAKTER PRIBADI DAN MENTAL, KELUARGA YANG MENDUKUNG.
Selamat berpikir para salarymen ..semoga kamu sukses di karirmu sekarang dan ketika menjadi wirausaha sudah siap tentunya.
Selasa, 19 April 2016
Internet Of Things - Liat Dulu Yuk Dasar Pemikirannya
Einstein pernah berkata ..." suatu saat hidup manusia akan diatur oleh mesin.." , ya memang akhirnya benar apa yg dikatakan einstein, seperti juga postulat dan hitungan matematika nya yg akhirnya terbukti jauh beberapa tahun di masa depan. Inilah sebenarnya yang dibayangkan oleh einstein dengan mesin, yang ketika sudah sampai masanya mesin itu bernama INTERNET !
Ketika penulis mulai mengenal internet ketika itu hanya sebagai bayangan saja karena melihatnya melalui acara di TV satelit, ketika itu CNN mulai menayangkan acara tech-show yg menampilkan bagaimana AOL kala itu menjadi tujuan "browsing" orang amerika. Di indonesia pengenalan internet di pelosok dilakukan oleh kantor pos melalui jaringan WASANTARA net nya dan ini cukup dibilang menyedihkan. Kampuslah yang kemudian menggerakkan nadi internet lebih deras, dengan munculnya warnet hampir desetiap kantin jurusan.
tipikal warnet tahun 2000an
Itu yang dibicarakan adalah era milenium, tahun 2000an ..tapi itu baru saja loo ga sampai 20 tahun. Dan lihatlah apa yg dapat dilakukan orang ditahun 2016 ? semua akan dihubungkan ke internet. Mungkin sampai toilet mu pun akan dihubungkan ke jaringan Wi-Fi di rumahmu. Dan terasa semakin jadul dan tak bergunalah blog dasar digital ini ....wait ...jangan takabur dulu, mari kita bahas dulu apa yg dibutuhkan oleh I O T itu ?
1. SENSOR
sensor suhu & kelembaban SHT11 yg sering digunakan penulis
Ini bagian yang paling penting saya kira, menjadi indera utama dari system IOT sama halnya dengan mata dan hidung manusia. Sebenarnya yg dimaksud oleh IOT adalah bagaimana mendapatkan kondisi suatu system dan kemudian dapat dilakukan tindakan terhadapnya melalui jaringan internet. Tanpa sensor yang tepat maka mustahil melakukan monitoring seperti halnya bertanya warna bunga kepada orang yg buta warna.
2. CONTROLER + IP DATA CONVERTER
Arduino dengan WiFiShield nya
Akhirnya penulis yg benci terhadap platform hardware langsung jadi, mengakui bahwa IOT sampai seperti sekarang ini berkembang akibat munculnya kreatifitas para "oprekers" dari arduino, raspbery dll. Tapi janganlah kawatir bagi pecinta digital "from scratch" seperti saya , masih ada cara untuk melakukan koneksi dari sensor menuju kontroller dan internet, ada beberapa platform konverter TTL to IP/wifi yg bisa dimanfaatkan.
Controller yg dimaksud bisa berupa platform microcontroller 8bit atau 32 bit (seperti arduino) , embeded PC seperti raspberry ataupun platform gabungan seperti yg pernah dibuat penulis, yaitu dari AVR <==> RS 232 <==>PC <==> IP/CLOUD . Jangan lupa semua data ini akan dirubah menjadi berbasis IP sehingga dibutuhkan konverter seperti wifishield nya arduino atau PC seperti yg dipakai penulis dulu.
3. JARINGAN INTERNET
Penulis pernah membagikan cara berkomunikasi dengan alat/sensor/aktuator melalui SMS , itu belum lama sekitar 3-5 tahun yg lalu. Dan yg terjadi kini SMS menjadi sepertinya hidup segan mati tak mau, mungkin hanya di daerah yg pelosok saja masih memanfaatkan SMS. Semuanya sekarang kearah Internet Based ! Nokia yang tidak mau berubah dan merasa masih kuat dengan layanan VOICE-SMS harus mati pelan-pelan karena tidak beradaptasi dengan jaman. Ketika perubahan terjadi mau tidak mau harus berubah atau akan ditinggalkan. Akan tetapi teknologi SMS masih bisa dipakai backup dan jangan dilupakan juga ya...
4. APPS !
Ini nih yg wajib di buat untuk melengkapi IOT . Akan terasa jadul dan menentang IOT jikalau koneksi sensor ke internet kemudian masih menggunakan konsol semacam telnet. Jadi sangat penting untuk membuat aplikasi minimal dapat dijalankan di browser komputer / HP . Android dan Iphone membuat semuanya harus menjadi APPS jika ingin membuat jualan system IOT menjadi laku. Jadi sekarang tukang solder harus berselingkuh dengan programmer dan untunglah penulis sempat menyentuh programming android melalui platform adobe air - flash, tapi sayang adobe mulai dimusuhi android...Yang sabar Ya Brooo...
Pada akhir tulisan ini ingin disampaikan jika semua teknologi baru harus di terima dengan tangan terbuka , toh kalau dasar-dasar nya sudah kuat maka akan menjadi mudah memahaminya. Jadi tidak ada salahnya belajar dasar-dasar digital karena pada intinya IOT merupakan penggabungan dari teknologi yg sudah ada menjadi "kekinian" dengan terhubung ke jaringan Internet.
Rabu, 18 November 2015
Menjual atau Berbagi , mengambil untung atau mengambil pahala ?
Teringat suatu hari seorang penjual asongan menawarkan radio fm mini saat menunggu bis berangkat di sebuah terminal antar propinsi. Terkejutlah diriku dengan harga yang ditawarkan hanya 15 ribu saja... wah darimana dapet untung nih anak jual radio autosearch made in cungkuok super murah pake puoooolll ? Lebih terkejutnya lagi ketika berkunjung ke toko elektronik langganan dan mendapatkan radio fm mini yg sama plek persis dipajang dengan harga 125 ribu ! Langsung aja aku bertanya kepada tacik yg punya toko , kebetulan sudah kenal lama jadi ga sungkan untuk bertanya "Ga salahh cik ? radiomu nang bungur regone mek 15 ewu looo ..."
Dan pertanyaanku membuat sang tacik mengajakku kebelakang kasir ..biar ga didengerin sama pembeli lainnya mungkin. Apa yg dijelaskan kemudian adalah hal yg mungkin membuatku sadar bahwa menarik untung besar itu belum tentu salah. Pertamanya dia menjelaskan kalau harga dari radio FM itu sebenernya nol rupiah di china karena itu adalah barang bekas yg dibuang pabrik karena over supply. Para importir elektronik di negeri tercinta ini senangnya membeli barang-barang gratis ini dan menjual murah sesampainya di pelabuhan tanpa masuk bea cukai dan harganya bisa dilelang 5000 rupiah tergantung banyaknya ambil.
"Aku punya pegawe bos...kudu tak gaji ! " ya itu jawabnya dan iya sih si penjual asongan mungkin berpikir untung 10 ribu saja sudah bisa membeli makan minum cukup buat satu hari, sedangkan pemilik toko langganan berhitung tentang gaji karyawannya yg berjumlah 10. Dan belum lagi berhitung pajak yang hari-hari belakangan ini makin gencar diterapkan. Begitu juga dengan kepercayaan si pemilik toko yg sempat di beritahu ke saya, kalau di keluarganya turun-menurun diajarkan untuk menyumbang 10% dari pendapatan ke orang lain. Lalu ... berapakah untung yang diambil dapat dikatakan "wajar" ?
"Wah cuman modal ganti resistor kebakar , user bisa ku tarik harga 300rb ...ngebul dulu bull bull " ,tulis seorang TUSER (red: tukang servis) di suatu forum fb , maklum yg rusak TV LED Model terbaru yg jika dibawa ke service centre bisa-bisa disuruh ganti modul back panel. Penulis dan beberapa orang tuser sempat berdebat tentang berapa sih harga yang pantas ? 100 rb ? 1 Juta ? Kalau menurut pengalaman penulis, pernah ketika mendapatkan servisan modul-modul perangkat telekomunikasi bisa mencapai harga fantastis "2 digit " jutaan dan itu bukan cuman satu tapi beratus-ratus modul, dengan hanya modal mengganti resistor yang harganya 100 perak ..Luar Biasa!
Balik lagi ke pertanyaan berapa sih harga saya yang anggap pantas ? Apakah saya bersalah memberikan harga terlalu mahal ? Jika dibandingkan dengan cerita tacik diawal tulisan mungkin saya sangat malu, wong saya juga melakukan hal yang sama (lebih parah faktor pengali keuntungannya), bahkan apakah saya telah membagi persen ke orang miskin ? Ya saya ga perlu beberkan kebaikan bederma yang sudah saya lakukan (karena adalah salah membahas kebaikan sendiri), ya tapi intinya saya belum seperti sang tacik.
Ilustrasi yang kontras diatas menggambarkan suatu keadaan yang sering berkecamuk dikepala saya. Seorang teman yang saya anggap sudah sukses dalam karir nya sebagai "freelancer" pernah saya ajak diskusi, ketika itu saya baru saja mendapatkan proyek yang relatif besar. Saya bercerita kalau proyek saya ini saya kerjakan bersama 3 orang teman sebagai leader dan 5 orang karyawan kasar. Dan tertawalah teman saya ini ketika saya bercerita bahwa saya harus membayar pajak dan membagi "upeti" kepada beberapa pejabat sebagaimana ciri khas bisnis amatiran di negeri ini. "Namanya aja proyek EM- EM an ..tapi kamu dapat hanya berupa JUT - JUT an kan ? , apalagi ditambah Anjrut-Anjrutan takut ama KPK...wahahahah. Liatlah aku, kerja sendiri, dibagi sendiri tanpa pajak dan upeti...walau cuman JUT-JUT an tapi kalo sering ya jadi EM - EM an ....wahahahaha " , begitu celoteh teman saya.
Terasa berat dihati ketika keesokan harinya saya melanjutkan proyek itu, dan benar saja proyek itu membuat kami merugi ! Apaa ..Rugi ? Uang iya tapi untung dapet pengalaman..Hari gini mencari pembenaran dengan alasan " dapet pengalamannya...gapapa rugi" ? Anak istri makan apa ? ya makan nasi dong.. emangnya ngirit pulsa dikit sama puasa ke salon bikin kita mati ? Yang membuat saya tetap semangat adalah senyuman para karyawan yang masih muda itu, dengan bangganya membawa motor kreditan ke kantor. Yang ini nih ga bisa terbeli dengan apapun nilai kepuasannya... Dan semangat ini membawa saya dan teman-teman dibantu karyawan yang muda-muda itu membalas kerugian di proyek selanjutnya. Anggap saja saya sudah membagi "persen" saya ke karyawan ...semoga seperti itu juga pendapat pembaca blog ini.
Kesimpulan yang diambil dari tulisan ini mungkin akan saya serahkan sepenuhnya kepada pembaca, karena pilihan ada ditangan anda tergantung cara pandang anda juga. Semoga dengan modal kepercayaan diri akan membawa kearah kehidupan yang diinginkan. SEMOGA ....
Jumat, 25 September 2015
Penemuan Radio ... awal pertentangan antara kaum ilmuwan dan pebisnis
A short time before my lecture, a multi-millionaire proprietor of a very famous telegraph company telegraphed me with an urgent request to meet me. I replied that I had no time. In response he said that he is coming to meet me in person and within a short time he himself arrived with patent forms in hand. He made an earnest request to me not to divulge all valuable research results in today's lecture : "There is money in it -- let me take out patent for you. You do not know what money you are throwing away" etc. Of course, " I will only take half share in the profit -- I will finance it" etc. This multi-millionaire has come to me like a beggar for making some more profits. Friend, you would have seen the greed and hankering after money in this country, - money, money - what a terrible all pervasive greed ! If I once get sucked into this terrible trap, there wont' be any escape ! See, the research that I have been dedicated to doing, is above commercial profits. I am getting older - I am not getting enough time to do what I had set out to do -- I refused him.
Surat diatas dituliskan oleh Jagadish Chandra Bose, seorang ilmuwan penemu detektor radio "cohera", yang ditulisnya pada 1901 kepada rekannya penulis terkenal India Rabindranath Tagore. Bose risau akan terjepitnya posisinya sebagai ilmuwan didunia kapitalis yang hanya mementingkan uang...uang..uang. Tapi apakah sebenarnya yang ditemukan oleh bose ?
Cerita dimulai dari percobaan Michael Faraday mengenai "gaya" yang tak terlihat yang dihasilkan oleh aliran listrik. Faraday menemukannya tidak sengaja..ya dia hanya berhasil menemukannya tanpa mengetahui apa yang menyebabkan motor dinamonya dapat berputar. Penemuannya hanya digunakan pada pameran atau pada pesta-pesta orang kaya sebagai pertunjukan sulap. Dan yang berhasil melakukan pemodelan matematikanya adalah ilmuwan jenius bernama James Clerk Maxwell. Rumus yang dimaksud mungkin sangat menakutkan bagi mahasiswa yg sedang mengambil mata kuliah elektromagnetik. Tapi banyak yang menyangsikan apakah teori dengan banyak Integral-Diferensial ini benar adanya ?
Gambar diatas merupakan ilustrasi percobaan Hertz yang membuktikan bahwa gelombang elektromagnetik itu ada dan memang dapat dikirimkan. Pemancar primitif ini bernama "spark gap" dengan prinsip bahwa aliran tegangan listrik tinggi yang diloncatkan antara 2 buah ujung akan menghasilkan gelombang elektromagnet yg selanjutnya dapat meradiasi sekitarnya. Dengan penerima berupa lingkaran tembaga, dapat diteksi adanya loncatan listrik diantara ujung lingkaran tembaga yang polanya persis dengan sumber. Diceritakan bahwa Hertz sampai harus membiasakan matanya di dalam gelap selama beberapa menit untuk dapat melihat loncatan listrik di penerima yang sangat kecil.
Sayang Hertz kemudian wafat tak lama kemudian pada usia yang masih sangat muda. Kesempatan penelitian selanjutnya diambil oleh Oliver Lodge dari Inggris. Begitupula di Amerika sang penemu motor induksi yaitu Nikola Tesla juga tidak kalah gencarnya melakukan penelitian tentang efek elektromagnetik. Tesla memukau dunia dengan keberhasilannya mengendalikan mainan kapal laut dari jarak jauh menggunakan prinsip radiasi elektromagnetik. Disinilah Bose juga berperan dengan penemuannya detektor "cat wishker" atau kemudian dinamakan cohera yang dapat mendeteksi sinyal radio diudara. Tapi...yang menjadi pemenangnya adalah MARCONI ..kenapa ?
Dari kesemua ilmuwan yang terlibat pada penelitian awal mengenai radio dan nirkabel ada seseorang yang namanya nantinya selalu tercantum sebagai penemu radio pada buku-buku pelajaran, dan dia bukanlah ilmuwan...ya dia hanya seorang yang cerdik saja dan mungkin mengakali para ilmuwan yang kurang pandai melihat segi bisnis. Kejadiannya bermula ketika marconi bekerja sama dengan kantor pos london untuk melakukan percobaan mengirim sinyal nirkabel diantara 2 gedung kantor pos london dan berhasil (seperti gambar plakat diatas). Ujung-ujungnya marconi mematenkan semua penggabungan penemuan orang lain menjadi sebuah kotak kayu yang diberinama RADIO.
Gambar diatas mungkin ada di semua buku pelajaran sains anak SD dan dijelaskan bahwa penemu radio adalah marconi. Ya memang pemilik paten dan penerima hadiah nobel adalah dia (nobel 1909 bersama Karl Braun), akan tetapi jangan dilupakan jasa ilmuwan lainnya dong ? Kegemparan yang ditimbulkan marconi terjadi tidak hanya pada kantor pos london yang kebakaran jenggot karena marconi akhirnya membuat perusahaan sendiri (padahal sebelumnya ada perjanjian kerjasama), tapi terjadi juga pada kalangan ilmuwan. Para penemu mulai berlomba-lomba mematenkan bahkan pada titik koma di penemuan mereka. Kegilaan ini membuat beberapa ilmuwan mengalami kebingungan seperti halnya surat yg ditulis bose diatas.
Kisah pertentangan antara ilmuwan dan pebisnis kapitalis lainnya dimulai dari kisah marconi ini. Tesla kemudian bertengkar dengan JP. Morgan tentang dimana harus ditempatkan "meteran" pada proyek listrik nirkabel Wardenclyffe Tower , kemudian dilanjutkan frustasinya penemu radio "Superheterodyne" Edwin Armstrong dengan pemilik RCA David Sarnoff yang berujung bunuh diri -melompat dari apartemennya setelah kalah dari pengadilan mengenai hakcipta radio FM. Tak kalah tragisnya adalah ketika Sarnoff kembali mencuri ide Philo T. Farnsworth sang pionir Televisi setelah Farnsworth menolak kerjasama yg ditawarkan dan kemudian sejarah lebih memilih menyebutkan nama orang lain sebagai penemu televisi. Begitulah kenyataannya ...