Semua Tentang Belajar Teknologi Digital Dalam Kehidupan Sehari - Hari

  • IC Timer 555 yang Multifungsi

    IC timer 555 adalah sirkuit terpadu (chip) yang digunakan dalam berbagai pembangkit timer, pulsa dan aplikasi osilator. Komponen ini digunakan secara luas, berkat kemudahan dalam penggunaan, harga rendah dan stabilitas yang baik

  • Ayo Migrasi TV Digital

    Kami bantu anda untuk memahami lebih jelas mengenai migrasi tv digital, apa sebabnya dan bagaimana efek terhadap kehidupan. Jasa teknisi juga tersedia dan siap membantu instalasi - setting perangkat - pengaturan antena dan distribusi televisi digital ke kamar kos / hotel

  • Bermain DOT Matrix - LOVEHURT

    Project Sederhana dengan Dot Matrix dan Attiny2313. Bisa menjadi hadiah buat teman atau pacarmu yang ulang tahun dengan tulisan dan animasi yang dapat dibuat sendiri.

  • JAM DIGITAL 6 DIGIT TANPA MICRO FULL CMOS

    Jika anda pencinta IC TTL datau CMOS maka project jam digital ini akan menunjukkan bahwa tidak ada salahnya balik kembali ke dasar elektronika digital , sebab semuanya BISA dibuat dengan teknologi jadul

  • Node Red - Kontrol Industri 4.0

    Teknologi kontrol sudah melampaui ekspektasi semua orang dan dengan kemajuan dunia elektronika, kini semakin leluasa berkreasi melalui Node Red

Senin, 20 Februari 2023

Pentingnya Balun Pada Driven Antena UHF di Era TV Digital, Begini Cara Merangkai

 




Seperti yang dipelajari pada teori propagasi sinyal, antena penerima TV UHF pada dasarnya merupakan dipole setengah panjang gelombang yang memiliki cara kerja kasarnya seperti pada gambar diatas. Jadi semisal siaran pada kanal 35 UHF atau frekuensi 586 Mhz maka panjang dipole yang digunakan sekitar 25 cm. Namun dapat diperhatikan ketika kabel pembawa yang digunakan balance 300 ohm ( berbentuk pipih biasanya pada antena tv era 80an ) maka akan terjadi sedikit kekurangan yaitu adanya radiasi elektromagnetik saling "menghilangkan" akibat perbedaan polaritas dari kedua elemen sinyal pada kabel dimana sinyal 1/4 lambda berada pada phase yang berlawanan polaritas dan ujungnya sinyal melemah pada penerimaan dan kemungkinan yg tersisa hanya noise gangguan saja.







Kemudian munculah feed cable yang lebih tahan terhadap noise yaitu coaxial 75 ohm dimana anyaman konduktor luar yang terbubung dengan ground akan 100% menghilangkan noise yang muncul di antena. Namun sesuai gambar diatas maka akan terjadi tidak "match" nya impedansi dipole dengan kabel akibat unbalance feed. Secara orang awam dapat digambarkan adanya dipole yg mubaszir pada 1/4 lambda.  Lalu bagaimana memanfaatkan sinyal 1/4 lambda yang terbuang ke ground ? Disinilah teori dan praktek para jenius era tahun 40-50 an menggunakan prinsip "delay" menggunakan perangkat tambahan yang dipanggil dengan istilah BALUN.



Untuk membahas teori bisa membaca pada bagian sebelumnya disini.






Para jenius berpikir dengan men "delay" sinyal 1/4 lambda pada dipole dengan memberikan kabel sepanjang 1/2 lambda dan memfeedkannya kembali ke transmisi coax. Dapat dilihat pada balun PCB pada gambar kiri atas terdapat jalur pcb yang di zig-zag sedemikian rupa untuk membuat balun. Sedangkan pada balun transformer di kanan delaynya diberikan secara elektromagnetik melalui prinsip induksi. Memang sangat teoritis namun kita sebagai orang lapangan harus paham dan yang terpenting bisa merangkainya secara benar. Perangkat yang membuat "BALance menjadi UNbalance" ini sering dinamakan BALUN 4:1  karena secara teoritis Z impedance dipole 300 ohm dirubah menjadi match dengan impedance kabel coax 75 ohm..





Gambar diatas merupakan balun UHF yang banyak beredar dipasaran dengan harga murah sekitar 5000 rupiah saja namun banyak yg memasangnya asal-asalan. Saya mencontohkan saja pemasangan balun UHF sesuai standar yg dipakai produsen antena terkenal PF antena:


1. Pisahkan antara kabel arah simpul atas dan kabel simpul bawah, sebaiknya disepakati apakah akan menggunakan simpul beda warna atau sama warna. Kalau saya lebih memilih simpul atas sama warna dan simpul bawah beda warna.

2. Kabel arah atas, 2 kabel sama warna (semisal putih) di sambung /solder sedangkan sisanya yang berwarna merah masing-masing masuk ke elemen dipole/driven

3. Kabel arah bawah di gabungkan/simpul secara beda warna sehingga menjadi 2 simpul dan dihubungkan menuju TV atau STB melalui kabel coaxial





Dengan menggunakan balun yang tepat maka cukup menggunakan antena indoor seperti ini saja untuk mendapatkan tangkapan yang cukup bagus.



Terbukti dengan jarak sekitar 25 km dari pemancar dapat diterima dengan kualitas yang sangat memuaskan. Selamat Mencoba.

Share:

Jumat, 17 Februari 2023

Pentingnya Balun Pada Driven Antena UHF di Era TV Digital, Bagaimana Dasar Teorinya ?

 



Ketika bintik "semut " masih bisa ditemui pada layar televisi, umumnya ini dianggap biasa oleh para penikmat televisi asalkan suara dan wajah pemeran sinetron masih berupa wajah cantik artisnya. Ini akan menjadi masalah ketika pesawat TV nya di migrasikan menjadi penerima siaran tv Digital yang memiliki batas threshold  level C/N ratio atau carier to noise ratio yang dapat mengakibatan perbedaan yg sangat jauh dari penerimaan TV jaman analog. Sehingga saya banyak menemukan kasus di pelanggan yg merasa kecewa tidak mendapatkan sinyal di STB digitalnya padahal sebelumnya baik-baik saja sebelum migrasi digital.


Dari sebuah Skripsi S-1 pada elektro ITS, didapatkan bahwa : salah satu parameter kunci untuk menguji kinerja sistem penyiaran digital adalah nilai C / N (rasio RF carrier dan noise) sebagai persyaratan untuk mencapai ambang batas yang setara dengan Quasi Error Free (QEF) yaitu kurang dari satu nilai kesalahan yang terjadi per jam transmisi pada  5 bMbit/s decoder layanan TV pada penerima.


Pada tahun 2009 standar baru untuk Digital Terrestrial Television (DTT), bernama DVB-T2, diterbitkan oleh ETSI. Penggunaan DVB-T2 untuk melaksanakan layanan HDTV untuk penerimaan rooftop disarankan dalam Panduan Implementasi DVB-T2, sehingga skenario ini dipilih untuk diuji selama uji coba lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyediakan penyiar dengan nilai ambang C/N nyata yang dapat digunakan untuk pengembangan jaringan pertama dan untuk membantu memilih opsi konfigurasi sistem yang benar yang menyediakan kecepatan data yang diperlukan dengan persyaratan C/N terendah. 



Kajian ini bisa sangat berguna, karena belum ada hasil uji coba lapangan yang dipublikasikan hingga saat ini dan saat ini beberapa negara baru saja mengadopsi standar baru ini dan banyak negara lain sedang memutuskan standar DTT apa yang mereka adopsi, sehingga memiliki nilai untuk kondisi penerimaan nyata bisa menjadi sebuah faktor kunci dalam pengambilan keputusan. Pada saat kampanye pengukuran (Juni dan Juli 2010) tidak tersedia receiver profesional dengan kemampuan pengukuran BER. Dua receiver DVB-T2 komersial digunakan sebagai gantinya; satu Set TV dan Set-Top Box (STB). 


Peralatan Pemancar dan Lokasi Pengukuran 


Pengukuran yang dianalisis dalam penelitian ini dilakukan selama bulan Juni dan Juli 2010, di kota Vitoria-Gasteiz di utara Spanyol. Pusat pemancar terletak di gunung, 450 m lebih tinggi dari ketinggian rata-rata kota dan 9 km jauhnya dari pusat kota. Pusat ini digunakan untuk menyiarkan saluran komersial utama DTT ke kota. Sistem radiasi terdiri dari dua panel larik. Frekuensinya adalah 706 MHz (C50). Daya Radiasi Isotropik Efektif (EIRP) adalah 4,8 kW, serupa dengan EIRP yang digunakan di pusat transmisi ini untuk menyiarkan saluran komersial DVB-T. Sinyal DVB-T2 dikonfigurasikan dengan pengaturan utama umum yang dijelaskan dalam tabel dibawah.


Tabel 1


Konstelasi 256 dan 64 QAM diuji dalam kombinasi dengan semua laju kode yang ditentukan. Sinyal DVB-T dikonfigurasikan dengan parameter berikut: 8K FFT, Bandwidth 8 MHz, 1/4 Guard Interval Fraction (GIF). Tarif kode 2/3 dan 3/4 diuji. Dua layanan HD MPEG4 disiarkan untuk pengujian. Total 14 konfigurasi yang berbeda diukur. Kecepatan bit (Mbps) dirangkum dalam Tabel dibawah.


Tabel 2


Pengukuran dilakukan di 18 lokasi berbeda. Gambar dibawah menunjukkan lokasi tempat pengukuran dilakukan dan lokasi pemancar. Lokasi ini dipilih untuk memiliki pandangan yang jelas ke pemancar, menyediakan saluran Ricean dengan multipath rendah. Jarak dari pemancar berkisar antara 6,6 km hingga 30,3 km. Semua konfigurasi diukur dengan kedua receiver pada 9 titik.


Gambar 1


Beberapa konfigurasi DVBT2 diukur pada 9 lokasi tambahan hanya dengan menggunakan satu receiver. Dua dari lokasi yang diukur tidak terwakili pada gambar karena berada di luar area yang ditunjukkan dan dua lokasi ditumpangkan. Jumlah pengukuran untuk setiap konfigurasi tercantum dalam tabel dibawah. 

Tabel 3



Misalnya, mode DVB-T2 64 QAM 3/4 diukur 27 kali, 18 dengan satu penerima dan 9 dengan penerima lainnya. Sistem dan Metodologi Pengukuran: Peralatan penerima dipasang di unit bergerak dengan tiang teleskopik yang menjulang hingga 8 meter, di mana antena penerima dipasang 2 (15,5 dBi Yagi-Uda). Peralatan dan pengaturan pengukuran digambarkan pada Gambar dibawah. 


Gambar 2



Tujuan pengukuran adalah untuk mendapatkan C/N minimum (C/Nmin) di mana layanan video diterima dengan benar. 


Prosedurnya adalah: 


1. Modulator dikonfigurasikan dengan pengaturan yang sesuai. 

2. Keluaran pemadu dihubungkan ke penerima A. Tingkat penghasil derau disesuaikan dalam langkah 0,5 dB untuk mencapai tingkat maksimum di mana gambar diterima dengan benar selama minimal 30 detik. 

3. Keluaran pemadu dihubungkan ke Penganalisis Sinyal. Generator kebisingan dimatikan untuk mengukur level sinyal (C). 

4. Modulator dibisukan dan kebisingan dibunyikan untuk mengukur tingkat kebisingan (N). 

5. C/Nmin diperoleh dengan mengurangkan C dan N. 6 Langkah 2 sampai 5 diulangi untuk penerima B. Untuk mengklasifikasikan saluran, respons impuls (IR) DVB-T dan spektrum sinyal juga diukur. Hasil: Nilai C/Nmin terukur ditunjukkan pada Gambar dibawah. 


Gambar 3


Untuk kedua penerima, untuk semua lokasi, dan untuk semua konfigurasi yang diuji terhadap kecepatan bit yang diperoleh untuk setiap konfigurasi (tabel 2). Nilai median hasil digunakan untuk memplot kurva untuk DVB-T, untuk DVB-T2 64 QAM, dan untuk DVB-T2 256 QAM. Performa kedua receiver sangat mirip, dengan perbedaan rata-rata 0,2 dB. Standar deviasi untuk setiap mode sekitar 0,5 dB dengan nilai maksimum 0,8 dB. Level sinyal, dari -60 hingga -36 dBm, tidak memiliki pengaruh nyata pada hasil. Hasil pengukuran IR hanya menunjukkan satu jalur utama, dengan multipath sangat rendah (<25dB). Riak spektrum, diukur sebagai standar deviasi (σ), menunjukkan hasil yang sama, yaitu σ <1,9 dB untuk semua pengukuran. Jadi saluran harus diklasifikasikan sebagai Ricean di semua lokasi.


Tabel 3 memberikan lebih banyak informasi tentang nilai terukur bersama dengan hasil simulasi yang diberikan oleh standar untuk DVB-T dan untuk DVB-T2 dan persyaratan NorDig untuk penerima TV. Standar DVB memberikan hasil simulasi 3 untuk saluran gema Gaussian, Ricean, Rayleigh dan 0 dB. Kanal Ricean menggambarkan kondisi penerimaan antena outdoor tetap [2], sehingga nilai-nilai ini telah digunakan untuk perbandingan. Persyaratan NorDig tidak memberikan nilai untuk saluran Ricean, sehingga persyaratan untuk saluran Gaussian telah digunakan. 


Gambar 3 dan tabel 3 menunjukkan bahwa DVB-T2 64 QAM berperilaku lebih baik daripada 256 QAM untuk kecepatan bit yang serupa. Misalnya, 64 QAM 4/5 berperforma 0,8 dB lebih baik daripada 256 QAM 3/5, dan 64 QAM 2/3 berperforma 1,2 dB lebih baik daripada 256 QAM 1/2. Mengenai perbandingan antara DVB-T dan DVB-T2 untuk kecepatan bit yang sama, C/Nmin lebih rendah 4,6 dB saat menggunakan DVB-T2. Untuk persyaratan C/Nmin serupa, DVB-T2 64 QAM 3/4 meningkatkan kecepatan bit DVB-T 2/3 sebesar 56 persen, dan DVB-T2 64 QAM 4/5 meningkatkan kecepatan bit DVB-T 3/4 sebesar 45 persen. 


Nilai median pada tabel 3 lebih rendah dari persyaratan NorDig untuk semua konfigurasi yang diuji. Jika dibandingkan dengan hasil simulasi yang diterbitkan dalam standar DVB, kinerja DVB-T2 yang diukur lebih buruk daripada hasil simulasi (lebih optimis). Tidak demikian halnya dengan DVB-T, karena hasil simulasi telah mengungguli desain receiver saat ini. 






Kesimpulan: 


Tujuan uji coba lapangan ini adalah untuk memberikan nilai ambang batas dan panduan untuk perencanaan jaringan DVB-T2. Meskipun receiver komersial telah digunakan, C/Nmin yang diperoleh dapat digunakan sebagai titik referensi, karena pengembangan receiver di masa mendatang dapat mengungguli yang telah diuji, tetapi kinerja yang lebih buruk tidak diharapkan. Performa yang lebih buruk dari mode 256 QAM dapat membuat konstelasi baru ini tidak berguna untuk kecepatan bit yang dapat disediakan oleh mode 64 QAM. Kinerja ini berbeda dari model teoretis tetapi sesuai dengan pengujian yang dilakukan dengan dekoder penerima terintegrasi . Efek ini dapat ditingkatkan ketika Jaringan Frekuensi Tunggal hadir, karena konstelasi yang diputar dimaksudkan untuk situasi ini, karena mereka memiliki kinerja yang lebih baik untuk urutan konstelasi yang lebih rendah .  


Sebagai kesimpulan akhir, penerimaan DVB-T2 telah menunjukkan peningkatan penting dibandingkan DVB-T, dengan persyaratan C/Nmin yang lebih rendah atau memberikan kecepatan data yang lebih tinggi. Pengakuan: Karya ini didukung oleh Kementerian Perindustrian, Pariwisata, dan Perdagangan Spanyol di bawah proyek FURIA, TSI-020301-2009-33, dan oleh Kementerian Sains dan Inovasi Spanyol di bawah proyek NGRADIATE.


Pada tulisan selanjutnya akan saya bahas bagaimana merangkai balun yang sesuai agar penerimaan TV digital di rumah anda dapat dinikmati secara maksimal, silahkan klik disini.

Share:

Selasa, 14 Februari 2023

Ninmedia [mati] jadi KugoSky [mati] jadi .. ehh kini ke measat, akan bertahan lama ?


 


Praktek tandem LNB diatas merupakan ciri khas para teknisi parabola yang aktif di medio 2017-2020 jaman ninmedia masih di chinasat 11. Kawan tandem dari  satelit yang berada pada 98 derajat bujur timur itu adalah satelit Measat 91.3 derajat atau SES9 108 derajat. Dengan penggabungan 2-3 LNB ku maka siaran Free to air menjadi lumayan banyak dan juga dimanfaatkan secara komersial oleh produsen perangkat parabola menjadi LNB Monoblok. 




Apa itu LNB monoblok?


Jenis LNB ini terdiri dari dua LNB independen dalam satu housing dan memungkinkan pengguna untuk menerima sinyal dari dua satelit berbeda yang berada pada oposisi orbit yang sedikit berbeda dari instalasi piringan tunggal. Perpindahan antar satelit (pada dekoder / receiver ) dicapai melalui penggunaan pembagi DiSEqC . LNB Monoblok umumnya pada 2 satelit dengan jarak tetap 4,3° atau 6° dan jangkauannya dekat saja, baik untuk keluaran tunggal, kembar dan empat.

 

Contoh di mana LNB monoblok 6° dapat digunakan adalah untuk penerimaan ASTRA 1 (19,2° BT) dan Hotbird (13° BT) atau dengan jarak 4,3° untuk penerimaan ASTRA 1 (19,2° BT) dan ASTRA 3 (23,5 ° Timur).


Untuk jarak yang lebih jauh maka hadir pula braket multi LNB yang dapat digeser-geser sesuai jarak 2 atau lebih satelit yang di inginkan.






Namun pada perkembangan selanjutnya, cilakanya Ninmedia kemudian bubar dan diambil alih Tiviplus lalu Kugosky di satelit Asiasat9 (122 E) yang bernasib tragis hanya bertahan setahun lalu hilang menyelamatkan diri masing masing.




Apa ya kira-kira yang ada di pikirkan pemilik provider "channel leasing" ini  ? Mereka sepertinya memiliki kewajiban untuk melanjutkan channel hosting yang terlanjur kontrak ke mereka. Namun sepertinya pemilihan transponder baru di " bekas " frekuensi transvision sepertinya hanya memanfaatkan sisa kontrak penyewaan transponder ke pihak pengelola di  Kuala Lumpur. 



Lalu bagaimana saat kontrak transvision diperpanjang hanya untuk 4 transponder saja atau kemungkinan lainnya paytv pak CT hengkang dari measat? Hanya tuhan dan jimmy fenton yang paham kedepannya akan bagaimana. 

Share:

Jumat, 12 Agustus 2022

Analog Switch Off 2 November 2022 - jadi gak ya ?



Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan, penghentian siaran TV Analog Switch Off (ASO) sesuai jadwal, yaitu pada 2 November 2022. Hal itu telah sesuai dengan amanat Undang-Undang No 11 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja.

“Jadi secara prinsip, migrasi penyiaran televisi terestrial dari teknologi analog ke teknologi digital tetap berlanjut dan diimplementasikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dimana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja telah mengamanatkan penghentian penyiaran terestrial dengan teknologi analog (Analog Switch Off/ASO) dilakukan paling lambat pada tanggal 2 November 2022,” tulis Kemenkominfo yang dikutip dari laman Kominfo.go.id, Kamis (11/8/2022).



Hal itu disampaikan Kemenkominfo, untuk menanggapi isi putusan hak uji materiil (judicial review) oleh Mahkamah Agung (MA) terhadap PP 46/2021. Dalam putusan tersebut, MA mengabulkan permohonan uji materi terhadap Peraturan Pemerintah (PP) nomor 46 tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran yang diajukan PT Lombok Nuansa Televisi.

Terkait hal tersebut, Kemenkominfo memberikan pandangan bahwa, pertama, keputusan MA tersebut berisi pembatalan Pasal 81 ayat (1) PP No. 46 Tahun 2021. Alasannya, pasal dimaksud bertentangan dengan Pasal 60A UU Penyiaran jo. Pasal 72 angka 8 UU Cipta Kerja.

Bunyi pasal 81 ayat (1) PP No 46 Tahun 2021 adalah sebagai berikut, Pasal 81, LPP, LPS, dan/atau LPK menyediakan layanan program siaran dengan menyewa slot multipleksing kepada penyelenggara multipleksing.

“Dengan demikian, Kemenkominfo perlu menyampaikan ke masyarakat bahwa ketentuan lain dalam PP 46/2021 yang mengatur mengenai implementasi migrasi televisi digital tidak dibatalkan oleh MA,” ungkap Kemenkominfo.

Kedua, sampai saat ini Kemenkominfo belum menerima salinan Putusan MA terhadap uji materiil Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran (PP 46/2021)
Share:

Kontak Penulis



12179018.png (60×60)
+628155737755

Mail : ahocool@gmail.com

Site View

Categories

555 (8) 7 segmen (3) adc (4) amplifier (2) analog (19) android (14) antares (11) arduino (27) artikel (11) attiny (3) attiny2313 (19) audio (5) baterai (5) blog (1) bluetooth (1) chatgpt (2) cmos (2) crypto (2) dasar (46) digital (11) dimmer (5) display (3) esp8266 (26) euro2020 (13) gcc (1) gsm (1) iklan (1) infrared (2) Input Output (3) iot (75) jam (7) jualan (12) kereta api (1) keyboard (1) keypad (3) kios pulsa (2) kit (6) komponen (17) komputer (3) komunikasi (1) kontrol (8) lain-lain (8) lcd (2) led (14) led matrix (6) line tracer (1) lm35 (1) lora (11) lorawan (2) MATV (1) memory (1) metal detector (4) microcontroller (70) micropython (6) mikrokontroler (2) mikrokontroller (14) mikrotik (5) modbus (9) mqtt (3) ninmedia (5) ntp (1) paket belajar (19) palang pintu otomatis (1) parabola (88) pcb (2) power (1) praktek (2) project (33) proyek (1) python (8) radio (28) raspberry pi (9) remote (1) revisi (1) rfid (1) robot (1) rpm (2) rs232 (1) script break down (3) sdcard (3) sensor (2) sharing (3) signage (1) sinyal (1) sms (6) software (18) solar (1) solusi (1) tachometer (2) technology (1) teknologi (2) telegram (2) telepon (9) televisi (167) television (28) telkomiot (5) transistor (2) troubleshoot (3) tulisan (94) tutorial (108) tv digital (6) tvri (2) vu meter (2) vumeter (2) wav player (3) wayang (1) wifi (3) yolo (7)

Arsip Blog

Diskusi


kaskus
Forum Hobby Elektronika