Selasa, 11 Agustus 2020
Impostor Syndrome - Penipu semu yang umum di derita pekerja dunia IT (renungan kepergian seorang teman)
" ...Sepertinya semua bantuan untuk orang lain telah kukerjakan dengan sempurna, tapi entah kenapa masalah dalam rumahku sendiri sepertinya tidak selesai-selesai ..."
Tulisan diatas saya baca pada status facebook serang teman yang saya anggap sebagai "master" IT karena beliau seperti layaknya kamus elektronika berjalan. Saya pun bertanya via inbox kenapa hal ini dia sampaikan melalui FB yg menjadikannya sedikit berbahaya. Kenapa ? Karena sifat medsos yg bisa seperti kuda liar, bagaimana jika yg membaca tulisan status FB itu adalah atasan mu dan menjadi "baper" merasa yg dimaksud adalah keluhan karena tugas yg diberikan oleh atasan terlalu banyak ? Dan diapun kemudian menghapus status FB hari itu juga dan melanjutkan curhat dan mengeluh ke saya. Lhaa saya bukan psikiater kok dan saya juga mengalami hal yang serupa pada hidup saya.
Entah ditunjukkan oleh tuhan atau algoritma youtube mulai menjadi menakutkan, video diatas muncul di suggested video pada time line youtube saya di HP. Dan mulailah deretan video mengenai impostor syndrome yg berbahasa inggris muncul. Otak dipenuhi kegalauan apakah saya mengalami sindrom ini? Ah tidak saya bukan orang sukses kok makanya ngapain juga sampai mengalaminya. Tapi ada pola yang mengena pada diri saya dimana sering melakukan kerja keras sampai mencapai hasil maksimal dan dengan entengnya menampikkan hasil kerja keras ini dengan : " ahh hanya kebetulan saja saya bisa, kalau besok disuruh ngulang pasti gak mungkin.." hmmm..mungkin ini hanya cocoklogi oleh otak dan pikiran saya saja.
Yang sedikit mengejutkan dari beberapa video adalah kenyataan bahwa banyak pekerja IT di india sampe harus bunuh diri karena terlalu parahnya penderitaan sidrom ini. Ahhhh masak iya sih ? Saya pernah berhubungan lumayan intense dan lama pada suatu project dengan pekerja asal negara cerita mahabaratha. Dan dari pandangan saya ada 2 type orang india yg saya temui waktu itu, ada yang sok tau banyak bicara dan satunya pintar dan benar-benar tau teknik tapi pendiam. Ternyata yg pendiam ini sedikit perfeksionis dan gemar melakukan kerja keras jika ada script nya yang kurang sempurna. Sedangkan yang banyak bacot jika mengalami jalan yg susah dan buntu maka dia menelpon ke HQ di mumbai dan tanpa bekerja lembur pun pekerjaan selesai juga kok.
Apa saya seperti india yg pintar itu ? ahh tidak juga saya gak pernah menyelesaikan pekerjaan sampai se "persisten" dia kok, sampe makan pun di skip, kalau gak kita belikan makan dia cukup minum teh aja sampai berjam-jam. Lalu apakah saya seperti si india tukang telpon ? Hmmm kalau saya sih gengsi menelpon teman di HQ kalau bisa dikerjakan sendiri sampai bisa. Lhoo itu membingungkan apakah saya menjadi india yg mana ? Saya tetap orang bali aja ahh..tapi kenapa saya merasa kalau mengidap sidrome penipu ini ? Ternyata ada yang tidak cocok dengan perbandingan saya vs kedua india tadi yaitu ke duanya pandai bersyukur, dimana setelah pekerjaan berat terselesaikan maka si "jarjit singh" akan meminta saya mengantarkan ke restoran india terdekat untuk makan kari + dhal + garam massala yang saya kurang suka teksturnya. Yang paling saya suka adalah roti india atau naan yang walau hambar tapi bisa dinikmati lidah saya. Mereka berdua ahlinya untuk bersyukur dengan merayakan ketika menyelesaikan hal kecil sekalipun. Nah disinilah ketemu kaitannya kalau saya cenderung merasa hambar ketika mendapatkan pencapaian.
Pencapaian yang lumayan bisa dibanggakan adalah ketika mendapat predikat engineer terbaik, karena kebetulan aja kali jadi "terbaik" dimana teman-teman yg "terbaik" lainnya udah loncat ke perusahaan yang lebih besar. Jadi saya menjadi senior sendiri di seluruh kantor Indonesia timur. Nahhh itulah perasaan yg saya dapatkan saat itu, saya merasa kebetulan dan beruntung saja mendapatkan hadiah jalan-jalan suwon-seoul-everland. Hampa dan tidak bahagia lhoo ketika disana karena takut membayangkan jika ex co-worker yg lebih pintar dari saya masih kerja sekantor atau ketika trik-trik saya memanipulasi data akhirnya kebongkar oleh atasan. Saya adalah salah satu engineer yang sangat sering menggunakan shortcut dengan script pada unix atau excel untuk memudahkan pekerjaan dan itu sedikit diharamkan oleh kantor. Begitu juga saat saya mengunakan pendekatan-pendekatan teknikal yang "nyeleneh" dan menyalahi teori. Misalnya dalam menghitung kapasitas sebuah BTS apakah butuh tambah modul atau tambah BTS sekalian, dengan pendekatan perhitungan dagang elektronik dipasar genteng yang akan menambah sesuatu jika terlihat kurangnya melalui error checking.
Apaan sih kok susah banget ? Ingat penulis bukan lulusan jurusan telco tapi tukang solder. Semisal nih kalau microcontroller yang dipakai memorynya habis (error saat running) maka baru ganti chip yang lebih besar memorinya. Sedangkan orang telekomunikasi akan menghitung Erlang - Busy Hour Call Statistic - Cell design - Market Survey dan sebagainya sehingga berdasarkan hitungan mumet akan ketemu jumlah penambahan yang dibutuhkan. Kalau saya tukang solder ini menelisik ada tidaknya message error akibat resource kurang maka korelasinya menandakan perlu penambahan sesuatu berdasarkan persen errornya pada jam sibuk. Karena metode saya sederhana dan mudah dipahami maka pihak klien dan perusahaan menganggap metode hitung saya ini brilian. Kantor bisa menjual lebih banyak barang sedangkan klien mendapatkan perbaikan network tanpa harus berdiskusi panjang. Tapi ini MENIPU ! Coba kalau HQ - RND pusat di suwon mengetahui cara hitung saya dan matilah saya !
Nah ternyata betul saya mengidap syndrom ini dan yakin 100% , lalu kenapa ? Menurut pandangan orang pintar didunia psikologi, penyebab hal ini terjadi harus dirunut dari masa lalu yang suram. Ya begitulah tapi jadi baper kalau menulis masa 90an di tulisan ini lagi, jadi kelihatan sering bapernya kayak emak-emak di sinetron ...Ku Menangissss.....sebaiknya saya ceritakan saja bagaimana saya berdamai dengan sindrom yang sejak lama mengakar di sanubari dan menjadi bandulan super berat di kaki. Dalam suatu renungan dan meditasi ala kadarnya saya teringat kembali ke almarhum rekan saya yg sudah meninggalkan kita 40 hari lebih. Ya menulis curhat disini menjadi suatu obat yang dianjurkan pada suatu video youtube. Apa hubungannya dengan kisah sedih di akhir juni itu ?
Disclaimer : sumber klik disini dan tidak ada maksud untuk mendiskreditkan siapapun. Jika kurang berkenan silahkan menghubungi penulis untuk penjelasan lebih lengkap
Ke kaguman saya pada rekan saya DR Istas (almarhum) memang sudah ada sejak kuliah dan walau banyak yg nyinyir " ah dia hanya beruntung" tapi saya tetap angkat topi. Dia take all chances with full responsibility, go to hell with nyinyirers...hahahah ....itu mungkin yang tepat menggambarkannya dan sampai akhir hayatnya memang itu prinsip hidupnya yang dipegang teguh. Semua tugas pasti selesai dan melakukan dengan enjoy, bersinar cemerlang saat ber selfie ria di berbagai kesempatan kalau tugas kemana saja dan merayakan hidup dengan bernyanyi melalui smule. Lepas seperti tanpa ada beban dan mensyukuri hidup seperti halnya ketawa khasnya yang menggelegar. Ahh jangan baper yuk ..balik balik....saya ingin cerita tentang gambar diatas dan hubungannya dengan sindrom penipu yang berusaha saya kendalikan.
Dan kemudian saya "search" lah berita yang dimaksud pada media online dan disana terdapat jelas wajah senior kami di kampus yang levelnya tidak perlu diragukan, dan mereka juga adalah ahli dibidangnya. Mereka juga sangat saya kagumi dan hormati, lalu kenapa dimata saya mereka melakukan hal yg salah? Saya gak habis pikir setahun lalu itu, tapi karena pak istas ini adalah kawan yang sering membantu saya maka saya kerjakan juga proyeknya walau sedikit mengganjal. Itung-itung juga mencoba mengukur masihkah kemampuan elektronika-IOT saya bisa dihandalkan?
Ketika akhirnya alat ini selesai dan akan berencana mengembalikan ke pihak unusa untuk dilakukan pengambilan data sungguhan, berita duka mendadak mengejutkan semua dan saya sampai sebulan bertanya-tanya ada apa ini kok saya sedih banget ? Saya dianggap sangat baper oleh istri dan beberapa teman karena sering mengingat masa-masa akhir bersama kawan ini melalui cerita, posting dan sebagainya. 40 hari setelah beliau berpulang, jawaban-jawaban atas misteri ke-baperan saya atas kepergian beliau menjadi suatu "cocoklogi" yang sangat dipaksakan mungkin, karena tiba-tiba saja ujug-ujug saya sadar kalau saya mengalami 'Impostor Syndrome" dengan melihat kembali ke 10 bulan sebelumnya ketika menyadari bahwa orang itu lazim melakukan "kebohongan" yang bertanggung jawab. Jika dipikir secara jernih ini betul "impostor" walau alatnya cuma tipuan didepan media saat peluncuran, tapi kan ahirnya selesai juga ketika dikerjakan ditangan yang tepat. Jadi coba saja pikirkan kalau tidak di luncurkan maka saya tidak akan menguasai kembali kemampuan solder menyolder yang sudah saya lupakan hampir 5 tahun. Dan saya menjadi sangat bersyukur karena berhasil melahap teori IOT dari berbagai sumber serta praktek yang buktinya bisa dilihat dari blog ini setahun kebelakang. Jadi salahkah orang-orang hebat yang saya sebut tadi? Tidak bukan ? Mereka mengambil kesempatan dan bertanggung jawab !
Sebagai akhir kata, tulisan saya ini merupakan anjuran dari berbagai video dan tulisan psikolog mengenai cara mengobati "Impostor Syndrome" yang mungkin sudah akut menjangkiti jiwa saya. Perlahan namun pasti saya menemukan jawaban-jawaban atas kegalauan kenapa saya kurang "berhasil" menurut pandangan sendiri, padahal saya hanya kurang bersyukur dan membiarkan semua berjalan secara alamiah. Seperti halnya kata seorang bijak tentang hukum alam "effortless effort" jalani sesuai ceritanya tanpa harus bertanya, menilai dan mempertentangkan, maka kebahagian ada di ujungnya.
Selasa, 04 Agustus 2020
[Mudah Belajar RasPi] Terhubung ke antares semakin mudah dengan python library siap pakai
Dengan library python antares-http maka semua urusan kirim terima pesan http menuju antares menjadi semakin gampang saja. Perhatikan hasil capture dari websitenya pip / pypi maka saking simpelnya anda bisa membuat aplikasi antares melalui raspberry pi dalam hitungan menit saja.
Sehingga praktek penekanan tombol yang sudah kita buat pada penjelasan sebelumnya disini menjadi makin mudah dengan mengarahkannya ke antares :
Dan script untuk membuat tombol penghitung survey seperti ini :
import RPi.GPIO as GPIO import time import json from antares_http import antares #library antares antares.setDebug(True) antares.setAccessKey('ACCESS:KEY') #sesuaikan GPIO.setmode(GPIO.BCM) GPIO.setup(17, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP)#Button to GPIO17 GPIO.setup(27, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP)#Button to GPIO27 GPIO.setup(22, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP)#Button to GPIO22 def update_antares(pilihan): latestData = antares.get('Project name', 'device name') #Sesuaikan isi = latestData['content'] #parsing pertama satu= isi['satu'] #parsing kedua dua= isi['dua'] tiga= isi['tiga'] #pilhan dari penekanan tombol satu, dua, tiga if pilihan == 'satu': myData = {'satu':int(satu)+1,'dua':int(dua),'tiga':int(tiga)} elif pilihan == 'dua': myData = {'satu':int(satu),'dua':int(dua)+1,'tiga':int(tiga)} elif pilihan == 'tiga': myData = {'satu':int(satu),'dua':int(dua),'tiga':int(tiga)+1} antares.send(myData,'Project name', 'device name') #Sesuaikan try: while True: button_state1 = GPIO.input(17) #baca tombol button_state2 = GPIO.input(27) button_state3 = GPIO.input(22) if button_state1 == False: print('Button 1 is Pressed...') update_antares('satu') elif button_state2 == False: print('Button 2 is Pressed...') update_antares('dua') elif button_state3 == False: print('Button 3 is Pressed...') update_antares('tiga') time.sleep(0.2) except: GPIO.cleanup()
Sangat simple dan selanjutnya bisa dilihat pada video berikut ini :
Selasa, 28 Juli 2020
[Mudah Belajar RasPi] Menghubungkan ke database MongoDB atlas
Kita lanjut penelusuran raspberry pi GPIO dengan input tombol yang masih menggunakan rangkaian 3 switch yang pernah kita bahas sebelumnya.
Interaksi dari GPIO kini akan kita gunakan untuk menyimpan angka yang ketika ada penekanan maka akan di "increment" dan ditampilkan pada grafik. Untuk itu kita gunakan MongoDB Atlas sebagai database gratis yang juga memiliki fasilitas grafik/chart.
Untuk merubah isi dari field pada database diatas kita bunakan perintah :
namaDB.namaCollection.find_one_and_update(query,value)
Jadi kita akan merubah nilai data satu dua atau tiga setiap kali penekanan tombol, gunakan script seperti berikut :
import RPi.GPIO as GPIO #library import time import pymongo import json #sesuaikan dengan client mongodb atlas kalian serta DB/Collection nya myclient = pymongo.MongoClient("mongodb+srv://user:password@cluster0-jb06l.mongodb.net/test?retryWrites=true&w=majority") mydb = myclient["latihan"] mycol = mydb["coba_tombol"] GPIO.setmode(GPIO.BCM) GPIO.setup(17, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP)#Button to GPIO17 GPIO.setup(27, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP)#Button to GPIO27 GPIO.setup(22, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP)#Button to GPIO22 ######Update by increment database value###### def update_db(kolom): x= mycol.find_one_and_update({'judul':'coba'},{'$inc':{kolom:1}}) print('update dbase :') print(x) try: while True: button_state1 = GPIO.input(17) button_state2 = GPIO.input(27) button_state3 = GPIO.input(22) if button_state1 == False: print('Button 1 is Pressed...') update_db('satu') elif button_state2 == False: print('Button 2 is Pressed...') update_db('dua') elif button_state3 == False: print('Button 3 is Pressed...') update_db('tiga') time.sleep(0.2) except: GPIO.cleanup()
Sangat simple sehingga kita bisa membuat grafik penekanan tombol seperti video berikut ini.
Senin, 27 Juli 2020
[Mudah Belajar RasPi] Bermain dengan GPIO dan interaksi dengan TV Out
Raspberry pi merupakan komputer mini yang menjadi perhatian orang banyak sejak pertama kali muncul di pasaran tahun 2012. Penulis saat itu yang masih merasa antipati terhadap arduino yg lumayan "membodohi" para pelajar yg memulai mengenal elektronika digital, merasa semakin gerah dengan kehadiran raspi karena teman-teman yg dulunya tidak suka solder menyolder kini rajin unggah foto kegiatan hariannya bersama raspi. Kenapa begitu ? Karena 20 tahun yg lalu penulis sudah terlebih dahulu mengenal "interfacing" solderan ke PC dan itu bukan hal gampang. Jadi ketika dunia opensource merajai semua platform maka tak ada lagi kata susah dan mungkin perasaan "spesial" saya sebagai tukang solder mulai terancam.
Perasaan itu pun pudar 8 tahun setelahnya ketika menyadari saya tetap "spesial" kok karena dengan berbekal kemampuan dasar elektronika yang kuat, maka tidak akan menjadi masalah jika saya diminta untuk memecahkan kesulitan orang lain yang berhubungan dengan raspberry pi. Apalagi ketika disumbangkan oleh teman sebuah raspberry pi zero w yang menurut dia kesusahan karena error melulu. Dan dengan bergembira saya menemukan bahwa yang bikin error adalah kelas storage SD CARD yang terlalu rendah untuk mendapatkan hasil yg stabil tiap saat, tersolusikan dengan saya membeli SD CARD yang kelas tinggi untuk videography 4K seharga 200rb.
Penggunaan raspberry pi lebih menitik beratkan ke fungsinya sebagai komputer berbasis linux dan penulis juga merasakan kemudahan karena dapat membantu ketika mengerjakan proyek berbasis MQTT dengan memanfaatkan raspi sebagai brokernya. Kemampuan python sebagai motor utama dari programming nya yang juga open source menjadikan dunia raspi sangat berkembang terutama di bidang IOT. Untuk itu seri pembuka dari tutorial menyolder raspberry pi kita akan berhubungan dengan fungsi Input dan Output dan praktek pertama adalah menggunakan Switch push button.
Raspberry pi memiliki I/O yang berlevel 3.3 volt sehingga harus menyesuaikan kalau anda terbiasa dengan arduino yang levelnya 5v. Dari gambar diatas tiap pin I/O sudah memiliki fasilitas Pull up down internal sehingga untuk rangkaian tombol cukup mengikuti gambar diatas aja. Untuk script pythonnya bisa di cari di seantero internet dan umumnya seperti berikut ini :
import RPi.GPIO as GPIO #library Rpi sebagai input output lewat python import time GPIO.setmode(GPIO.BCM) #pilih GPIO pin yang dekat-dekat ground aja #semua GPIO di Pull UP GPIO.setup(17, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP)#TombolGPIO17 GPIO.setup(27, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP)#TombolGPIO27 GPIO.setup(22, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP)#TombolGPIO22 try: while True: button_state1 = GPIO.input(17) button_state2 = GPIO.input(27) button_state3 = GPIO.input(22) if button_state1 == False: #logic 0 ketika ditekan print('Tombol 1 ditekan...') elif button_state2 == False: print('Tombol 2 ditekan...') elif button_state3 == False: print('Tombol 3 ditekan...') time.sleep(0.2) except: GPIO.cleanup()
Dan hasilnya bisa dipastikan lancar keluar text pada console/terminal saat tombol ditekan
Terlalu gampang bagi saya dan kini ingin mengeluarkan suara dan menampilkan gambar saat menekan tombol. Kita gunakan library pygame sebagai pemutar mp3 dan aplikasi linux feh untuk menampilkan gambar. Hubungkan raspberry pi dengan kabel HDMI menuju TV Monitor dan Scriptnya seperti berikut ini :
import RPi.GPIO as GPIO import time import pygame import os os.system ('xset s activate') #membunuh screen saver, tapi ini dulu export DISPLAY=:0.0 GPIO.setmode(GPIO.BCM) GPIO.setup(17, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP)#Button to GPIO GPIO.setup(27, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP) GPIO.setup(22, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP) pygame.mixer.init() #mixer suara try: while True: button_state1 = GPIO.input(17) button_state2 = GPIO.input(27) button_state3 = GPIO.input(22) if button_state1 == False: print('Ini tombol 1 broo...') os.system ('feh --hide-pointer -x -q -B black -F -Z "satu.png" &') pygame.mixer.music.load("nomer1.mp3") pygame.mixer.music.play(1) elif button_state2 == False: print('Iki tombol 2 jeeehh...') os.system ('feh --hide-pointer -x -q -B black -F -Z "dua.png" &') pygame.mixer.music.load("nomer2.mp3") pygame.mixer.music.play(1) elif button_state3 == False: print('Kepencet tombol telu boz...') os.system ('feh --hide-pointer -x -q -B black -F -Z "tiga.png" &') pygame.mixer.music.load("nomer3.mp3") pygame.mixer.music.play(1) time.sleep(0.2) while pygame.mixer.music.get_busy() == True: pass except: GPIO.cleanup()
Sesuaikan gambar yang anda punya dan juga suara yang ingin didengarkan sebaiknya dalam satu folder aja. Jangan lupa jika anda menggunakan terminal ssh untuk terhubung dengan raspberry pi maka jalankan dulu "export DISPLAY=:0.0" agar output seperti video berikut tampil pada layar TV :
Masih kurang puas kita tampilkan video + mp 3 yuk saat tombol ditekan...gunakan VLC sebagai pemutar videonya.
import RPi.GPIO as GPIO import time import pygame import os import subprocess os.environ['DISPLAY'] = ":0" GPIO.setmode(GPIO.BCM) GPIO.setup(17, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP)#Button to GPIO23 GPIO.setup(27, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP) GPIO.setup(22, GPIO.IN, pull_up_down=GPIO.PUD_UP) pygame.mixer.init() # ================================= # >>>> code here to turn screen ON # ================================= # forse display on, disable dpms and set screensaver off subprocess.call('XAUTHORITY=~pi/.Xauthority DISPLAY=:0 xset dpms force on && xset -dpms && xset s off', shell=True) #vlc vid = subprocess.Popen(['vlc','bali.mp4','-L','-f','-q','&'], shell=False) def putar(musik): pygame.mixer.music.load(musik) pygame.mixer.music.set_volume(1.0) pygame.mixer.music.play(1) time.sleep(5) try: while True: button_state1 = GPIO.input(17) button_state2 = GPIO.input(27) button_state3 = GPIO.input(22) if button_state1 == False: print('Button 1 is Pressed...') putar("survey1.mp3") elif button_state2 == False: print('Button 2 is Pressed...') putar("survey2.mp3") elif button_state3 == False: print('Button 3 is Pressed...') putar("survey3.mp3") time.sleep(0.2) while pygame.mixer.music.get_busy() == True: pass except: vid.terminate() GPIO.cleanup()
Pingin tau hasilnya ?
Tutorial lengkap melalui yotube dapat anda simak di video berikut ini :