Sabtu, 16 Desember 2017
Ramai Pasang Parabola Ninmedia - Kemana Program Digitalisasi TV Teresterial ?
Sudah hampir 5 tahun tulisan saya mengenai TV digital disini dan sebelumnya saya pun telah membahas di kaskus mengenai TV digital teresterial yg hari persmiannya oleh bapak SBY masih teringat jelas di memory saya. Ya ... sehari setelah bapak SBY meresmikan TV digital DVB-T tahun 2008 secepatnya saya meluncur ke pasar genteng surabaya untuk mencari set top box. Dan apa yg terjadi hampir semua toko perangkat televisi tidak mengetahui infonya, padahal kemarin nya bapak SBY mengadakan teleconfrence dengan bapak Gubernur jatim Sukarwo dan di demokan bagaimana jernihnya TVRI Surabaya Digital.
Bagaimana kelanjutan ceritanya dapat dilihat di tulisan saya di link diatas, dan 2017 sudah mencapai tahun kritis penerapan digitalisasi televisi jalur darat, padahal operator seluler yg kesemsem menggunakan frekuensi 600-800mhz yg akan dikosongkan, merasa putus asa dan malah sudah bagi-bagi jatah di 2 ghz . Berita baik muncul dengan banyaknya channel HD yg muncul di surabaya DVB-T2 semisal NET HD, METRO TV HD dan TRANS TV HD. RCTI pun melakukan perbaikan HD di satelit berbayar miliknya tapi kayaknya enggan menyalurkan ke digital teresterial. Usut punya usut dari rekan di dunia broadcasting mandeknya program digitalisasi ini ada 2 faktor, yaitu karena di MK kan nya UU penyiaran digital, dan keengganan berbagi MUX digital antar stake holder televisi. Kenapa MUX digital ditakuti? Karena ternyata tiap daerah / zona sudah ditetapkan pemilik mux digital sehingga yg tidak dapat jatah harus kerjasama atau menyewa mux operator tv lain. Ya disinilah tidak ketemu nilai bisnisnya apalagi operator TV yg merasa "tua" dengan pemancar relay yg sudah banyak. Mungkin gini "enak aja minjem-minjem pemancar ku..."
Kita melihat negara kiblat pertelevisian yuk, yaitu inggris. Jangan lupa indonesia dengan TVRI nya punya kiblat disana loo tahun 70an s/d 80an. Ingat iuran TV ? Inggrislah yg menjadi contoh kita saat itu. Digital TV di inggris ada 2 jenis yaitu freeview (teresterial) / freesat(satelit) dan berbayar. Untuk yg gratis ini sejak dulu memang di undang2nya di biayai oleh iuran televisi, sehingga acaranya lumayan juga kualtasnya. Jika ingin menontonnya dari sini juga bisa memanfaatkan streaming yg dilakukan orang-orang inggris (entah legal atau tidak) contohnya di filmon dot com. Mux Freeview/Freesat jelas sekali kepentingannya untuk kenyamanan penduduk yg sudah bayar iuran.
Bagaimana di indonesia ? Sejak 2015 saya menemukan ini ...
Pertamanya saya kurang tertarik karena masih menganggap keduanya merupakan gimmick dari startup PAYTV yg muncul dan bergguguran semenjak era astro nusantara, aora, centrin, orange , topas, dan sebagainya. Seperti melawan tembok besar penguasa media semacam HT - CT dan menemui sandungan hoby menonton TV gratis dari masyarakat yang bahkan rela melakukan treking parabola sampai ke negeri FIJI di timur matahari sana.
SMV freeview muncul dengan langsung mengarahkan pemirsanya untuk membeli resiver khusus tanpa langganan. Mereka bekerjasama dengan penyedia perangkat bernama MMP parabola, dimana kisaran harga instalasi sekitar 600-700 rb. Jadi sekali beli sudah mendapatkan siaran sekitar 60 an dengan beberapa berformat HD. Lumayan sih tapi sekali lagi jika kurang bebas memilih resiver maka di masyarakat akan terjadi resistansi sedikit.
Ninmedia menawarkan yg berbeda dengan membebaskan pemilihan resiver generik dipasaran sana , akan tetapi tidak menjamin kualitas nya (gimmick lagi untuk beli resiver rekomendasi mereka). Luar biasa tanggapan medsos mengenai ninmedia, sampai saya akhirnya "buka puasa" treking parabola, kebetulan dibelakang rumah ada parabola ex pay tv yg dipasang pemilik rumah dan nganggur karatan.
Benar juga karatan sehingga dish nya gak bisa naik turun, hanya bisa putar aja ke arah 98 bujur timur, dan dengan sedikit modifikasi LNB agar lebih turun refleksi dish nya dengan senang hati gembira yang tidak terkira, setelah puasa 20 tahun lebih dengan bangganya bisa lock satelit lagi, bedanya kali ini resivernya digital seharga 150 ribu ! Jadi miris ingat dulunya harga resiver analog merek echostar sekitar 2 juta rupiah.
Dan yg bikin senang dengan ninmedia, cinta pertamaku tampil lagi dengan format 90an , jadi teringat masa-masa menonton MTV Tiap Hari.
Yang tidak terkira adalah tawaran dari teman alumni yg tertarik memasang juga karena di rumah ortu nya ada dish pay tv karatan udah 3 tahun nganggur..langsung meluncur dan clink.
Lumayan lah kemudian anak buah tertarik mebisniskannya, dan tentunya saya sangat mendukung agar tetap semangat di kantor dan dapat tambahan tentunya. Walau masalah muncul dikemudian hari dengan naga-naganya akan menuju penggiringan ke arah resiver model tertentu, ahh tidak masalah asal masih terjangkau ya di ladeni saja.
Bagaimana nasib DIGITAL TERESTERIAL ? ahhh entahlah ..pemerintah aja gak serius, mudah2an 2018 dengan Asian Games nya akan membuat Kominfo merasa MALU jika masih ada siaran ANALOG di layar TV para kontingen Aisan Games. Semoga lebih baik kedepannya.
Iklan: Jika mau modif dish paytv atau pasang awal NINMEDIA silahkan hubungi saya :08155737755 atau kontak teknisi saya :081246637645 . Instalasi surabaya dan sekitarnya, Perangkat bisa dikirim juga ke daerah pembaca blog.
Sabtu, 24 Juni 2017
STB UseeTV Tanpa Kabel "Manfaatkan Fasilitas WDS TP-LINK ke Mikrotik"
"...Disclaimer : Tidak semua percobaan yg dijelaskan disini dapat dijamin jalan, akibat pemanfaatan perangkat yg sudah tersedia di penulis dan berasal dari berbagai merek / jenis . Pastikan membaca 2 tulisan sebelumnya mengenai UseeTv dan Mikrotik. Harap dapat dimengerti pembaca ..."
Musim libur lebaran sudah mulai nih, penulis jadi teringat sejak blog ini ditulis maka waktu lebaran adalah waktu yg paling produktif melakukan "pengoprekan". Kenapa? Mungkin karena order sepi ?Alasan utama adalah karena penulis tidak ikut berlebaran dan ogah berdesak-desakan ke tempat hiburan yg tentunya saya sadar pasti ada waktu lebih "tepat" untuk menikmati tempat wisata dan hiburan itu yaitu saat low season. Setuju tidak ? hehehe mungkin tidak berlaku bagi pekerja kantoran ya, karena waktu libur panjang hanya ada saat lebaran. Jadi selamat liburan ya ... dan buat saya tetap akan mengaktifkan sel otak agar tetap fresh ..gaya banget ya....wkwkwk aslinya biar ga bosen aja kaleeee...udah ah ngelanturnya...
Kok ada ilustrasi tersandung kabel sih? Kejadiannya memang nyata akibat praktek yg dulu itu lhoo saat saya ingin menonton UseeTV di kamar dengan menarik kabel UTP dan memindah STB ke kamar. BISA DIBACA DISINI . Karena letak kamar tidak memungkinkan pemasangan kabel di dinding (alasannya males aja) alhasil kabel tetap digelar menyusuri lantai. Kesandung deh istri saya...marah-marah deh hasilnya, saya marah karena kabel jadi putus di tengah dan istri marah karena kejedot tembok saat kesrimpet kabel. Mungkin gak ya memakai wireless untuk menggantikan koneksi UTP ke STB?
Nah mahal kan produk yg udah jadi ? Ada yg lebih murah gak ? Pakai STB yg hybrid aja kata seseorang teman, kan udah ada wifinya...hmmm tidak disarankan karena dijamin tidak dihiraukan 147. Bagaimana dengan penambahan USB wifi ke STB ZTE ? Yang ini makin tidak jelas karena hanya USB wireless merek tertentu (ZTE tentunya) yg bisa dipakai. Bisa gak ya memanfaatkan perangkat yg sudah saya punya dirumah ?
Teringat akan memory jadul di kantor dulu kala, dimana saya me-repeat sinyal wifi lewat fasilitas WDS dari router TP-LINK .
Yuhuuuii ide project experiment pun muncul, bongkar-bongkar kardus akhirnya menemukan 2 router TP link model MR3220 (usb modem / mifi) dan WR841N . Dulu jaman internet masih susah masuk ke perumahan dan modem mifi masih jarang maka TP-LINK menyediakan beberapa seri yg dapat merubah modem USB GSM-CDMA menjadi wifi. Secara system dan hardware mirip sekali dengan seri wireless router WR8xxx, tapi nanti di tulisan ini dapat ditemukan perbedaan hasil bridging WDS dari perangkat yg satu vendor sekali pun..apalagi yg beda vendor ya? Jadi jangan murung kalau gak berhasil jika dilakukan ulang oleh pembaca, mohon pengertiannya ya...
WR841N vs MR3220
Ide awal saya adalah memanfaatkan koneksi WDS dari kedua router wireless TP-LINK diatas, kemudian melakukan bridging dari port useetv sehingga antara ujung ethernet nya menjadi ter "bridge" ...sedikit tweak dengan clone mac address STB ke port WAN (router yg nyambung ke modem indihome)....beres dehh. Untuk seting WDS sudah banyak banget yg bahas..trus ngapain lagi saya ya ? selesai dong ? ooo tidak...saya masih ingin menonton USEETV lewat wifi ke Smartphone dan Laptop seperti penjelasan DISINI. Ayo kita oprek mikrotik nya yukk...
Saya akan berusaha menuliskan secara urut runtutan pemikiran dan eksperimen trial-error saya saat merancang system ini agar lebih nyambung ke pembaca. Saya bukan ahli IT yg jago konsep neworking nya tapi lebih ke "problem solver" , jadi harap maklum kalau kelihatan remeh bagi jago mikrotik...sesuai tagline blog nya "CARA MUDAH ...." ....hehehe... lalu pertanyaan awal yang muncul ini :
- Wireless Router apa yg akan saya gunakan di sisi STB ? MR3220 atau WR841N ?
- Apakah WDS akan berfungsi antara 2 perangkat beda merek ?
Beberapa tulisan di forum-forum yg membahas WDS menunjukkan bahwa WDS merupakan protocol non standar yg dibuat oleh vendor perangkat router, dan tentu saja ketika saya praktekkan untuk WDS bridging antara mikrotik vs TP-LINK saya menemukan hasil yg berbeda. Jadinya saya balik ke praktek awal dulu dikantor yaitu bridging internet dari router/modem (sumber internet) ke router TP-LINK via WDS. Sedangkan kodisinya seperti ini nih di rumah saya:
- Terdapat 2 AP wifi, 1 bawaan indihome (alcatel lucent) 1 Wireless router TP-LINK untuk printer server (terdapat internetnya juga)
Lanjut eksperimennya dan saya mendapatkan hasil yg berbeda yaitu: sukses berinternet ria menggunakan WDS dengan router root (sumber) nya bermerek sama TP-LINK dan ketika saya WDS ke sumber modem indihome Alcatel, hanya MR3220 yg dapat melakukan transparent bridging dan dapat menyalurkan internet. Jadi saya buang saja WR841N karena ping ke gateway (router indihome) gagal apalagi menyalurkan internet. Beberapa kali percobaan static route dan merubah DHCP pun gagal dan dikonfirmasi juga beberapa tulisan di internet kalau WR841N hanya sukses WDS ke merek yg sama dan harus merubah OS nya ke DD-WRT jika ingin transparent bridge ke merek lain...malesnyaa...
Dan berikut hasil praktek trial error demi menonton UseeTV di kamar TANPA KABEL..
1. PENYEDERHANAAN SETING NETWORK MIKROTIK
Setelah 2 kali menulis di blog mengenai Mikrotik vs UseeTV akhirnya didapatkan ilmu bahwa agar system dapat berjalan lama (tidak sering buka winbox untuk setting manual) dibutuhkan setup yg minimal seperti:
- Satu local-bridge untuk semua interface, sehingga mendapatkan segemen IP yg seragam
- DHCP dengan 1 pool dan lakukan di local bridge , bukan di master-interface
- Matikan semua firewall
2. GUNAKAN WIRELESS AP BRIDGE (NON WDS) PADA MIKROTIK
Percobaan saya tentunya tidak langsung seperti susunan yg rapi ini melainkan melalui proses mencoba , trial error, seperti saya pernah mengaktifkan fasilitas WDS pada wireless mikrotik. Berbagai konfigurasi pun dicoba seperti membuat virtual AP dan sukses mengarahkan multicast IP TV ke STB tapi dengan kecepatan yg dibatasi (gak bisa ditonton siarannya). Entah kenapa ini terjadi sampai 1 hari saya memikirkannya dan dikonfirmasi oleh beberapa tulisan di forum mikrotik bahwa WDS mikrotik tidak kompatibel dengan TP-LINK. Jadi saya kembalikan ke mode wireless standar saja.
3. SETUP WDS DI TP-LINK
Setup awal berikut ini banyak dibahas di internet, jadi kita review singkat saja
Centang "Enable WDS" dan pilih survey agar lebih mudah memilih nama AP mikrotiknya. Pastikan ch wirelessnya sama dan password nya sesuai. Saya tidak broadcast nama AP dari tplink agar tidak membuat ribet dimata.
4. SETUP IP , DHCP DAN STATIC ROUTE
Gunakan IP untuk TP-LINK yang satu segmen dengan router mikrotik agar bridgingnya menjadi gampang. Seperti contoh dibawah dimana mikrotik menggunakan IP segmen 192.168.88.0/24. Gateway di mikrotik 192.168.88.1 sehingga saya pilih 192.168.88.2 untuk TP-LINK
Untuk DHCP , dikarenakan kita menggunakan WDS dari dua vendor yg berbeda, maka jangan ikuti WDS standar TP-LINK yg menyarankan mematikan DHCP di bridge AP (repeater). Entah kenapa mikrotik menolak DHCP request dari luar networknya (karena ga terlalu ahli mikrtotik), jadi karena STB UseeTV menggunakan DHCP untuk mendapatkan IP maka kita aktifkan DHCP server pada TPLINK.
Kenapa DNS saya bikin statis 10.0.0.91? tujuannya agar STB langsung berhubungan dengan server IPTV nya. Jika IP DNS di daerah anda berbeda maka bisa mengeceknya dengan melihatnya di seting DNS yg didapatkan auto di mikrotik ( baca pembahasan sebelumnya agar nyambung).
Seting yg kemudian saya dapatkan di praktek lanjutan (setelah beberapa kali gagal dan pusing) adalah menentukan IP STB secara fix alias ga berubah. Gampang saja dengan melakukan reservasi IP dan MAC di seting DHCP nya. MAC dan DNS dari STB dapat diperoleh saat koneksi masih standar (langsung ke indihome), tekan SET pada remote , Konfigurasi , masukkan password :6321 , pilih Tingkat Lanjut , Sistem Informasi, dan akhir pilih info jaringan sampai muncul list IP dan MAC address.
Jangan lupa menambahkan static route untuk segmen IP 10.0.0.0 yg merupakan segmen IP dari network di server IPTV UseeTV.
Untuk mengetest apakah koneksi bridge telah sesuai dan sukses adalah dengan melakukan ping ke IP gateway mikrotik, lanjut ping ke IP DNS , baik dari System Tools : Diagnostic Ping TP-LINK maupun langsung dari PC (yg terhubung port LAN TP-LINK). Semua ping harus lancar agar didapatkan hasil yang maksimal.
5. STATIC ARP PADA MIKROTIK
Seting ini didapatkan pada hari terakhir explorasi saya dimana saya merasa jengkel karena hasil ping dari terminal mikrotik ke IP STB selalu berakhir (putus) di tengah setelah awalnya sukses. Kemudian setelah membaca beberapa sumber di internet, saya disarankan untuk melihat di bagian ARP dari mikrotik. Dan dengan gembiranya saya bisa melihat kalau request ARP dari WDS TP-LINK menggunakan MAC address yg sama untuk semua perangkat yg terhubung di port LAN TP-LINK. Hal ini menyebabkan IP STB di reject langsung oleh mikrotik dan sesuai saran mbah google agar saya membuat static ARP agar tidak direject. Saat ping ke STB dan sukses maka langsung saja dari console ARP List saya klik kanan dan pilih "Make Static". Bisa juga dilakukan secara manual asal dicatat dulu MAC address nya yg muncul. Ingat IP dari STB telah dibuat reservasinya di DHCP TP-LINK sehingga tidak berubah-ubah.
Apakah ini mungkin dilakukan karena 1 MAC tapi banyak IP ? Seingat saya mungkin saja sebab di PC linux bahkan windows pun memungkinkan. Dan hasilnya PING ke STB tanpa PUTUS ! WARBYAZAHHH...
Dari langkah-langkah diatas dapat kita gambarkan system nya seperti gambar berikut ini:
Demikianlah experimen saya dan hasilnya masih saya testing terus karena proses trial dan error belum selesai. Beberapa kali saya temukan loading awal STB yg gagal menampilkan gambar namun sukses dan normal kembali ketika di restart ulang dan beberapa kali gambar terlihat tersendat mungkin gara-gara koneksi WDS yg jelek ataupun akibat request IGMP proxy yg mengalami keterlambatan update request. Nanti akan saya coba update kembali jika ada perkembangan.
SELAMAT MENCOBA
Kamis, 08 Juni 2017
Software TOCIL : kasir untuk Toko Kecil
Melihat iklan di sebuah website
membuat saya berpikir apakah tidak memberatkan jika harga semua perangkatnya 10 juta untuk ukuran toko
kecil ? Memang sih terdapat keunggulan yg dapat dihandalkan untuk minimarket sekelas indomaret atau yg lainnya karena ter-integrasi dengan system online. Wahh
kalau toko kecil mungkin mubazir yak, akhirnya saya lihat software-software kasir yg di
jual online di marketplace (tokopedia dan OLX) dan walahh ! harganya sangat
murah..hanya 35 ribu saja !
Sebagai seorang developer
software kelas teri, yaitu mengembangkan www.kasirpulsa.com serta www.kasirlaundry.com , harga di tokopedia menyiutkan nyali saya untuk mengembangkan software kasir untuk
toko, padahal banyak tawaran yg saya terima. Yahhh …saya harus jual berapa unit
software jika bercita-cita ingin beli rumah ? hahahah.. tapi karena ber
pengalaman membuat software-software “gratis” sebelumnya, dibulatkan tekad
untuk mengembangkan (juga) software kasir toko kecil dengan MOTO:
“MANFAATKAN PERANGKAT YANG SUDAH ADA”
KEBUTUHAN PERANGKAT YANG MINIMUM
Sebagaimana dijelaskan bahwa
software ini diperuntukkan untuk toko kecil jadi berusaha untuk tidak
muluk-muluk membeli perangkat yg mahal , cukup siapkan saja perangkat yg umum
ada di rumah seperti berikut ini :
- 1. Komputer /Laptop
minimum processor atom (win xp / 7/8/10) , hampir semua anak sekolah
mempunyai laptop bukan ? yaa gunakan yang itu aja cukup kok
- HP / Smartphone Android sebagai pembaca barcode
. Siapa yg tidak punya smartphone android hari gini ?
- 2. Monitor ke dua untuk tampilan ke pembeli serta iklan (optional). Jika dirumah ada TV
LCD nganggur nahh bisa dipakai tuh..bisa juga jika dirumah ada HP atau Tablet
Android yg nganggur bisa juga dipakai kok , tentunya ditambahkan stand/tripodnya
yaa...
-
Printer Deskjet / Tinta , memang lebih kerennya
menggunakan printer kasir /POS/Thermal. Karena ingin memanfaatkan barang-barang
yg ada maka printer epson/canon/hp dan lain sebagainya. Bagaimana dengan
kertasnya ? Gunakan aja kertas A4 yg
dibagi tiga memanjang dan dapet dehh..contoh
gambarannya seperti hasil printout berikut dimana kertas A4 bisa dibagi 3
(belum dipotong hanya sebagai ilustrasi lebar kertas)
PENEMPATAN PERANGKAT
Gambar diatas merupakan layout
kasir yg ideal dan dapat digunakan sebagai acuan untuk pengaturan kasir di toko
anda. Jadi karena prinsip “Gunakan Perangkat Yang Ada” maka jika diterjemahkan akan
seperti ini layoutnya.
Penempatan perangkat
ideal di meja kasir
Untuk mengurangi perkabelan, maka akan sangat ringkas jika
menggunakan hubungan wifi antara Laptop ke smartphone scanner barcode maupun
printer (apabila printer terdapat fasilitas wifi nya).
PERHITUNGAN EKONOMIS
Penting untuk mengetahui berapa
sih dana minimum (untuk kebutuhan perangkat )yg kira-kira dibutuhkan untuk
dapat menggunakan software kasir toko kecil ini ? Jika dirasa berat maka
sebaiknya jangan melanjutkan penggunaan software ini, tapi sekali lagi ikuti
prinsip : GUNAKAN PERANGKAT YANG ADA.
TOTAL IDEAL (Layar ke dua TV/Monitor): Semua perangkat terpasang
sesuai gambar ideal sebelumnya, dengan menggunakan layar ke pembeli berupa TV /
Monitor LCD. Asumsi layar TV yg digunakan adalah ukuran 17 inch. Wifi router
tidak dibutuhkan karena hubungan ke layar depan menggunakan kabel HDMI/VGA
TOTAL IDEAL (Layar ke dua Smartphone): Seting ini menggunakan layar
smartphone untuk display ke pembeli (melalui software teamviewer) sehingga
dibutuhkan router wifi. Asumsi perhitungan menggunakan router wifi tp-link.
TOTAL MINIMUM : Input kode barcode dilakukan secara manual melalui
keyboard dan tanpa menggunakan layar kedua ke arah pembeli.
TOTAL BAGUS: Tanpa layar kedua dan menggunakan pembacaan barcode
melalui wifi. Jika tanpa router maka menggunakan wifi AD-HOC / Hotspot tapi
jika ingin tidak ribet maka cukup menambahkan wifi router.
Masih dirasa berat ? Jika tidak silahkan download Versi BETA ( testing) DISINI
Biar tambah tertarik, saya tampilkan gambar & Video biar tambah penasaran
Tampilan Kasir
Tampilan display ke pelanggan di smartphone
Scanner Barcode menggunakan smartphone
SELAMAT MENCOBA
Minggu, 04 Juni 2017
Cara Membagi Siaran UseeTV ke 2 STB dengan Mikrotik
Setelah
beberapa saat melupakan oprekan useetv vs mikrotik, kini akan di update
hasil temuan cara menonton siaran yg berbeda pada STB dan Player Komputer yg sebelumnya
terkendala ilmu yg belum mumpuni mengenai konsep routing, switch dan
bridge di mikrotik. Karena ketemu nya tidak sengaja maka daripada otak
saya cepat terhapus memorynya, maka saya tulis aja disini. Jika anda memiliki 2 STB atau lebih yg valid (terdaftar secara legal di telkom) maka isi tulisan ini pastinya dapat juga di aplikasikan.
Jangan Lanjut Membaca Tulisan Ini Sebelum Membaca Penjelasan Awal DISINI
Sebelumnya
dalam praktek useetv lewat mikrotik, maka siaran yg dapat diputar hanya
1 saja dan dalam 1 player atau 1 stb saja. Jadi semisal STB memutar CNN maka
jika ingin memutar HBO di komputer hasilnya STB langsung blank, begitu juga
ketika STB pindah channel maka player di komputer akan terhenti.
Suatu hari saya ingin menonton FINAL LIGA CHAMPION 2017 di kamar tidur dengan mengolor kabel UTP/LAN dari mikrotik, dimana sebelumnya STB di ruang TV menancap ke port 3. Karena kabel jack RJ45 nya susah dicabut jadi saya mengambil port 4 sebagai port yg akan saya tancapkan dengan kabel UTP ke kamar tidur. Dan saya buat konfigurasi port 4 dengan model bridge-slave seperti halnya di port 3 dengan segmen IP yg berbeda.
Pertama saya lepaskan port 4 agar tidak menjadi slave bridge dari master defaultnya yaitu port 2. Pilih Master Port nya "none".
Lanjut buat bridge port baru (melalui menu bridge), saya membuat STB 1 di port 3 dan STB 2 di port 4. Awalnya saya menempatkan port 3 dalam bridge yg terpisah dengan bridge local, jadi saya mempunya 2 bridge yaitu bride local (default) dan bridge stb. Inilah kuncinya saya tidak bisa melihat bersamaan 2 streaming pada bridge yg berbeda. Untunglah bridge port 4 yg saya buat baru ini memiliki bridge default (bridge-local) sehingga secara tidak sengaja dapat memutar 2 saluran berbeda pada STB dan Komputer dan tentunya cukup menggembirakan dapat menemukan konsep bridge yg benar. Jadi pastikan hanya terdapat 1 bridge yg akan digunakan ke semua port.
Kemudian jangan lupa memasukkan segment IP untuk port yg dimaksud pada menu IP ADDRESS.
Suatu hari saya ingin menonton FINAL LIGA CHAMPION 2017 di kamar tidur dengan mengolor kabel UTP/LAN dari mikrotik, dimana sebelumnya STB di ruang TV menancap ke port 3. Karena kabel jack RJ45 nya susah dicabut jadi saya mengambil port 4 sebagai port yg akan saya tancapkan dengan kabel UTP ke kamar tidur. Dan saya buat konfigurasi port 4 dengan model bridge-slave seperti halnya di port 3 dengan segmen IP yg berbeda.
Pertama saya lepaskan port 4 agar tidak menjadi slave bridge dari master defaultnya yaitu port 2. Pilih Master Port nya "none".
Lanjut buat bridge port baru (melalui menu bridge), saya membuat STB 1 di port 3 dan STB 2 di port 4. Awalnya saya menempatkan port 3 dalam bridge yg terpisah dengan bridge local, jadi saya mempunya 2 bridge yaitu bride local (default) dan bridge stb. Inilah kuncinya saya tidak bisa melihat bersamaan 2 streaming pada bridge yg berbeda. Untunglah bridge port 4 yg saya buat baru ini memiliki bridge default (bridge-local) sehingga secara tidak sengaja dapat memutar 2 saluran berbeda pada STB dan Komputer dan tentunya cukup menggembirakan dapat menemukan konsep bridge yg benar. Jadi pastikan hanya terdapat 1 bridge yg akan digunakan ke semua port.
Kemudian jangan lupa memasukkan segment IP untuk port yg dimaksud pada menu IP ADDRESS.
Tambahkan pula IP POOL dan DHCP server untuk port 4 agar STB mendapatkan IP nya secara otomatis.
Dan hasilnya Seperti ini nih....
Terlihat
pada hasil torch di gateway terdapat 2 stream yg aktif yaitu HBO pada
STB dan HBO Hits pada player komputer. Tapi sayangnya DRM (digital rights
management) alias acakan maut di STB nya USEETV (di surabaya)
diberlakukan untuk beberapa channel premium. Mungkin saya mencoba tidak
mengungkitnya agar pihak telkom tidak sensitif ...hehehe...lagian susah
banget menembus acakan IPTV dengan AES 128 ...kalau TV satelite mungkin
buaaanyaaakk yg share key pembuka acakannya.
Selamat Mencoba