Wew.. jadul banget tampilan web legendaris rujukan para peng-Hobby tv parabola lyngsat.com. Gambar diatas merupakan hasil dari web archive, snapshot kembali ke masa lalu jaman internet baru saja lahir. Waktu itu website untuk mencari parameter tv satelit ada 3 seingat saya yaitu lyngsat, satcodx dan apsattv. Jika era parabola analog cukup dengan memutar tombol tuning sambil perhatikan layar tv apakah semut atau ada raster gambar burem (artinya ada siaran di TP itu) lalu puter skew polaritas servo dikit-dikit sampai muncul gambar dan suara jernih. Ini tidak menjadi lebih mudah di-era satelit digital ketika receiver atau STB jaman itu masih harus memasukkan parameter frakuensi transponder, bitrate dan sid secara manual.
Nah ini nih receiver legendaris yang hadir di tahun 1992 dan kemudian membuat geger ketika semua siaran tv nasional lewat parabola melakukan migrasi dari transmisi analog menjadi digital yang dimulai pada tahun 1999. Banyak suara konsumen parabola (yang sumbang) tampil di media cetak maupun elektronik saat itu. Maklumlah waktu itu kita baru saja keluar dari krismon dan televisi menjadi satu-satunya hiburan (di daerah tanpa jangkauan tv uhf) ditengah himpitan ekonomi yg menyebabkan harga bensin premium dari 700 rupiah menjadi 2500 per liter. Hasilnya banyak parabola yang di "tumbangkan" sampai beberapa tahun saat harga receiver DVB-S mulai terjangkau.
Blog ini mengkuti terus perkembangan digitalisasi televisi, sampai akhirnya di tahun 2008 saat olimpiade beijing berlangsung, TVRI melakukan launching pertama kalinya TV digital dan diresmikan oleh pak menteri M Nuh (dosen saya kuliah) serta disaksikan presiden SBY waktu itu. Memang saya sudah mengetahui negara maju seperti australia dan amerika serikat sudah melakukan ASO sejak 2003 dan 5 tahun telat ya gpp lah. Namun seperti cerita yg pernah saya tulis di blog ini, terjadi kegaduhan di 2012 saat teknologi tv digital lewat antena UHF yang sebelumnya menggunakan standar DVBT di upgrade menjadi teknologi DVBT2. Banyak peng-import STB digital yg harus gigit jari barangnya gak bisa dijual.
Hubungi kami jika anda terkendala seting TV digital di wilayah Surabaya dan sekitarnya :
TV Digital Pasti Jernih
Jl. Ikan Mujaer No.7 P, Perak Bar., Kec. Krembangan, Kota SBY, Jawa Timur 60177
0815-5737-755
Bahkan hebohnya tambah lagi, saat muncul keanehan pada baliho sosialisasi migrasi tv digital yang lebih besar porsi gambar selfie dari pak menteri Tifatul Sembiring (hampir 80%) dibandingkan sosialisi siarta waktu itu. Kehebohan gak berhenti disini karena migrasi ini digagalkan pihak TV jaringan terbesar di negeri ini dan mux digital banyak yg ikutan turun dari udara di tahun 2014. Ribut-ribut migrasi tv ini akhirnya berhenti juga namun muncul kembali saat UU cipta karya OMNIBUS LAW meng-gas-kan kembali ASO karena negara kita mendapat teguran dari ITU (lembaga pbb bidang telekomunkasi).
Duhh kok senengnya bikin heboh ya ? Apakah ini disengaja karena ada yang akan diuntungkan dengan keadaan serba tidak jelas ? Seperti tangkapan pada layar whatsapp saya kemarin malam.
Kebingungan yang sama terjadi pada keluarga saya di bali utara yg juga pengguna parabola, sama persis dengan chat dari rekan pembaca blog dari Sulawesi Barat. Jadi saya rangkum kesalahan sosialisasi yg awam ditemukan di masyarakat.
1. TV digital bukan TV streaming atau youtube
Ini jelas diakibatkan karena proses migrasi tv digital di Indonesia yg sangat telat sehingga masyarakat yg sudah lebih dulu mengenal youtube atau layanan streaming, sudah terlanjur mengangap cara menonton televisi mereka sudah "digital". Hal ini tidak terjadi di negara lain dikarenakan proses migrasi tv digital di negara mereka sudah dilaksanakan sebelum penetrasi TV platform OTT lewat smartphone menjamur di masyarakat.
Bahkan saat saya ikut meeting lewat zoom mengenai sosialisasi migrasi TV digital, ada oknum nara sumber dari kementrian terkait yang dengan entengnya menyebut " Era tv digital akan menumbuhkan banyak konten kreator dan akan memudahkan masyarakat melakukan belanja secara online". Begitu membagongkannya bapak eslon 2 yg hampir pensiun itu, ya maklumlah kurang mendapatkan informasi yang benar di kementriannya.
2. Televisi Digital tetap menggunakan antena UHF biasa
Kehebohan migrasi ini ditunggangi oleh spekulan penjual antena TV dengan embel-embel "DIGITAL READY" bahkan dengan iklan di media sosial menampilkan tayangan tv berbayar macan CNN dan Sky Sport akan dapat ditangkap oleh tv anda jika menggunakan antena indoor tipis yang mereka jual. Ini penipuan karena untuk mrnonton TV Digital tetap saja menggunakan antena UHF standar yang digunakan sebelumnya dan diharapkan jangan menggunakan antena indoor yang tipis dan kecil karena itu hanya untuk mereka yang berada di lokasi perkotaan (jarak max pemancar 5 km).
3. Pastikan ada berada pada jangkauan pemancar / Mux TV Digital terdekat
Jangan terburu-buru membeli STB DVB-T2 atau TV LED genersi terbaru sebelum mengecek apakah tetangga sekitar kamu sudah mendapatkan sinyal digital di televisi mereka. Gunakan aplikasi android diatas yg cukup membantu masyarakat untuk melihat jangkauan tv digital di daerah sekitar. Namun cara termudah adalah tetap menggunakan akal sehat, cari teknisi tukang televisi atau orang pintar, guru, pejabat setempat dan tanyakan : " Bapak..apakah sudah ada sinyal tv digital ke desa kami ?" Jangan lupakan juga ada program bagi-bagi STB ke masyarakat kurang mampu dari pemerintah dan tentu saja perangkat desa sudah mendapatkan sosialisasi dari pemerintah.
4. BAGI PENGGUNA PARABOLA TV ANDA SUDAH DIGITAL SEJAK 1999 , JANGAN TERGIUR BELI STB TV DIGITAL DARI ONLINE
Bagi mereka yang tidak terjangkau siaran tv UHF dan menggunakan parabola untuk menonton TV, JANGAN PANIK ! Televisi bapak dan ibu, kakak adik diseluruh pelosok nusantara yang menggunakan parabola itu sudah DIGITAL. Siaran TV nasional yg beberapa tahun belakangan hilang dari channel parabola (gelap / diacak) murni karena bisnis semata dan diharapkan menggunakan receiver terbaru seperti contoh pada gambar. Jadi jangan ganti dengan STB Digital lagi ya, cari informasi yang benar pada teknisi parabola terdekat anda.
Ini menjadi PR yang mungkin berat bagi kementrian terkait untuk menggiatkan kembali sosialisasi ASO - Migrasi TV digital. Diharapkan selain petugas sosialisai mendapatkan SPJ untuk jalan-jalan ke pelosok, ya gak ada salahnya membantu masyarakat untuk lebih memahami migrasi TV digital. Kepuasan anda bekerja akan lebih nikmat walau hanya dengan hal sepele, melihat senyum kepuasan masyarakat pelosok mendapatkan hiburan TV yang jernih dan acaranya beragam, yang terpenting TANPA di ACAK saat program favoritnya ditayangkan.