Semua Tentang Belajar Teknologi Digital Dalam Kehidupan Sehari - Hari

  • IC Timer 555 yang Multifungsi

    IC timer 555 adalah sirkuit terpadu (chip) yang digunakan dalam berbagai pembangkit timer, pulsa dan aplikasi osilator. Komponen ini digunakan secara luas, berkat kemudahan dalam penggunaan, harga rendah dan stabilitas yang baik

  • Ayo Migrasi TV Digital

    Kami bantu anda untuk memahami lebih jelas mengenai migrasi tv digital, apa sebabnya dan bagaimana efek terhadap kehidupan. Jasa teknisi juga tersedia dan siap membantu instalasi - setting perangkat - pengaturan antena dan distribusi televisi digital ke kamar kos / hotel

  • Bermain DOT Matrix - LOVEHURT

    Project Sederhana dengan Dot Matrix dan Attiny2313. Bisa menjadi hadiah buat teman atau pacarmu yang ulang tahun dengan tulisan dan animasi yang dapat dibuat sendiri.

  • JAM DIGITAL 6 DIGIT TANPA MICRO FULL CMOS

    Jika anda pencinta IC TTL datau CMOS maka project jam digital ini akan menunjukkan bahwa tidak ada salahnya balik kembali ke dasar elektronika digital , sebab semuanya BISA dibuat dengan teknologi jadul

  • Node Red - Kontrol Industri 4.0

    Teknologi kontrol sudah melampaui ekspektasi semua orang dan dengan kemajuan dunia elektronika, kini semakin leluasa berkreasi melalui Node Red

Senin, 16 November 2020

SCTV & INDOSIAR hadir (kembali) di jalur TV digital di kota surabaya

 


Emtek atau Elang Mahkota Teknologi merupakan Grup Induk dari  tiga saluran televisi: SCTV, Indosiar, dan O Channel. SCTV merupakan salah satu saluran televisi tidak berbayar terkemuka yang berlingkup nasional dengan jumlah pemirsa lebih dari 160 juta di lebih dari 240 kota di seluruh Indonesia. Indosiar merupakan salah satu saluran televisi tidak berbayar terkemuka di Indonesia. Sedangkan O-Channel Jakarta menyiarkan acara gaya hidup dan hiburan bagi masyarakat ibukota.


Jalur televisi digital teresterial dari Emtek Group sempat mengudara pada DVB-T2 di kota besar Indonesia termasuk surabaya sekitar tahun 2013 dan menghilang pada 2014 seiring dibatalkannya proyek digitalisasi oleh Mahkamah Konstitusi pada tahun 2014. Padahal digitalisasi televisi akan membebaskan Pita frekuensi 700 MHz yang merupakan rentang frekuensi umum digunakan untuk siaran televisi terestrial di seluruh dunia. Rentang ini merupakan pita frekuensi ‘emas’ karena ideal untuk layanan akses internet broadband.



Dengan migrasi teknologi digital, maka dari 328 MHz yang saat ini seluruhnya digunakan untuk penyiaran televisi teknologi analog, akan dihasilkan penggunaan efisiensi spektrum yang disebut dengan Digital Dividen sebesar 112 MHz dan total bandwidth 90 MHz yang dapat digunakan untuk menambah kapasitas, jangkauan dan kualitas internet broadband di tanah air.




Kabar gembira hadir di bulan oktober - november 2020 dengan mengudaranya kembali siaran Digital Teresterial dari group Emtek di luar kota jakarta. Untuk kota surabaya kembali mengudara pada frekuensi lamanya di 538 MHZ atau saluran 29 UHF. 




Jadi silahkan scan pesawat TV anda yang sudah support DVB-T2 atau menggunakan Set Top Box tv digital untuk menyaksikan sinetron "Ku Menangis" lebih kinclong dilayar televisi anda.




Untuk panduan, kami telah review beberapa merek STB digital yg sudah ada di pasaran dan anda kini bisa bandingkan sesuai fasilitas dan keunggulannya :


Matrix Apple     - Polytron PDV 600T2   - Venus Cabe Rawit  - Evinix H-1  - Akari ADS-2230


Bagi anda yg berada di lokasi lain di Nusantara dapat juga membaca update perkembangan  migrasi TV digital di  kota-kota besar seluruh Indonesia :

Surabaya  MNC  ,  EMTEK , VIVA )

Malang

Jember 

Kediri

Jombang & Mojokerto

Madiun

Jogja

Semarang

Banjarmasin

Makasar

Medan

Palembang

Perbatasan Malaysia

Share:

Jumat, 06 November 2020

Kegilaan SpaceX pasang "BTS" di luar angkasa - STARLINK

 


Penantian selama setahun menunggu keberhasilan peluncuran "BTS" diluar angkasa oleh si gila Elon musk akhirnya dapat dirasakan oleh publik melalui program BETA tester di amrik sana. Apa kata orang amrik yang saya baca dan liat dari beberapa review ya masih rata-rata belum puas seperti yang saya baca di salah satu website teknologi. Begini kutipannya :

"Alat ini tidak bekerja dengan baik dengan kondisi hutan yang banyak pohon yang lebat / pohon menghalangi pandangan, yah tidak seperti yang diharapkan," kata sang BETA tester. "Saya hanya dapat terhubung sekitar lima detik pada satu waktu. Pastikan Anda memiliki pemandangan langit sejelas mungkin!"


Layanan beta publik Starlink seperti gambar diatas ini berharga $ 100 sebulan ditambah biaya pengaturan $ 499 untuk terminal pengguna, tripod dan router Wi-Fi. Dengan harga segitu banyak yang terkejut dengan rendahnya biaya terminal pengguna.

Sementara $ 499 cukup tinggi dibandingkan dengan peralatan standar untuk peralatan pengguna broadband kabel optik, dan dirasa bahwa terminal dalam versi beta ditawarkan di bawah biaya asli (bakar uang nihh). Musk pada bulan Mei mengatakan bahwa tantangan terbesar adalah membuat biaya terminal pengguna ke tingkat yang terjangkau. Padahal menurut Wondering-coder, antena Starlink saja harus berharga ribuan dolar.

"Semuanya memiliki kualitas rakitan yang ekstrem, dan ini bekerja secara signifikan lebih baik daripada yang pernah saya bayangkan. Rasanya seperti gadget dari masa depan. Mengingat harga ponsel kelas atas dalam kisaran $ 1.000, saya benar-benar kagum denganyang saya dapatkan. Dan dengan harga setup berkisar ~ $ 500, jadi saya review positif terhadap layanan ini, " ujar reviewer ini.

"Antena itu sendiri sepertinya berharga ribuan dolar, jadi saya hanya ingin berbagi betapa beruntungnya saya memiliki akses ke alat ini."





Memang proyek ini masih dalam tahap yang masih "bayi" dan dapat dikatakan elon musk membakar uang dengan membangun "BTS" di luar angkasa. Apalagi tantangan muncul karena konstelasi satelit starlink akan mengacaukan pengamatan bintang oleh para astronomer baik di observatorium atau para amatir dirumah. Jadi dapat dimaklumi akan masih lumayan lama prosesnya menuju ke layanan internet luar angkasa yang dimimpikan akan di nikmati dari belahan bumi manapun.

Bagaimana dengan spektrum frekuensi yang digunakan ? Berikut ini yang saya dapatkan dari beberapa sumber di internet :




Dan seperti yang sering dibahas pada blog ini mengenai tv parabola mini, kebetulan saja starlink menggunakan spektrum KU Band yang sama mirip dengan yang digunakan oleh siaran TV satelit. Apakah akan mengganggu ? Mungkin saja akan mengganggu apabila ada frekuensi yang secara kebetulan "NUMPUK" dengan frekuensi transponder TV satelit kesayangan. Mari kita lihat saja beberapa tahun kedepan apakah akan ada pertentangan atau bahkan malah akan berdamai mengingat generasi anak muda jaman sekarang sudah jarang menonton "TV" tapi cenderung menonton "STREAMING". 

Ya tidak dipungkiri lagi Elon Musk layaknya ahli nujum yang seperti ada "pewisik" nya dari masa depan yang membisikinya apa yang akan laku dijual di masa depan..Doraemon kah pewisik nya ? hehehehe






Share:

Rabu, 21 Oktober 2020

Migrasi TV Digital di Jakarta dan Iklan Antena yg Menyesatkan



Iklan diatas sepertinya muncul terus baik di iklan online, surat kabar, dan sampai di televisi, antena baru yang katanya "revolusioner" diiklankan yang mengklaim akan menggantikan televisi kabel dan dengan hanya menempelnya pada dinding rumah kamu, lalu bisa mendapatkan siaran premium macam CNN , FOX SPORT dan sebagainya. Benarkah itu ?

Penipuan yang menyesatkan ini telah ada selama beberapa tahun dan di Indonesia muncul saat toko online makin menjamur. Karena migrasi Televisi digital di Indonesia terbilang sangat telat adalah alasan utama iklan ini baru muncul belakangan. Jika di luar negeri sana yg ASO (Analog Switch Off) nya sudah selesai, iklan Antena ajaib untuk siaran OTA (over-the-air)  itu sudah lama muncul pada iklan koran dan majalah dengan tajuk utama yang berani seperti "Penemuan Baru ...Tidak Perlu Lagi Bayar TV Kabel dan Tagihan TV satelit. " Ujungnya sama saja dengan beberapa teman saya yg tergiur iklan dan  menghabiskan lebih dari  250 ribu untuk membeli antena dasi kupu-kupu yang sedikit didandani yang hampir tidak cocok untuk menerima stasiun TV UHF ANALOG. Jadi harus migrasi TV DIGITAL biar jernih ?



Tetap saja antena outdoor lebih ampuh untuk transmisi gambar baik analog maupun digital. Spektrum televisi di Indonesia lebih banyak pada frekuensi UHF (400 - 800 MHz) yang mementingkan kondisi Line Of Sight yang kalau diartikan dalam pemahaman kita "tanpa halangan" . Ya mungkin kalau lokasi kamu di Jakarta dengan kondisi pemancar tinggi di wilayah BOGOR akan mendapat siaran yang lumayan bagus apalagi dekat pemancar. Cukup Paper Clip dicolokkan ke jack antena TV pun hasilnya akan jernih ! 


Antena TV mungkin tampak seperti peninggalan zaman dulu, ketika jumlah saluran yang Anda terima dapat dihitung dengan satu tangan. Tetapi ketika konsumen mencoba memangkas tagihan TV kabel dan satelit yang terus meningkat, dan pandemi yang corona yang semakin mencekik perekonomian, antena " tulang iklan " harusnya bisa membuat gerakan : AYO ! kembali pake antena UHF.


Consumer Reports dari Amerika Serikat baru saja menyelesaikan pengujian sekelompok antena TV dalam ruangan dari semua bentuk dan ukuran di rumah-rumah perkotaan dan pinggiran kota, dan menemukan bahwa sebagian besar lokasi ini dapat menerima lusinan saluran udara gratis. (Antena luar ruangan cenderung berkinerja lebih baik daripada antena TV dalam ruangan, tetapi tidak praktis untuk semua orang.)


Itu kabar baik bagi semakin banyak orang yang membuang paket kabel tradisional dan beralih menggunakan layanan streaming seperti Netflix dan Amazon Prime. Antena biasa dapat memasok TV  mereka tanpa syarat aneh - aneh, dengan saluran tv nasional lengkap termasuk tv swasta lokal daerah dan siaran lainnya.


Dan jika anda berlangganan layanan pengganti TV kabel jadul menjadi streaming yang menghadirkan saluran seperti FOX Movies dan NatGeo, anda mungkin masih menginginkan antena UHF itu. Layanan ini — yang mencakup MNCPlay, Vidio, Disney+, Mola TV, dan YouTube — tidak selalu menyediakan program lokal. Antena TV dalam ruangan  seperti gambar paling atas mungkin bisa memanfaatkan celah itu sebagai cuan atau keuntungan dagang.




Jika kamu tinggal di dekat pasar TV besar, anda mungkin akan mendapatkan banyak stasiun lokal — Trans TV, RCTI, SCTV, INDOSIAR dan sebagainya — hanya dengan menggunakan antena TV. Situs web seperti kominfo dan aplikasi android : Sinyal TV Digital, dapat memberi anda gambaran tentang stasiun mana yang mungkin  anda terima di seputaran lokasi tempat tinggal.


Sebagai bonus, kualitas gambar yang anda dapatkan dari antena TV dalam ruangan mungkin lebih baik daripada yang Anda dapatkan dari kabel. “Sinyal mungkin kurang dikompresi,” kata Claudio Ciacci, penguji televisi utama untuk Consumer Reports. Selain antena TV, yang Anda butuhkan untuk menonton stasiun lokal anda adalah TV yang dilengkapi dengan TV tuner digital, sesuatu yang disertakan di hampir semua TV sejak tahun 2010 keatas.


Jika menggunakan antena outdoor siaran TV digital yang didapat di seputaran Jabodetabek adalah seperti berikut :









Share:

Sabtu, 10 Oktober 2020

Sejarah Satelit Indonesia Yang Gagal Beroperasi

 


Peluncuran satelit merupakan suatu kegiatan yang memiliki tingkat resiko kegagalan yang sangat tinggi. Tidak heran para produsen satelit dan penyedia jasa peluncuran mensyaratkan asuransi kepada para pembelinya. Bukan hanya kegagalan saat peluncuran melalui roket yang sangat berbahaya, seperti halnya kegagalan challenger 1985 meledak saat throtle up, ada juga kemungkinan gagalnya proses pemindahan ke orbit dan bahkan kegagalan elektronik yang bisa membuat para akuntan di perusahaan asuransinya rontok rambutnya. Mungkin hanya gatutkaca yang bisa diajak kerjasama untuk memperbaiki satelit yang orbitnya 36 ribu kilometer diatas katulistiwa.

Berikut ini beberapa cerita mengenai kegagalan peluncuran satelit yang pernah di alami oleh negara kita Indonesia.


PALAPA B2


Palapa B2 adalah satelit generasi kedua yang dibuat oleh Boeing Satellite Development Center untuk Perumtel (kini Telkom Indonesia ). Satelit ini diluncurkan menggunakan pesawat ulang-alik challenger STS 41B pada tahun 1984 yang seingat penulis di tayangkan secara live oleh TVRI. Namun saat diluncurkan melalui dek kapal chalenger, satelit gagal mencapai orbit geosynchronous karena kegagalan fungsi roket apogee. Sattel Technologies (California) membeli satelit dari grup asuransi  dan mengontrak NASA untuk mengambilnya. 




Pengambilan terjadi pada November 1984 di STS-51A. Sattel juga mengontrak Hughes Aircraft Company (pabrikan asli) dan McDonnell Douglas (penyedia layanan peluncuran) untuk memperbarui dan meluncurkan kembali satelit, kemudian berganti nama menjadi Palapa B2-R (refurbished). Peluncuran kembali pada bulan April 1990 berhasil, dan hak milik dialihkan kembali ke Indonesia.


courtesy of : http://www.sattel.com/life_of_palapa_b2.htm


PALAPA C1


Satelit milik PT Satelindo ini diluncurkan oleh Hughes Space and Communications Company dan berhasil masuk orbit 113 E pada tanggal 31 januari 1996. Pihak satelindo menyatakan satelit tersebut tidak dapat digunakan setelah terjadi anomali tenaga listrik yaitu pada bagian charging baterainya. Klaim asuransi telah dibayarkan dan hak milik dipindahkan ke Hughes Space and Communications Company. Satelit kemudian bernama HGS-3 kemudian diakuisisi oleh Pakistan dari M / S Hughes Global Services dengan "Sewa Waktu Penuh" dan dipindahkan ke slot yang dipesan Pakistan di orbit 38 E.

Pemerintah Pakistan menyetujui akuisisi tersebut pada 3 Juli 2002 dan kesepakatan dengan Hughes Global Services disepakati pada 6 Agustus 2002. Satelit mulai pindah ke slot barunya pada tanggal 5 Desember 2002 dan mengalami perubahan nama dari Anatolia-1 menjadi PAKSAT-1 pada tanggal 18 Desember 2002. 

Setelah serangkaian manuver orbit, Satelit distabilkan di lokasi akhirnya pada tanggal 20 Desember 2002 dengan kemiringan 0 derajat. Satelit tersebut berada pada posisinya di lokasi orbit berlisensi Pakistan, 38 ° Bujur Timur.  Walau hanya bisa berfungsi normal pada siang hari ternyata satelit ini digunakan oleh pihak pakistan sampai lebih 15 tahun kemudian.


PALAPA D



Satelit Palapa D diluncurkan di Xichang Satellite Launch Center (XSLC) , kurang lebih 64 km di barat laut dari kota Xichang di provinsi Sichuan, Cina menggunakan wahana luncur Chang Zheng 3B pada tanggal 31 Agustus 2009. Peluncuran ini merupakan peluncuran pertama yang dilakukan oleh Cina dalam rentang waktu 4 bulan sebelumnya, dan yang ke-13 bagi roket Chang Zeng 3B.

Beberapa jam setelah peluncuran NASA Spaceflight sempat mengabarkan bahwa terjadi kegagalan pada roket dalam menempatkan Palapa D di orbitnya Kantor berita Cina, Xinhua menerangkan bahwa telah terjadi kegagalan pada ignisi ke-2 di tingkatan ke 3 roket Long March. Teknisi Thales Alenia kemudian turun tangan untuk "menangkap" satelit ini dan mengembalikannya ke jalur aslinya sehingga beberapa jam setelah itu perwakilan Thales menyatakan bahwa Palapa D telah berada dalam keadaan normal dan dapat melakukan manuver di orbitnya.

Manuver penyelamatan satelit ini mengakibatkan berkurangnya bahan bakar yang diperlukan untuk mempertahankan Satelit di orbitnya sehingga masa operasi satelit turut berkurang dari 15 tahun yang direncanakan. Presiden Thales Alenia Space menyatakan bahwa bahan bakar yang tersisa masih akan cukup untuk mengoperasikan satelit Palapa D selama sekitar 10 tahun.


NUSANTARA 2




Seperti tidak mau belajar pada kesalahan peluncuran satelit menggunakan operator dari tiongkok, padahal space x telah sukses meluncurkan telkom 4 / merah putih dan Brisat, pada masa pandemi corona 2020 mengguncang tiongkok, terasa aroma bakal ada kegagalan nya sudah dirasakan semua orang. Ya karena sudah kontrak tetap saja harus meluncur nih satelit pengganti Palapa D yang mulai oleng bahan bakar habis dan condong inklinasinya makin gede. 

"Peluncuran satelit Nusantara 2 mengalami beberapa kendala roket peluncur yang mengakibatkan tahap ketiga, beberapa menit sebelum memasuki orbit, satelit tersebut gagal, atau lose, atau hilang," ujar Johnny dalam keterangan pers secara virtual, Jumat (10/4).

Johnny membeberkan satelit Nusantara 2 telah meluncur dengan aman dengan bantuan roket pendorong Long March 3B dari Xichang Satellite Launch Center (XSLC), China, sekitar pukul 18.46 waktu. Namun, Johnny mengatakan roket mengalami gangguan pada tahap ketiga jelang menuju orbit.

Dan benar saja terbukti perasaan "kurang enak" yang dirasakan oleh saya dan sebagian orang, dan memaksa penyedia layanan TV melakukan migrasi besar-besaran ke Telkom 4 dan seperti mendapat rejeki durian runtuh BUMN yang kinclong ini.  Untungnya sampai tulisan ini dibuat satelit PALAPA D masih tetap mengudara dengan normal, mungkin sempet beli bensin kali ya di orbit sana ? hehehehehe

Share:

Kontak Penulis



12179018.png (60×60)
+628155737755

Mail : ahocool@gmail.com

Site View

Categories

555 (8) 7 segmen (3) adc (4) amplifier (2) analog (19) android (14) antares (11) arduino (28) artikel (11) attiny (3) attiny2313 (19) audio (5) baterai (5) blog (1) bluetooth (1) chatgpt (2) cmos (2) crypto (2) dasar (46) digital (11) dimmer (5) display (3) esp8266 (26) euro2020 (13) gcc (1) gsm (1) iklan (1) infrared (2) Input Output (3) iot (76) jam (7) jualan (12) kereta api (1) keyboard (1) keypad (3) kios pulsa (2) kit (6) komponen (17) komputer (3) komunikasi (1) kontrol (8) lain-lain (8) lcd (2) led (14) led matrix (6) line tracer (1) lm35 (1) lora (11) lorawan (2) MATV (1) memory (1) metal detector (4) microcontroller (70) micropython (6) mikrokontroler (2) mikrokontroller (14) mikrotik (5) modbus (9) mqtt (3) ninmedia (5) ntp (1) paket belajar (19) palang pintu otomatis (1) parabola (88) pcb (2) power (1) praktek (2) project (33) proyek (1) python (8) radio (28) raspberry pi (9) remote (1) revisi (1) rfid (1) robot (1) rpm (2) rs232 (1) script break down (3) sdcard (3) sensor (2) sharing (3) signage (1) sinyal (1) sms (6) software (18) solar (1) solusi (1) tachometer (2) technology (1) teknologi (2) telegram (2) telepon (9) televisi (167) television (28) telkomiot (5) transistor (2) troubleshoot (3) tulisan (94) tutorial (108) tv digital (6) tvri (2) vu meter (2) vumeter (2) wav player (3) wayang (1) wifi (3) yolo (7)

Arsip Blog

Diskusi


kaskus
Forum Hobby Elektronika